Menyusuri Jejak Bandung Lautan Api Melalui Stilasi

Menyusuri Jejak Bandung Lautan Api Melalui Stilasi

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Minggu, 24 Mar 2024 18:15 WIB
Stilasi Bandung Lautan Api.
Stilasi di depan Gedung De Driekleur. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Bandung -

Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946. Kala itu, para pejuang membakar kota tercinta demi mengusir kedatangan para tentara sekutu.

Berdasarkan catatan sejarah, pada tengah malam itu, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan hanya tersisa kebakaran di seluruh kota yang terlihat seperti lautan api.

Diperkirakan, kobaran api terjadi selama tujuh jam akibat pembakaran yang melibatkan sekitar 200.000 penduduk dan para pejuang. Mereka meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah ini kemudian diabadikan dalam bentuk stilasi. Sebuah monumen kecil tersebar di 10 titik kota Bandung, sebagai catatan peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) sepanjang tahun 1945-1946.

Sejarah Pembangunan Stilasi

Her Suganda dalam buku Wisata Parijs Van Java menjelaskan pada tahun 1997, jejak peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) direkam Bandung Heritage (Paguyuban Pelestari Budaya Bandung) yang bekerja sama dengan American Express Foundation (AMEX Bank Fondation).

ADVERTISEMENT

Komunitas tersehut ingin membuat Bandung Lautan Api Heritage Trail atau Jejak Perjuangan Bandung Lautan Api. Maka, dibangunlah 10 stilasi yang terletak di pusat kota Bandung.

Stilasi adalah penggambaran bentuk dengan cara menggayakan objek atau benda yang digambar. Setiap orang dapat dituntun mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang memiliki hubungan dengan peristiwa BLA, melalui stilasi tersebut.

Stilasi tersebut rata-rata memiliki tinggi sekitar 140 cm. Tugu kecil ini berbentuk prisma, dengan tiga sisi stilasi yang memberikan informasi. Stilasi ini didesain oleh seniman kenamaan Bandung, Sunaryo dan diserahkan kepada Pemerintah Kota Bandung pada tahun 1997.

Seperti peristiwa yang terjadi di lokasi lengkap dengan peta pengungsian BLA, keterangan pembuat Stilasi, dan penggalan lagu Halo-halo Bandung sebagai penanda Stilasi. Pada bagian atas stilasi terdapat sekuntuk bunga Patrakomala yang menjadi ciri khas Kota Bandung.

Rute Bandung Lautan Api Heritage Trail dimulai dari Bandung Utara ke Bandung Selatan, melintasi jalur kereta api dan berakhir di Lapangan Tegallega dengan Tugu Bandung Lautan Api yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya.

10 Jejak Stilasi di Kota Bandung

Berikut jejak peninggalan sejarah di Kota Bandung tersebut dan kondisinya terkini:

1. Gedung De Driekleur

Lokasi stilasi ini tak jauh dari Monumen Perpamsi, persimpangan jalan antara Jalan Sultan Agung dan Jalan Ir H Djuanda. Tepatnya, ada di depan bangunan ikonik bertuliskan 'De Driekleur'.

Gedung yang kini menjadi kantor salah satu bank ini, merupakan gedung bekas kantor berita Jepang Domei (sebelumnya konon rumah tinggal arsitek). Olivier Johannes Raap menuliskan dalam bukunya yang berjudul Kota di Djawa Tempo Doeloe, Driekleur memiliki arti triwarna atau tiga warna.

Gedung yang dirancang oleh Albert Aalbers itu, menjadi titik pertama kalinya teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan di Kota Bandung. Sayang, monumen ini sudah tak sempurna. Bunga Patrakomala di atasnya terlihat sudah hilang.

