Observatorium Bosscha, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan pengamatan hilal Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah, Selasa (9/4/2024).
Pemantauan hilal oleh tim peneliti Observatorium Bosscha menggunakan sebuah teleskop refraktor berdiameter 106 mm yang dilengkapi detektor kamera berbasis Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS).
Ada beberapa lembaga yang turut mengamati hilal Idul Fitri tahun 2024 selain Observatorium Bosscha, di antaranya BMKG Bandung dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bandung Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi untuk di Observatorium Bosscha, kami tidak berhasil mengamati bulan sabit. Bulan sabit tipis dari pengamatan mata," kata Staf Peneliti Observatorium Bosscha, Dhimaz Gilang Ramadhan saat ditemui Lembang, Selasa (9/4/2024).
Faktor yang menyebabkan tidak teramatinya bulan sabit dari Observatorium Bosscha, yakni cuaca mendung dan awan tebal yang menyelimuti langit Lembang
"Di Lembang kondisi mendung tebal di langit sebelah barat, cuaca tidak mendukung sehingga bulan dan matahari terhalang oleh awan. Tidak bisa teramati lewat teleskop," kata Dhimaz.
Selain melakukan pengamatan di Lembang, tim Observatorium Bosscha juga mengirimkan beberapa penelitinya ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan pengamatan hilal 1 Syawal.
"Pengamatan juga kita lakukan di Kupang dengan harapan peluang cerah lebih tinggi jadi bisa mengamati hilal. Cuma sayang dari laporan yang kita terima di sana (Kupang) juga sedang mendung," ujar Dhimaz.
Kendati pengamatan tak membuahkan hasil, namun hasil pengamatan tersebut tetap disampaikan ke Kementerian Agama (Kemenag) sebagai rekomendasi sidang Isbat.
"Hasilnya tetap akan kita sampaikan ke Kemenag sebagai rekomendasi penentuan awal Syawal. Tapi tetap kita pantau sampai matahari terbenam, karena awal bulan sabit muda yang jadi penentu bulan baru itu harus setelah matahari terbenam," ujar Dhimaz.
(mso/mso)