Penerapan membayar parkir dengan QRIS mengalami perubahan lokasi. Setelah sebelumnya diterapkan di Jalan ABC dan Banceuy, kini skema pembayaran nontunai itu diterapkan di Jalan Cikapundung.
Diketahui, skema itu baru saja diluncurkan, Kamis (10/10) kemarin di Jalan ABC. Sebanyak 25 juru parkir diberi rompi dan kartu identitas khusus bergambar QR code atau kode respons cepat yang bisa digunakan masyarakat untuk membayar tarif parkir.
Namun hanya berselang satu hari, juru parkir di Jalan ABC tidak lagi memakai seragam baru mereka. Para juru parkir juga kembali menarik tarif secara tunai, tidak lagi digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya betul (dipindah) untuk sementara," kata Kepala BLUD Parkir Kota Bandung Yogi Mamesa saat dikonfirmasi, Jumat (11/10/2024).
Yogi menjelaskan, pemindahan lokasi pembayaran parkir dengan QRIS dilakukan karena di sepanjang jalan ABC masih terdapat mesin parkir yang digunakan masyarakat. Karena itu, pihaknya memutuskan untuk menggeser lokasi ke Jalan Cikapundung.
"Jadi konsumen yang bayar pakai mesin ya ke mesin, pakai QRIS ya ke QRIS. Jangan sampai nanti dianggapnya mesin tidak berguna karena di jalan ABC masih ada mesin parkir, makanya dipindah," jelasnya.
"Ini masih uji coba dan mulai hari ini dipindah. Di sepanjang Jalan ABC ditiadakan dulu sementara (pembayaran dengan QRIS)," lanjutnya.
Di hari pertama luncurkan kemarin, Yogi menuturkan sudah ada pemasukan parkir dari pembayaran dengan QRIS. Meski jumlahnya tidak seberapa, dia menyebut hal itu menjadi wajar karena metode tersebut masih dalam tahap sosialisasi.
"Sudah ada yang masuk (lewat QRIS), sekitar Rp 100 ribuan dari 25 juru parkir. Lumayan ya bertahap masih sosialisasi, awal memang susah. Kendalanya di situ makanya kita terus sosialisasi. Jangan sampai juga jukir gak mau dengan QRIS ini," tuturnya.
Yogi menegaskan, selama masa uji coba, pembayaran parkir tetap bisa dilakukan dengan uang tunai. Menurutnya hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya lost potensi pemasukan dari sektor parkir.
"Iya karena kalau kita gak tunai lost potensi bisa gak bayar. Tapi kita terus sosialisasi," tandasnya.
(bba/sud)