"Gedung Tiga Warna dibangun sekitar tahun 1938. Rumah tersebut didesain oleh arsitek Albert Frederik Aalbers (1897-1961) sebagai kediaman dia sendiri. De Driekleur berarti Sri Triwarna, yaitu bendera merah-putih-biru yang pernah berkibar di atasnya. Seiring perjalanan waktu, gedung pernah menjadi kantor pers, markas militer, dan kantor polisi," tulis buku tersebut.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di depan Gedung Denis (bank bjb). (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

2. Gedung Denis

Stilasi ini terletak di jalan yang paling tenar di Kota Bandung, yakni di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan. Lokasinya ada di Taman Braga atau depan gedung bank bjb, salah satu bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Di gedung ini, pada Oktober 1945 pejuangBandung, Moeljono dan E Karmas merobek bendera Belanda. Peristiwa heroik ini juga dilakukan oleh pejuang Surabaya, Bung Tomo pada September 1945.

"Stilasi ini merupakan sebuah monumen yang dipakai sebagai peringatan, untuk mengenang peristiwa Bandung Lautan Api. Pada Oktober 1945, ada peristiwa perobekan bendera merah-putih-biru (bendera Belanda), tapi hanya warna biru yang dirobek. Seharusnya ada bunga Patrakomalanya, tapi mayoritas di 10 stilasi sudah nggak ada," ucap Selviana Nitami, story teller Cerita Bandung dalam walking tour beberapa waktu lalu.

Selvi menyebut, sejak awal gedung yang diarsiteki Albert Aalbers ini, memang didirikan sebagai kantor bank. Mulanya, merupakan gedung perkantoran Bank Denis sehingga disebut Gedung Denis.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di Jalan Asia Afrika, depan Gedung 'Niescomptomy'. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

3. Eks Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij

Sebuah gedung peninggalan Belanda dengan arsitektur cantik yang masih terjaga, dapat kita lihat di seberang Masjid Raya Bandung sebelah utara. Gedung bertuliskan 'Niescomptomy' itu sempat menjadi kantor Asuransi Jiwasraya dan kini hanya berisi ATM salah satu bank BUMN.

Her Suganda menyebut gedung ini digunakan sebagai markas resimen yang dibangun pada 1922. Konon, pada 13 Oktober 1945 para pemimpin TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melakukan rapat yang dulu disebut Gedung NILMIJ ini.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di Gudang Jalan Ciguriang. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

4. Gudang di Jalan Ciguriang

Sebuah rumah di persimpangan Jalan Simpang-Jalan Ciguriang, menjadi titik stilasi selanjutnya. Stilasi satu ini justru sekilas tak terlihat, karena lokasinya yang berada di dalam sebuah rumah atau pertokoan.

Salah seorang warga sekitar menyebut, stilasi tersebut telah lama berdiri dengan terbangunnya rumah tersebut. Kini, stilasi tersebut masih terjaga utuh dengan bunga Patrakomala di atasnya, meski terdapat di balik pagar jeruji besi.

Rumah itu terlihat kosong tak berpenghuni, seperti sudah beralih fungsi menjadi gudang pertokoan. Terlihat dari luar pun hanya sudut bagian lirik lagu Halo-halo Bandung sementara dua sisi lainnya berada di dalam rumah.

"Rumah di Jalan Simpang menjadi perumusan pembumihangusan kota Bandung," tulis Her Suganda dalam bukunya.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi Jalan Kautamaan Istri (depan SD Dewi Sartika). (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

5. Depan SD Dewi Sartika

Di sebuah taman kecil permukiman warga, tepatnya di depan SD Dewi Sartika terdapat sebuah stilasi di bawah pohon angsana. Bentuknya masih utuh seperti aslinya.

Tak banyak catatan sejarah soal stilasi ini, namun jalan Kautamaan Istri menjadi salah satu jalur yang dilalui untuk menuju wilayah Bandung Selatan.

"Sekolah Kautamaan Istri (sekarang SD Dewi Sartika) di jalan Kautamaan Istri yang dijadikan dapur umum," tulis keterangan dalam stilasi tersebut.

6. Tepi Jalan Dewi Sartika

Di trotoar Jalan Dewi Sartika, tepatnya tak jauh dari tempat perbelanjaan Yogya Jalan Kepatihan juga terdapat sebuah stilasi. Jalan Dewi Sartika memang menjadi salah satu jalur menuju Bandung Selatan tempo dulu.

