Buah anggur konon berasal dari wilayah Pegunungan Kaukus, Armenina (Rusia). Namun, saat ini buah ini bisa dengan mudah dijumpai di wilayah Indonesia. Cita rasa yang manis dan segar, membuat buah ini digemari. Selain itu, anggur cukup relatif mudah dibudidayakan.
Salah satu yang melakukan budidaya tersebut adalah Himawan Lestoro (48). Pria yang kerap disapa Abeh tersebut melakukan budidaya di Kampung Pasir Calung, Desa Panyirapan, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.
Dengan kepiawaiannya, Abeh bisa memanfaatkan lahan kosong milik mertuanya. Lahan tersebut disulap menjadi tempat budidaya Anggur yang diberi nama Soreang Grape Garden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abeh mengaku telah melakukan budidaya anggur sejak tahun 2023 lalu. Kata dia, dengan waktu tersebut telah menghasilkan buah anggur yang banyak.
"Untuk di sini sementara buahnya tidak jual. Kalau buah di sini saya cuma buat etalase, buat icip-icip pengunjung ke sini. Kalau tertarik beli bibitnya, kalau mau silakan," ujar Abeh, kepada detikJabar, Selasa (13/8/2024).
Pihaknya mengungkapkan awalnya dirinya hanya menuntaskan rasa penasaran terhadap banyaknya penjualan bibit anggur. Setelah itu dirinya mencobanya secara mandiri.
"Iya secara autodidak, saya tidak ada guru, basic dari pertanian atau apa, basic saya mah nyupiran. Saya belajar dari online dari internet. Walaupun banyak yang saya datengin tapi saya mencoba untuk semua dari online, media sosial, youtube, tiktok, hingga instagram," katanya.
Abeh menyebutkan bagi masyarakat yang membutuhkan bibit anggur bisa melakukan pemesanan kepadanya. Sehingga bagi yang melakukan pemesanan disiapkan bibitnya dan juga edukasi bagaimana cara merawatnya.
"Kalau bibit yang siap jual ukuran di 50 cm, harganya Rp 50 ribu. Jadi mulai dari Rp 50 ribu itu 50 cm, itung saja 1 meter berarti Rp 100 ribu, 2 meter berarti Rp 200 ribu. Lalu yang berbuah itu biasanya ada di 5 meter dengan cabang yang banyak. Kalau itu dijual bisa sampai Rp 2 juta," ucapnya.
Menurutnya pembibitan atau budidaya anggur dilakukan dengan memadukan batang anggur lokal dan anggur impor dari luar negeri. Nantinya dari berbagai percobaannya akan menghasilkan anggur dengan citarasa yang manis.
"Ini cuma sisi belah tengah, disambung terus tumbuh, nah ini yang kita hasilkan anggur impor dengan akar yang lokal. Akar lokal ini punya ketahanan yang bagus di Indonesia, dari pada anggur impor yang langsung ditanam," jelasnya.
Abeh mengungkapkan awalnya mempunyai sebanyak 100 bibit anggur. Namun yang berhasil ditanam dan berbuah hanya sebanyak 50 jenis anggur.
"Ada ninel, ada transfiguration, ada gosv, Jupiter, ada silver Rusia, sama banyak banget. Saya sendiri lebih dari 100 beli, cuma tidak semua berhasil. Jadi kemungkinan ada 50 jenis kurang lebih," kata Abeh.
![]() |
Penjualan bibit tersebut telah dilakukan ke berbagai kota. Di antaranya Pekalongan, Cirebon, hingga Tegal. Kata dia, penjualan saat ini hanya difokuskan di wilayah Soreang terlebih dahulu.
"Penjualan sekarang mah Soreang dan sekitarnya dulu aja, biar saya bisa pantau. Jadi saya bantu ditanami di rumahnya hingga sampai berbuah," bebernya.
Menurutnya tanaman atau buah anggur lebih suka terkena panas matahari. Sehingga baiknya dari pagi hingga sore hari bisa terkena sinar matahari.
"Anggur itu suka dari panas matahari, tapi tidak suka hujan. Begitu kena hujan ini gampang sekali kena jamur. Kalau udah kena jamur, ngobatinnya sulit. Jadi sebisa mungkin perlu ditutupi pelastik transparan. Jadi harus terus kena sinar matahari," tuturnya.
Abeh berharap dengan adanya budidaya anggur tersebut bisa mengedukasi warga sekitar. Dengan itu warga sekitar turut melakukan penanaman anggur di kediamannya masing-masing.
"Jadi saya berikan edukasi kepada para petani sini, kita coba tanam lokalnya jadi lokalnya. Saya pengen kaya Kampung anggur lah. Jadi kalau orang sini mau, saya bisa kasih, harga mah gampang lah," pungkasnya.
(yum/yum)