"Lokasi yang longsor berada di kawasan TNGHS, tepatnya di Kampung Salak Datar RT 001 RW 008, Desa Cimaja Kecamatan Cikakak. Longsor terjadi beberapa kali sampai akhirnya menimbun kawasan permukiman," kata Koordinator SAR Daerah Okih Fajri Asyidik kepada detikJabar.
Okih menyebut, dalam kejadian ini longsor menimbun 5 rumah, 1 musala, dan 4 kandang domba. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. "Keseluruhan (korban terdampak) 21 jiwa, atau 11 Kepala Keluarga," ujarnya.
Terpisah, Kades Cimaja R Wahyu Cakraningrat berujr, ada 21 warganya harus mengungsi karena khawatir terjadinya longsor susulan. Mereka mengungsi di rumah saudara dan tetangganya.
"Ada 21 jiwa, 9 KK saat ini diungsikan ke saudaranya, tadi juga dari BPBD mau bikin tenda saya tolak lebih baik jangan, kebetulan keluarganya ada semua disini," tutur Wahyu.
Dalam kejadian ini, warga enggan pulang karena khawatir longsor susulan. Pihaknya berpikir keras untuk mencari solusi bagi warganya itu. Persoalan utamanya posisi longsor berada di kawasa THG Halimun Salak dan bukan area lahan pribadi.
"Saya rasa kalau bantuan tunai, cash kan pemerintah enngak bisa seperti itu. Paling juga kita usulkan di rutilahu (rumah tinggal layak huni), mungkin mudah-mudahan di akhir tahun, karena kan sekarang masih ada perubahan perubahan. Rutilahu di tempat yang baru, tadi saya bilang sama mereka kalau bisa kalaupun punya lahan, tolong lahan tersebut harus atas nama pribadi karena kalau atas nama orang rutilahu tidak bisa," ungkapnya.
Sebelum longsor terjadi, seorang warga bernama Enung mendengar suara gemuruh. Suara itu didengarnya usai menjalankan salat Magrib.
"Kena dapur hancur dan ruang tengah, saya mendengar suara batu menggelinding. Posisi saya saat itu baru habis salat Magrib. Lalu ada suara gemuruh. Material longsor turun, kandang domba hancur dan longsor langsung menjebol tembok," kata Enung kepada detikJabar.
Enung sudah merasakan firasat tidak enak saat berbuka puasa, suara batu-batu kecil terus turun menerpa rumahnya. Jarak waktu antara suara batu hingga longsor datang menerjang sekitar dua jam.
"Sejak buka puasa sudah ada suara batu menggelinding, lalu gemuruh. Saya pikir guludug (halilintar) karena situasi memang hujan. Saat habis salat saya buru-buru keluar rumah dengan suami sama anak, lalu kejadian longsor," terangnya.
Kejadian longsor ini juga membuat Sule, pemilik 20 domba harus tabah. Dia harus meratapi nasib yang belum berpihak kepadanya karena 11 domba yang dipeliharanya mati akibat tertimbun longsor.
Pria berumur 60 tahun itu, mengaku mengalami kerugian akibat kejadian ini. Pasalnya, domba-domba itu rencananya akan segera dijual menjelang Lebaran.
"Besarnya longsor sekitar jam 20.00 WIB, kalau saya selamat rumah juga enggak kenapa-kenapa tapi pipiaraan (peliharaan) yang saya 11 ekor semua tertimbun domba usia 2 sampai 3 tahunan itu," ujar Sule kepada detikJabar.
Selain 11 ekor domba milik Sule, ada 11 ekor domba milik warga lainnya juga sama-sama lenyap tertimbun tanah longsor. Meski alami kerugian, Sule mengaku bersyukur karena dia selamat dalam kejadian ini.
"Maunya saya pindah, relokasi karena takut terjadi lagi. Namun ya terserah pemerintah, kalau katanya tidak ada solusi ya saya balik lagi ke sana, tinggal di rumah saya lagi," jelasnya.
Kandang domba milik Sule tidak menyisakan bekas. Saat ini sudah rata tertutup tanah longsor yang memanjang dari atas bukit hingga ke ujung area pesawahan.
"Udah enggak bisa diapa-apain, digali juga jadi bangkai. Posisinya benar-benar tertimbun, terseret dulu oleh longsor. Timbunan tanahnya juga dalam," pungkasnya. (wip/orb)