Menatap Alun-alun Laut Gadobangkong Usai Dihantam Gelombang

Menatap Alun-alun Laut Gadobangkong Usai Dihantam Gelombang

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 16 Mar 2024 09:15 WIB
Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Deburan ombak terempas ke tembok beton Alun-alun laut Gadobangkong, di Kabupaten Sukabumi. Hantaman ombak kemudian membentuk cipratan setinggi 5 meter ke udara. Warga yang berada di lokasi terlihat setengah berlari seraya menutup kepala mereka.

Hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak Minggu (10/3/2024) dan Senin (11/3/2024), angin kencang, dan gelombang tinggi terjadi pada Selasa (12/3/2024). Ombak secara beruntun menghantam spot wisata baru itu sejak perairan teluk Palabuhanratu 'memaksa' untuk menggerus pesisir.

"Terjadi di tanggal 10 sampai dengan tanggal 11 puncaknya itu di tanggal 12 gelombang pasang setinggi 2,5 meter sampai 3 meter menghantam bagian tangga dan area parkir alun-alun Gadobangkong," kata Imran Firdaus, pihak rekanan yan mengerjakan proyek alun-alun tersebut, Jumat (15/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imran membenarkan, kawasan yang kini digenangi ombak sebelumnya adalah pesisir. Namun ketika gelombang meninggi lokasi itu berubah menjadi lautan.

"Kawasan depan ini pasir, jarak pasir di bibir pantai ke titik pekerjaan alun-alun sejauh 20-25 meter. Yang rusak tangga, taman yang berada di area parkir, dan ada tiang lampu yang roboh juga," ungkapnya.

ADVERTISEMENT
Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

Terkait rencana perbaikan, Imran menunggu intsruksi dari Pemkab Sukabumi dan Pemprov Jabar. "Kami menunggu pihak Pemkab Sukabumi dan Pemprov Jabar untuk melakukan langkah selanjutnya, kami menunggu kabar untuk merestorasi kawasan ini," imbuhnya.

Lokasi kerusakan terparah berada di aera patung kura-kura. Kura-kura raksasa yang menghadap ke laut itu memang masih kokoh namun pijakan di sekitarnya terlihat berantakan. Bagian tembok beton juga hancur.

Sebuah garis pengaman terpasang. Kertas bertuliskan "Hati-hati Gelombang Pasang Air Laut"menempel di bagian belakang patung kura-kura.

"Gelombang ini musiman, 5 tahun sekali. Memang sudah biasa air laut naik disertai gelombang tinggi. Sampai hari ini masih terjadi, yang memang berbahaya itu anginnya, kencang," kata Tatang (63), salah seorang nelayan saat ditemui detikJabar.

Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.Suasana di Alun-alun Laut Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

Sebagai nelayan, Tatang paham benar kondisi perairan di Teluk Palabuhanratu. Yang ia khawatirkan terjadinya puting beliung dari lautan yang masuk ke daratan.

"Tahun berapa saya lupa tepatnya, ada lah sekitar 25 tahunan yang lalu , namun angin berwarna hitam dari tengah lautan ke pesisir. Kerusakan yang dibuat angin itu luar biasa, ditambah ombak yang terus meninggi, kawasan Palabuhanratu juga sampai kena banjir" kenangnya.




(sya/orb)


Hide Ads