Langit mendung dan hujan gerimis menghalangi tim pemantau hilal di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) untuk mengamati bulan sabit pertama sebagai penanda awal bulan Ramadan 1446 H, Jumat (28/2/2025) sore.
Pantauan detikJabar pukul 16.30 WIB, meski telah menyiapkan peralatan canggih yang dipasang di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, tim tetap kesulitan mendapatkan visibilitas yang jelas akibat cuaca buruk yang menyelimuti Kota Bandung.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, pihaknya telah memprediksi cuaca di hari pengamatan hilal berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi itu kata Rahayu mempengaruhi proses pengamatan hilal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BMKG sudah memprakirakan sebelumnya bahwa cuaca hari ini dan di jam pengamatan ini berpotensi untuk hujan ringan hingga lebat. Sehingga faktor cuaca mempengaruhi (pengamatan)," katanya.
"Hilal terlihat itu gak hanya dari cuaca, ada ketinggian hilal dan sebagainya. Kalau lihat sekarang posisi hujan. Kalau begini terus sampai nanti kemungkinan kecil bisa teramati," sambungnya.
Dia menerangkan, BMKG memasang sejumlah peralatan untuk mengamati tinggi hilal. Lokasi pengamatan Unisba sendiri termasuk 1 dari 37 lokasi pengamatan di seluruh Indonesia.
"Dari BMKG melakukan pengamatan dengan menggunakan teropong, namun belum bisa kami pasang kembali karena kondisi hujan dan di seluruh Indonesia ada beberapa lokasi sekitar 37 salah satunya di sini melakukan pengamatan," jelasnya.
Lebih lanjut, Rahayu menerangkan, jika melihat pengalaman tahun sebelumnya, cuaca sangat berdampak pada proses pengamatan hilal. "Kalau dari pengalaman tidak bisa terlihat karena faktor cuaca pengaruhnya besar sekali. Kalau tinggi hilal memenuhi tapi tertutup awan tidak akan terlihat," ungkapnya.
Sementara Kepala Observatorium Albiruni Encep Abdul Rojak menambahkan, hasil pemantauan hilal yang dilakukan akan dilaporkan ke Kementerian Agama sebagai bahan Itsbat awal Ramdan 1446 H.
"Konjungsi berarti posisi bumi, bulan, dan matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut umur bulan hilal sekitar 12 jam menit," jelasnya.
Dikatakannya, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 18.10 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 19 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.29 WIB. Saat matahari terbenam, hilal berada pada Azimuth 263Λ57'31 dan posisi matahari berada pada azimuth 261Λ56'13.
"Nilai ini dihitung dari titik utara sejati ke arah timur melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah utara atau kanan matahari," tandasnya.
(bba/mso)