Jagat maya dihebohkan dengan beredarnya foto dan video yang menunjukkan ornamen 'penyu' raksasa di Alun-Alun Gadobangkong, Palabuhanratu, dalam kondisi rusak parah. Ornamen yang menjadi salah satu ikon kawasan itu tampak jebol di beberapa bagian, terutama pada cangkangnya yang berlubang besar.
Yang mengejutkan, bagian dalam ornamen yang seharusnya kokoh justru memperlihatkan rangka dari bambu dan material mirip kertas berbahan kardus. Pemandangan ini sontak memicu reaksi warganet yang menanyakan kualitas bahan serta konstruksi ornamen yang disebut-sebut merupakan bagian dari proyek pembangunan senilai miliaran Rupiah itu.
Pantauan detikJabar di lokasi, Selasa (25/2/2025), selain bagian cangkang yang hancur, beberapa bagian tubuh ornamen penyu, seperti sirip dan kaki, juga tampak mengalami kerusakan. Beberapa bagian terlihat sobek dan terkoyak, memperlihatkan struktur dalam yang tampaknya rapuh karena kosong melompong dan hanya terdapat rangakain bambu dan lapisan bahan kertas mirip kardus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi ornamen itu sendiri sengaja dihadapkan ke arah pantai, kondisi kerusakan ini menjadi sorotan warganet yang mempertanyakan kualitas pembangunan di Alun-alun Gadobangkong, yang seharusnya menjadi ikon wisata di Palabuhanratu. Banyak dari mereka yang mengkritik penggunaan material dan konstruksi yang dinilai tidak kokoh.
Tanggapan Kontraktor
Imran Firdaus, pihak kontraktor yang membangun kawasan tersebut menegaskan, bahwa pihaknya telah melaksanakan pekerjaan sesuai aturan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa.
"Kami dari kontraktor sudah melakukan kewajiban sesuai aturan dalam pengadaan barang dan jasa serta pelaksanaan pekerjaan. Untuk Alun-Alun Gadobangkong, serah terima pertama sudah dilakukan pada Februari 2024 dengan masa pemeliharaan enam bulan. Pada Agustus 2024, dilakukan serah terima kedua, kemudian pada September 2024, pihak Pemprov Jabar menyerahkan ke Kabupaten Sukabumi," ujar Imran.
![]() |
Ia juga menyebut, bahwa selama masa pemeliharaan, pihaknya telah melakukan berbagai perbaikan, termasuk pengecekan kantin, perbaikan batu sikat, andesit, hingga memperbaiki kerusakan akibat banjir rob.
Soal Kardus di Ornamen Penyu
Terkait temuan kardus dalam ornamen penyu yang ramai diperbincangkan warganet, Imran menjelaskan, bahwa material tersebut bukanlah bahan utama.
"Kardus itu hanya digunakan sebagai media pencetak bentuk penyu sebelum dilapisi resin dan fiberglass, yang merupakan bahan utama ornamen. Jadi, bukan berarti penyu itu terbuat dari kardus, tetapi kardus hanya sebagai cetakan awal," katanya.
Menurutnya, bahan yang digunakan sudah sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ditentukan dalam proyek tersebut. Namun, ia juga berharap masyarakat ikut menjaga dan merawat fasilitas di alun-alun, mengingat konsepnya sebagai ruang terbuka hijau.
"Kami juga berharap masyarakat dan wisatawan bisa sama-sama merawat bangunan serta ornamen yang ada, agar tidak cepat rusak. Konsepnya ini ruang terbuka hijau, jadi perlu dijaga," imbuhnya.
Anggaran dan Temuan BPK
Lebih lanjut, Imran menanggapi soal anggaran proyek yang disebut-sebut mencapai Rp 15,6 miliar. Ia mengklarifikasi bahwa setelah dipotong pajak PPN 11 persen serta adanya denda keterlambatan dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), nilai riil yang diterima lebih rendah.
"Anggaran proyek ini memang Rp 15 miliar, tapi setelah dipotong PPN, jadi sekitar Rp 13 miliar. Ada juga temuan BPK terkait kekurangan volume dan denda keterlambatan yang mencapai hampir Rp 1 miliar, sehingga realisasi anggaran di lapangan tidak sebesar yang banyak diberitakan," jelasnya.
(sya/mso)