Uji coba skema pembayaran parkir menggunakan QRIS di Kota Bandung masih tetap dilanjutkan. Setelah diresmikan pada Kamis (10/10/2024), sistem pembayaran cashless alias nontunai untuk parkir on the street itu tetap dipertahankan.
Pantauan detikJabar Minggu (13/10/2024), meski uji coba itu tetap dilanjutkan, tapi jumlah petugas parkir yang memakai rompi khusus dengan QR code cenderung lebih sedikit. Berdasarkan penglihatan sepintas, hanya ada dua petugas yang menggunakan rompi tersebut di sekitar pertigaan Jalan ABC menuju Jalan Cikapundung Barat, Kota Bandung.
Padahal sebelumnya, Dishub Kota Bandung telah membekali 25 petugas parkir dengan masing-masing rompi khusus maupun ID card yang memuat QR code untuk pembayaran QRIS ini. Tapi pada akhirnya, banyak tukang parkir yang memilih melayani pembayarannya secara tunai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini tak luput dari keluhan dari juru parkir yang mendapat tugas dari Dishub Kota Bandung. Engkus (48) salah satunya yang menilai skema uji coba ini mustahil efektif diterapkan sebagai salah satu tujuan mendongkrat pendapatan asli daerah (PAD).
"Gagasannya mah sebetulnya bagus, cuma banyak masalah kalau diterapinnya di kawasan kayak gini. Salah sasaran lah kalau mau dibilang mah," kata Engkus saat berbincang dengan detikJabar, Minggu (13/10/2024).
Ia mengatakan, jika ingin diujicoba, seharusnya bayar parkir via QRIS dijajal di sejumlah kawasan pariwisata di Kota Bandung. Menurutnya itu bisa dimulai di alun-alun hingga ke pusat perbelanjaan atau mal-mal yang biasanya ramai dikunjungi orang apalagi saat akhir pekan.
Sementara di lokasi Engkus bekerja, kebanyakan yang datang merupakan orang-orang yang tak jauh dari lokasi sekitar. Paling bantar, mereka datang ke Pasar Antik Cikapundung atau yang berbelanja ke sekitar pertokoan di sana.
"Masalahnya gini, tamu yang ke pasar, ini kan pasar bukan mal, jadi tamunya itu-itu saja. Pas ditawarin juga dia tertawa," ucap Engkus.
"Memang ada beberapa pengunjung yang mau (bayar parkir pakai QRIS), tapi kebanyakan yang ke sini mah enggak mau. Alasannya kayak enggak punya ATM, ribet lah, pokoknya belum efektif," tuturnya menambahkan.
Sekadar diketahui, saat awal uji coba, bayar parkir via QRIS ini dijajal di ruas Jalan ABC pada Kamis (10/10/2024). Tapi sehari kemudian, skema tersebut dipindah ke Jalan Cikapundung dengan alasan di tempat awal itu sudah ada mesin pembayaran parkir yang terpasang.
Masalah selanjutnya, Dishub Kota Bandung disebut belum mengadakan pertemuan dengan juru parkir yang diberi rompi khusus untuk QRIS tersebut. Yang paling vital adalah tentang pembicaraan mengenai bagaimana skema pembayaran yang akan diterima petugas parkir jika sistem ini nantinya diterapkan.
Sebab sebelumnya, selama menjadi tukang parkir sejak 1993, Engkus biasanya akan langsung mendapatkan bayaran dari hasil pekerjaannya di hari itu juga. Tapi jika nanti sistem ini diterapkan, ia masih bingung bagaimana nanti Engkus mendapatkan penghasilan.
"QRIS ini kan masuknya langsung ke ATM pemda yah, sementara aturannya sama tukang parkir belum dikasih tahu mekanismenya gimana. Andai semuanya QRIS, kita kan butuh buat akomodasi sehari-hari kayak makan, buat bensin perjalanan. Terus kalau kita pake uang sendiri, jelas berat banget," katanya.
"Makanya, ini tuh belum ada pembicaraan soal perjanjian pembagian uang parkirnya. Kemarin itu pas dikasih rompi, kebetulan datangnya pas saya kerja. Jadi ya kita ikut meskipun belum ada rapat-rapat ngobrolin ini. Kalau mau pakai QRIS, emang sanggup enggak (gaji petugas parkir) UMR. Itu aja intinya," tandasnya.
Engkus kembali menyinggung bahwa uji coba bayar parkir via QRIS takkan bisa optimal meskipun saat ini statusnya masih bersifat sementara. Ia lebih mendorong supaya uji coba itu diterapkan di kawasan yang banyak dikunjungi orang seperti di alun-alun, Braga maupun di pusat perbelanjaan lainnya.
"Karena sampai sekarang saya masih menerima tunai. Saya memang menawarkan untuk bayar QRIS, tapi ya gitu, enggak efektif. Harusnya ke tempat-tempat yang lebih ramai kalau mau dicoba," pungkasnya.
(ral/orb)