Pakar Soroti Kapasitas Para Cawalkot Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 08 Agu 2024 18:00 WIB
Ilustrasi kepala daerah. (Foto: Dok.Detikcom)
Bandung -

Kontestasi politik di Kota Bandung mulai memanas. Sejumlah tokoh yang punya niat maju di Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung terus tebar pesona kepada masyarakat.

Partai-partai politik juga mulai menjajaki kerjasama untuk memutuskan siapa yang akan diusung menjadi calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung untuk periode 2024-2029.

Sayangnya, dari sederet nama yang muncul sebagai kandidat calon Wali Kota, hampir seluruhnya mengedepankan popularitas ketimbang kapasitas dirinya masing-masing.

Hal itu disorot pakar politik dari Universitas Parahyangan Pius Sugeng Prasetyo. Pius menyebut, partai hanya mengedepankan popularitas ketimbang kapasitas para bakal calon yang dimunculkan. Padahal, sosok pemimpin terpilih nanti punya tanggung jawab besar menentukan masa depan Kota Bandung.

"Yang harus disadari oleh partai politik, bahwa Pilkada itu tidak hanya semata-mata menentukan orang yang bisa menang. Tapi yang jauh lebih penting adalah partai politik harus sadar betul bahwa kepemimpinan itu menentukan maju tidaknya suatu daerah khususnya Kota Bandung," ucap Pius, Kamis (8/8/2024).

"Jangan sampai ada Wali Kota baru tapi nggak ada apa-apanya, itu yang penting. Jadi sampai sejauh mana pemimpin kota itu bisa memberikan garansi bahwa ada satu perubahan untuk kemajuan kesejahteraan warga Kota Bandung," tegasnya menambahkan.

Pius menyebut, banyak persoalan di Kota Bandung yang tidak kunjung terselesaikan meski tonggak kepemimpinan silih berganti. Karena itu, seharusnya partai politik mengedepankan kapasitas calonnya dalam hal mengatasi persoalan yang ada ketimbang popularitas.

"Persoalan yang fundamental Kota Bandung yang dari dulu sampai sekarang gak beres-beres kan misalnya problem terkait persampahan, kemudian transportasi, kemudian isu kesenjangan pendidikan dan lainnya. Saya pikir itu yang perlu diperhatikan oleh partai politik dan kandidat yang akan diusung," ujarnya.

Selain itu, dia juga menyoroti karakter masyarakat yang masih melihat popularitas sebagai pertimbangan untuk memilih pemimpin. Menurutnya, siapa calon yang lebih dikenal, punya kans menang lebih tinggi

"Bahwa masyarakat kita itu masih melihat dari sisi popularitas, figur yang populer mana tanpa melihat kemampuan orang, kapasitasnya masyarakat masih melihat ini siapa, kenal atau tidak," tutup Pius.




(bba/orb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork