Alun-alun Gadobangkong di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, mulanya digadang-gadang sebagai ikon baru Kota Pesisir. Dengan konsep ruang terbuka hijau di tepi laut, kawasan ini diharapkan menjadi magnet wisata serta ruang publik bagi warga.
Namun, seiring berjalannya waktu, harapan itu bergeser menjadi serangkaian kekecewaan. Mulai dari proyek yang molor, hantaman gelombang pasang, hingga persoalan kualitas konstruksi yang menuai kritik tajam.
Yang paling ramai dibicarakan adalah ornamen penyu raksasa yang jebol dan memperlihatkan rangkaian bambu serta material kardus di dalamnya. Bahkan yang terbaru, unggahan soal ini kembali memantik gunjingan warganet usai diunggh akun Instagram @lambe_turah dan mendapat reaksi dari hampir 30 ribu warganet pengguna Instagram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jauh sebelum itu, huruf penanda alun-alun yang juga tersingkap diketahui berbahan multipleks-material yang tak tahan terhadap kondisi pesisir. Kawasan ini juga semakin kumuh. Toilet yang seharusnya menjadi fasilitas umum malah dialihfungsikan menjadi kamar pribadi dan beberapa titik alun-alun dibiarkan rusak tanpa perbaikan.
Berikut serangkaian persoalan yang menyelimuti proyek miliaran rupiah ini,
1. Proyek Senilai Rp 15,6 Miliar Molor
Pembangunan Alun-Alun Gadobangkong dimulai pada 21 Agustus 2023 dan seharusnya rampung pada Desember 2023. Namun, proyek tak kunjung selesai, hingga akhirnya diperpanjang 50 hari dengan denda keterlambatan Rp 13 juta per hari.
Pihak rekanan proyek, Imran Firdaus, menyebutkan bahwa gagal lelang berulang kali dan faktor cuaca menjadi kendala utama. Akibatnya, waktu pengerjaan menyempit dari yang seharusnya 160 hari menjadi 126 hari kalender.
"Sudah di adendum (Perpanjangan) 50 hari, dengan konsekuensi denda per hari Rp 13 juta. Artinya (proyek) masih dikebut sampai hari ini," kata Imran Firdaus pihak rekanan yang membangun proyek tersebut kepada detikJabar, Senin (15/1/2024).
Karena keterbatasan waktu, beberapa elemen desain diubah atau dihilangkan melalui sistem Contract Change Order (CCO). Salah satunya adalah ornamen perahu besar yang seharusnya menjadi bagian dari alun-alun, tetapi akhirnya dihapus.
Terkait kendala yang dihadapi, Imran menjelaskan sisi teknis mulai dari tahapan lelang hingga cuaca. Hal itu berpengaruh kepada proses pekerjaan alun-alun atau lapang Gadobangkong tersebut.
"Jadi kendalanya di beberapa kali gagal lelang, akhirnya waktu semakin mepet. Ideal perencana itu, mengemas pekerjaan itu analisa 160 hari kalender, karena ada kendala dilelang beberapa kali diulang akhirnya mengikis kepada waktu pelaksanaan," jelas Imran.
"Karena desakan dari pemerintah kabupaten juga, Pemprov Jabar menginginkan pekerjaan itu berjalan dengan sistem no delay, sekarang itu 4 bulan no delay. Kemudian soal cuaca berpengaruh karena musim hujan yang terjadi beberapa bulan ke belakang," tambahnya.
![]() |
2. Belum Resmi Dibuka, Sudah Diserbu Warga
Sebelum rampung, Alun-Alun Gadobangkong sudah ramai dikunjungi warga. Pada akhir Januari 2024, video drone yang menampilkan kawasan ini viral, membuat warga berbondong-bondong datang.
Pantauan detikJabar menunjukkan bahwa beberapa pagar seng jebol karena banyaknya pengunjung, sementara motor-motor terparkir sembarangan di sekitar lokasi.
Hal ini memicu reaksi Camat Palabuhanratu, Ali Iskandar, yang menegaskan bahwa alun-alun belum siap dibuka, karena serah terima dari Pemprov Jabar ke Pemkab Sukabumi belum dilakukan.
Pantauan detikJabar pada Sabtu (27/1/2024) dan Minggu (28/1/2024) sejumlah warga terlihat berbondong-bondong ingin menikmati lokasi yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu. Terlihat juga, beberapa pagar seng juga jebol ditambah parkin motor yang berjajar di luar pagar.
"Lihat di media sosial, ada video drone-nya jadi penasaran, tahunya memang belum buka. Tapi orang-orang yang di depan memperbolehkan masuk," kata Rizwan, pengunjung yang mengaku sengaja datang dari Kecamatan Warungkiara.
Persoalan ini kemudian membuat aparat pemerintah kecamatan bereaksi, Camat Palabuhanratu Ali Iskandar mengundang sejumlah pihak untuk membahas ramainya alun-alun Gadobangkong hari ini.
"Kami bersama-sama mencari solusi berkaitan dengan pembangunan gadobangkong yang belum seratus persen selesai itu bisa tetap dijaga tidak terganggu dengan adanya pengunjung karena perlu diketahui bahwa pembangunan gedung bangkong itu belum selesai," kata Ali kepada awak media, Senin (29/1/2024).
Pemerintah kecamatan akhirnya memasang kembali pagar yang jebol, menambah petugas keamanan, serta menyiapkan imbauan agar warga tidak masuk sebelum peresmian resmi.
3. Dihantam Gelombang Pasang, Infrastruktur Mulai Rusak
Pada Maret 2024, gelombang pasang setinggi 2,5 hingga 3 meter menerjang kawasan Teluk Palabuhanratu, merusak beberapa bagian Alun-Alun Gadobangkong.
