Temuan dari relawan Sehati Gerak Bersama tentang krisis layanan kesehatan di wilayah Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi ternyata bukan sekadar isapan jempol belaka. Hal itu sudah lama dan belum berakhir dengan solusi yang konkret.
Diketahui, relawan menemukan masalah yang kompleks di dua dusun wilayah tersebut, yakni Kedusunan Kadudahung dan Ciroyom. Tidak hanya warga yang ingin mendapatkan layanan medis cepat, tenaga medis juga mengalami kesulitan karena akses tercepat menuju lokasi tersebut hanya bisa dilalui melalui jalur sungai.
"Betul, untuk mencapai beberapa kedusunan seperti Ciloma dan Ciroyom, kami harus menyusuri sungai. Itu jalur paling ringkas jika dibandingkan menggunakan jalur darat," kata Dandep Setiawan, Perawat Pembina Desa Cibitung, Puskesmas Cibitung, Kabupaten Sukabumi kepada detikJabar, Kamis (5/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai mantri, Dandep menyebut, sangat membutuhkan perahu untuk kebutuhan tenaga medis. Selama ini, biaya pengeluaran untuk perahu dari satu lokasi ke lokasi lain cukup lumayan, bahkan jauh dari biaya yang dijatahkan.
"Saya mengajukan (proposal) untuk ambulans perahu dari 2016 ke Dinas Kesehatan sampai ke pihak provinsi belum terealisasi sampai saat ini. Ke pihak (pemerintah) kabupaten juga pernah. Wilayah jangkauan kerja saya itu di enam kedusunan, dua di antaranya yakni Kedusunan Ciloma dan Kedusunan Ciroyom hanya bisa melalui jalur air, menggunakan perahu," ujar Dandep.
Dandep menyebut, kebutuhan perahu medis sudah cukup mendesak, apalagi menurutnya, perahu tersebut harus dilengkapi dengan peralatan medis selayaknya mobil ambulans.
"Hambatannya hanya itu, kendaraan operasional di sungai. Kalau soal tenaga jangan ditanya karena saya ini 'Simatupang', yang artinya siang malam siap tunggu panggilan," canda Dandep.
"Kebutuhan cepat itu ketika ada warga di jalur sungai yang memerlukan penanganan medis cepat. Kalau untuk yang rutin seperti Posyandu, itu sudah pasti mau tidak mau harus berangkat. Untuk perjalanan ke Ciloma 1 jam, sementara Ciroyom itu 2 jam," sambungnya.
Dandep tidak bekerja sendirian, setiap bertugas ia didampingi dengan Bidan Desa. Kadang mereka harus patungan untuk biaya perahu hingga kebutuhan makan saat bertugas.
"Yang bertugas di wilayah ini saya dengan bidan. Setiap kegiatan sering nombok. Perahu sekali berangkat Rp 400 ribu, ke Ciroyom. Jadi, ini bukan kerja dari jam delapan sampai jam dua siang, kita kerja bisa sampai magrib. Kalau perut lapar tidak bisa di-cancel, kita mau tidak mau cari makan. Kita cari makan mau tidak mau uang sendiri keluar, makanya sering nombok," kisahnya.
Nyawa Warga Melayang Akibat Telatnya Layanan Medis
Andri Kurniawan, relawan Sehati Gerak Bersama, mengungkap beberapa keluhan tim medis di lapangan. Mulai dari perahu khusus medis yang siap siaga, perahu dengan mesin yang bertenaga, hingga biaya perjalanan mereka.
"Besarnya biaya perjalanan ke lokasi tidak sebanding dengan dana yang disiapkan pemerintah. Mereka ini malah kadang nombok. Bayangkan saja ongkos satu kali perjalanan pulang pergi ke lokasi terdekat Rp 250 ribu, lalu yang paling jauh Rp 400 ribu, belum lagi biaya lainnya," kata Andri.
"Akibat hal itu, pelayanan medis rutin akhirnya hanya dilakukan satu bulan sekali. Permohonan ambulans perahu ke instansi pemerintah belum ada tanggapan sama sekali sampai sekarang," tambah Andri.
Andri mengungkap akibat persoalan tersebut, banyak nyawa warga yang melayang akibat terlambat mendapat layanan medis. "Para pejuang medis di wilayah ini beberapa kali terluka perasaannya karena ada warga yang meninggal di perahu karena kualitas mesin yang lambat. Kemudian penanganan darurat medis terlambat, pasiennya atau warga keburu meninggal dunia. Ada juga warga yang sampai melahirkan di atas perahu. Tentu ini sangat miris," tutur Andri.
Perlunya kapal motor dengan mesin yang bertenaga disebut Andri karena faktor sungai dengan arus deras di wilayah tersebut. Mesin pada kapal motor yang ada saat ini hanya sanggup beroperasi ketika situasi arus air bersahabat.
"Bayangkan ketika hujan deras, air meluap, perahu yang ada tidak bisa melintas. Karena tenaga mesinnya yang kurang, makanya mereka (tim medis) berharap perahu layak dengan mesin yang bertenaga," pungkasnya.
(sya/mso)