Kepala daerah di Cekungan Bandung mendampingi Pj Gubernur Jawa Barat, Bey T. Machmudin menjajal transportasi publik Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya.
Rombongan naik BRT Bandung Raya itu dari Alun-alun Bandung menuju garis akhir di Kawasan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Mereka melintasi jalur arteri sesuai dengan perlintasan BRT Bandung Raya tersebut.
Bey mengatakan perjalanan yang ditempuh selama 1 jam itu dinilai cukup baik. Apalagi dengan kondisi arus lalu lintas di sepanjang jalan yang tak terlalu ramai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami hari ini mencoba BRT dan busnya nyaman. Waktu tempuh tadi memang sedang tidak macet, 1 jam kurang lebih hari ini dari Alun-alun Bandung sampai ke Kota Baru Parahyangan. Itu cukup baik ya," kata Bey saat ditemui di Padalarang
Bey mengatakan tinggal beberapa rute lagi yang perlu dimantapkan, salah satunya pemasangan jalur khusus. Tiga koridor yang sudah berjalan yakni Dipatiukur-Jatinangor, Baleendah-BEC, serta Alun-alun Bandung-Padalarang.
"Jadi memang jalannya itu kecil ya, maka waktu berhentinya di setiap tempat transit itu hanya 2 menit maka busnya yang kecil juga," kata Bey.
Di tahun 2024 ini, Bey menyebut sudah ada 21 rute yang berjalan. Untuk menunjang optimalisasi operasional BRT Bandung Raya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pembangunan sejumlah infrastruktur.
"Percepatan infrastruktur awal tahun depan mulainya. Termasuk nanti ada ruang operasional center yang akan mengatur bus supaya tertib.Untuk infrastruktur itu, di 2024 ada 3 yang dijalankan oleh kementerian (Perhubungan) kemudian 2 rute lagi oleh Pemprov (Jabar) jadi totalnya 5 rute. Nah di tahun 2025, 5 rute oleh pemprov semua dengan anggaran dari world bank," ujar Bey.
Jika dilihat sari segi kenyamanan dan keamanan, Bey menyebut optimis masyarakat bakal beralih menggunakan transportasi publik tersebut. Hal itu ditunjang dengan data 62 persen masyarakat Bandung Raya kini beralih menggunakan BRT.
"Kapasitas diharapkan tidak terlalu penuh, karena per headway tidak terlalu jauh. Tentunya kita harus tetap memberikan kenyamanan bagi masyarakatnya ya. Saya tanya tadi memungkin enggak mengambil penumpang di sembarang tempat? Ternyata tidak memungkinkan, dengan sistem yang ada operator bisa kena denda," kata Bey.
Sementara untuk pembelian tiket, akan menggunakan sistem Public Service Obligation (PSO) satu kali bayar untuk setiap pengguna.
"Nanti untuk tiket juga subsidi. Kita membuat masyarakat nyaman, misalnya yang dari Alun-alun Bandung mau ke KCIC, itu bisa naik yang rute Padalarang nanti di persimpangan bisa pindah ke yang rute KCIC, hanya 1 kali bayar," kata Bey.
(dir/dir)