"Regentsweg yang menjadi rumah dan markas Kolonel AH Nasution (sekarang jadi pabrik di sebelah Hotel Dewi Sartika di Jalan Dewi Sartika," tulis info dalam stilasi itu.

Diceritakan, di sana terdapat sebuah rumah markas komando Divisi III Siliwangi pimpinan kolonel A.H Nasution. Tempat tersebut dahulu bernama Regentsweg.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di Tepi Jalan Dewi Sartika (depan pertokoan). (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

Kini, nama hotel itu sudah bukan Hotel Dewi Sartika. Sementara rumah itu pun hanya tinggal kenangan karena sudah disulap menjadi pertokoan. Lokasi tugu pun sudah tak utuh lagi dan berdesakan dengan sebuah kios kaki lima.

"Bekas rumah dan markas Kol. A.H. Nasution di Jalan Dewi Sartika yang kini dijadikan ruang pamer kendaraan roda empat," tulis Her Suganda dalam bukunya, yang saat itu terbit pada tahun 2011.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di Jalan Lengkong Dalam (Komplek Belakang Kampus Unpas). (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

7. Komplek Belakang Kampus Unpas

Lokasi stilasi selanjutnya disebut Her Suganda terletak di pertigaan Jalan Lengkong Dalam-Lengkong Tengah. Dahulu tempat ini disebut sebagai kawasan tinggal warga Indo-Belanda.

Stilasi yang melewati sungai Cikapundung dengan kepadatan pemukiman ini, sering menjadi sebutan Jalan 1000 Punten (permisi). Kini, kondisi stilasi pun terlihat tak terurus, bahkan dalah satu sisinya sudah kehilangan plat.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di Jalan Jembatan Baru terletak di atas akar pohon beringin. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

8. Jalan Jembatan Baru

Stilasi ini berada di Jalan Jembatan Baru di tepi gang permukiman padat penduduk. Berbeda dari stilasi lainnya, stilasi ini letaknya kurang lebih berada satu setengah meter dari permukaan tanah.

Lokasinya pun berada tepat di bawah pohon beringin dan tugu terlihat mulai condong ke kanan, diduga karena dorongan akar pohon yang kuat. Stilasi ini menjadi bukti garis pertahanan pejuang saat terjadi pertempuran Lengkong.

"Jalan jembatan Baru di atas Sungai Cikapundung merupakan garis pertahanan pemuda pejuang saat terjadinya pertempuran Lengkong," tulis catatan dalam buku Wisata Parijs Van Java.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di dalam halaman Sekolah Dasar Asmi di Jalan Asmi. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

9. SD Negeri Asmi

Stilasi ini berada tepat di dalam halaman sekolah dasar Asmi di Jalan Asmi, tak jauh dari Jalan Jembatan Baru. Kondisi tugunya pun masih apik terawat dengan bunga Patrakomala di atasnya.

Bangunan gedung tidak mengalami banyak perubahan terlihat dari desain eksterior pintu dan jendela. Dahulunya, bangunan ini digunakan sebagai markas pemuda pejuang PSINDO dan BBRI sebelum terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, serta lokasi pengungsian.

"Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asmi di Jalan Asmi, pernah dijadikan markas pemuda pejuang sebelum peristiwa Bandung Lautan Api dan Rumah Sakit sementara," tulis informasi dalam stilasi itu.

Stilasi Bandung Lautan Api.Stilasi di depan Gereja Gloria. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

10. Depan Gereja Gloria

Stilasi terakhir berada di dekat saluran irigasi yang memisahkan antara trotoar Jalan Moh Toha dengan Gereja Gloria.

Gereja tersebut dahulu digunakan sebagai pemancar NIROM untuk menjadi media menyebarkan proklamasi kemerdekaan ke seluruh Indonesia dan dunia.

"Bekas gedung pemancar NIROM di Jalan Moh Toha, tempat pertama kali naskah proklamasi disiarkan dari Bandung," tulis buku Wisata Parijs Van Java.

Nah detikers, itulah tadi penjelasan sejarah mengenai 10 stilasi di Kota Bandung. Selamat memperingati Hari Bandung Lautan Api ke-78!

Halaman 3 dari 2
(aau/orb)


Hide Ads