Pesisir Pantai Citepus di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, berantakan usai dihantam badai dan banjir rob yang terjadi sejak awal Selasa (12/43/224) hingga Rabu (13/3/2024).
Ratusan jiwa kehilangan tempat usaha akibat warung wisata hancur. Pesisir pantai yang awalnya landai dan indah pun berubah menjadi lautan sampah berbagai jenis. Puing-puing kayu berserakan terbawa ke pesisir.
Meski begitu, warga mulai bangkit. Puluhan tahun hidup dengan banjir rob musiman, membuat mereka terbiasa untuk bangkit sendiri dan menata kembali kawasan Citepus yang memang menjadi salah satu destinasi favorit ketika liburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah 25 tahun tinggal di kawasan ini, jadi memang sebenarnya sudah terbiasa. Kami sudah terbiasa mandiri, karena memang tidak seperti kasus-kasus bencana lainnya, rob ini minim sekali perhatian," curhat Edie, warga pesisir Citepus kepada detikJabar, Jumat (15/3/2024).
Warung hingga penginapan Edie hancur di hari ke dua kala rob datang. Berbagai cara ia lakukan untuk mencegah agar bangunan miliknya tak hancur terbawa air pasang. Namun apa daya, pasir yang tergerus ombak besar membuat pondasi bangunannya hancur.
"Berbagai cara sudah, tapi tidak ada yang bisa memprediksi kekuatan alam, ambruknya bangunan di hari ke dua rob ya sudah saya pasrah saja. Sudah pakai tanggul di depan pakai pasir di dalam karung tetap saja hancur," lirihnya.
![]() |
Hari ini, gelombang pasang rob mulai mereda. Warga kembali berbenah menata kehidupan di kawasan itu. Warga yakin, kehidupan akan berjalan seperti biasa kembali, mereka hanya tinggal gotong-royong membersihkan puing dan sampah yang berserakan.
"Warung hingga pondokan menginap hancur, sejak malam pertama kejadian," tutur Asep Saepulloh, pemilik warung makan Ikan Bakar Edom.
Asep sendiri rajin mengunggah informasi perkembangan pesisir Citepus semasa bencana melalui akun media sosialnya. Menurutnya semua kejadian harus didokumentasikan, hitung-hitung sebagai media penyimpanan.
"Dari tahun ke tahun semuanya terekam, kondisi ini sama seperti tahun 2017 silam. Namun bisa dibilang lebih besar karena warung-warung sampai hancur semua," ungkapnya.
Karena kerap menghadapi bencana, jiwa sosial dan gotong royong warga terbangun. Mereka spontan melakukan evakuasi mandiri ketika air pasang datang. Anak-anak, lansia, hingga mereka yang sakit langsung diungsikan. Meskipun merusak warung mereka, tidak ada satupun korban akibat kejadian tersebut.
![]() |
"Jadi sudah terbiasa kalau musim badai, rob dan gelombang tinggi datang warga langsung kami evakuasi. Tdak hanya di sini tapi sampai kawasan Katapang Condong. Untuk angkutan barang berharga kami patungan dengan relawan, kami sudah menyuarakan ini dari awal, tapi ya belum ada perhatian. Kalau bantuan sekadar (bantuan) mie instan tuh banyak di warung," bebernya kesal.
"Tapi kami yakin kami di sini semua bisa bangkit, menata lagi apa yang kemarin hancur kami bangun lagi perlahan. Lokasi wisata harus tetap hidup untuk menghidupi ratusan keluarga yang tinggal di sini," pungkasnya menambahkan.
(sya/orb)