Rencana penerapan sistem Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bandung ditargetkan akan memasuki babak baru di 2025. Penambahan rute anyar untuk BRT yang meneruskan rute eksisting Trans Metro Bandung (TMB) dijadwalkan mulai dikerjakan tahun ini.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Andri Rusmana menyoroti tantangan yang kemungkinan akan dihadapi dalam implementasi jalur baru BRT. Pasalnya, ia mengatakan, mayoritas kondisi ruas jalan di Kota Bandung relatif sempit.
Menurutnya, tidak banyak ruas jalan di Kota Bandung yang cukup lebar untuk dibangun jalur BRT terpisah. Salah satunya yang representatif adalah jalan Soekarno-Hatta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jalur yang lebar itu hanya beberapa ruas jalan saja di Kota Bandung, seperti misalnya Soekarno-Hatta. Di jalan ini memungkinkan untuk bus mini beroperasi dengan jalur terpisah," ungkap Andri pada detikJabar, Jumat (28/2/2025) lalu.
Oleh karena ruas jalannya yang sempit, Andri menilai, pemilihan jenis bus yang akan digunakan harus dipertimbangkan dengan matang agar sesuai dengan kondisi infrastrukur kota. Kombinasi bus mini berbasis listrik dan kendaraan listrik yang dimodifikasi seperti angkot dinilai dapat diterapkan untuk mengatasi keterbatasan ruas jalan.
"Harus ada kombinasi antara BRT dan angkutan kota berbasis listrik. Jadi untuk ruas jalan yang lebar bisa menggunakan bus mini BRT, sedangkan jalan yang sempit pakai angkutan listrik yang dibuat seperti angkot," paparnya.
Ia menilai bahwa kajian yang dilakukan harus disertai dengan uji coba rute secara langsung di lapangan. Hal ini dilakukan agar ketepatan waktu dan efektivitas jalur bisa terukur dengan baik.
Selain itu, pemetaan arah pergerakan warga yang paling membutuhkan kendaraan umum juga disebut perlu dilakukan.
"Setahun ke depan jalani dulu misalnya rute dari timur ke tengah Kota Bandung, lalu ke utara. Bila berhasil, selanjutnya ditambah rute dari barat ke selatan," ungkap Andri.
"Kajiannya harus sambil uji coba di lapangan untuk menghitung ketepatan waktu di setiap halte, juga pergerakan warga saat beraktivitas itu kemana saja," lanjutnya.
Diterapkan di Bandung Raya
Sistem BRT sudah lama menjadi bagian dari rencana pengembangan transportasi di Kota Bandung. Saat ini, pembiayaannya sepenuhnya berada di bawah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak 1 Januari 2025 dengan anggaran mencapai Rp121 miliar. Rute yang digunakan nantinya akan berbasis pada jalur eksisting Trans Metro Bandung dengan beberapa tambahan rute baru.
Dalam satu tahun ke depan, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan berjanji akan mendukung realisasi proyek yang bakal menghubungkan Kota Bandung dengan kawasan Bandung Raya ini.
"Ini bukan sekadar pekerjaan biasa, karena mendapat dukungan dari Bank Dunia. Dengan ini, Bandung akan menjadi kota pertama di luar Jakarta yang menerapkan sistem BRT," kata Farhan sebagaimana dilansir dari laman web Pemkot Bandung.
Rencananya, BRT juga akan diterapkan di beberapa kawasan di Bandung Raya meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Adapun Sumedang menjadi bagian dari proyek ini karena memiliki populasi mahasiswa yang tinggi dan membutuhkan akses transportasi.
Selain itu, Pemkot Bandung juga berencana menerapkan pembayaran dengan QRIS untuk kendaraan umum hingga membangun akses kendaraan umum yang inklusif, bisa diakses oleh lansia maupun penyandang disabilitas.
(dir/dir)