Kerusakan paling parah terlihat di tangga menuju pantai, di mana bongkahan beton terlepas dan tercerabut dari tempatnya akibat terjangan ombak yang berulang.
Tak hanya itu, beberapa bagian taman retak, ornamen batu amblas, dan air laut sempat naik ke area utama alun-alun.
Pihak kontraktor menyebut kejadian ini sebagai force majeure atau bencana alam yang tak terhindarkan. Namun, banyak pihak mempertanyakan apakah desain alun-alun ini benar-benar telah disiapkan untuk menghadapi kondisi pesisir yang rawan abrasi.
"Jadi posisi ombak kemarin itu pecah pas di bagian tangga, karena intensitas terus menerus akhirnya banyak bagian beton yang tercongkel lepas dari tempatnya," kata Danar, warga di sekitar lokasi kepada detikJabar, Kamis (14/3/2024).
Selain bagian tangga, beberapa area taman juga rusak dan retak, pijakan dengan ornamen batu juga amblas. "Air ada yang naik sampai ke atas, tepat ke bagian depan yang menghadap ke laut," ujar Danar.
Dikonfirmasi terpisah, Imran Firdaus pihak rekanan proyek pembangunan Alun-alun Laut Gadobangong mengatakan proyek tersebut saat ini dalam posisi masa pemeliharaan.
"Itu masuknya fource majeure ya, keadaan kahar akibat bencana gelombang pasang. Pasti akan kami perbaiki namun menunggu komunikasi dengan pihak provinsi. Yang rusak terlihat hanya di bagian tangga, ini karena terkena hempasan ombak selama beberapa hari terakhir ini," kata Imran.
4. Ornamen Huruf dari Multipleks
Belum usai persoalan akibat gelombang pasang, warga dibuat terkejut dengan kualitas ornamen huruf bertuliskan "ALUN-ALUN GADOBANGKONG".
Ternyata, bahan yang digunakan adalah multipleks, material kayu lapis yang rentan rusak ketika terkena panas dan hujan dalam waktu lama.
Dalam beberapa foto yang beredar, cat pada huruf-huruf ini mulai mengelupas, memperlihatkan lapisan kayu di baliknya.
"Saat libur lebaran kemarin, banyak pengunjung datang. Ada yang bawa anak-anak berfoto bahkan sampai naik di penanda itu. Sehingga mungkin kena ke hurufnya dan akhirnya rusak, beum lagi beberapa waktu lalu kan hujan dan badai, jadi rusak," kata Afwan, warga di sekitar lokasi kepada detikJabar, Senin (22/4/2024).
Sementara itu pihak kontraktor berdalih bahwa multipleks hanya digunakan sebagai media aplikasi resin.
"Memang itu di pakai resin , multipleks adalah media supanya resin menempel lalu di haluskan dan di cat. Tujuannya supaya tidak mudah berkarat, makanya pakai resin, seperti perahu fiber dia menggunakan resin," jawab Imran.
"Itu pengunjung harusnya bisa merawat jangan anak-anak pada naik ke ornamen huruf jadi pasti rusak karena kemarin libur panjang pengunjung banyak banget," sambung Imran menambahkan.
5. Toilet Berubah Jadi Kamar Pribadi, Fasilitas Kumuh
Pada Januari 2025, kondisi Alun-Alun Gadobangkong semakin memprihatinkan. Petugas Satpol PP menemukan seorang warga tidur di dalam toilet umum, lengkap dengan bantal, sarung, dan boneka.
Selain itu, tempat ganti baju berubah menjadi gudang, area hijau tak terawat, dan pedagang liar mulai bermunculan. Seorang wisatawan asal Bogor, Rizki, mengaku kecewa melihat kondisi alun-alun yang kumuh.
"Awalnya ini dibuat bagus, tapi sekarang sampah berserakan, fasilitas rusak. Seharusnya bisa dijaga lebih baik," ujarnya.
Kasat Pol PP Kabupaten Sukabumi, Akhmad Riyadi, mengakui banyaknya pelanggaran dalam penggunaan fasilitas publik di kawasan tersebut.
"Iya, memang itu sudah sering kami himbau. Kondisi seperti ini sudah lama terjadi, meski intensitas pelanggaran mulai menurun. Awalnya hampir semua lapak digunakan untuk hal-hal yang tak semestinya," jelasnya.
![]() |
6. Ornamen Penyu Jebol, Kardus dan Bambu Terlihat
Puncak kontroversi terjadi pada Februari 2025, ketika sebuah video viral memperlihatkan ornamen penyu raksasa di Alun-Alun Gadobangkong jebol. Yang mengejutkan, bagian dalam ornamen ini memperlihatkan rangkaian bambu dan material kardus.
Pantauan detikJabar di lokasi, Selasa (25/2/2025), selain bagian cangkang yang hancur, beberapa bagian tubuh ornamen penyu, seperti sirip dan kaki, juga tampak mengalami kerusakan. Beberapa bagian terlihat sobek dan terkoyak, memperlihatkan struktur dalam yang tampaknya rapuh karena kosong melompong dan hanya terdapat rangkaian bambu dan lapisan bahan kertas mirip kardus.
Kemudian sebuah foto dan video juga diunggah oleh akun @lambe_turah dan dalam waktu singkat mendapat 29 ribu reaksi serta 2.607 komentar dari warganet.
Banyak yang mempertanyakan bagaimana proyek bernilai miliaran rupiah bisa menggunakan bahan seperti ini.
Menanggapi kritik ini, Imran Firdaus (pihak rekanan yang membangun proyek) menjelaskan bahwa kardus hanya digunakan sebagai cetakan awal sebelum dilapisi resin dan fiberglass.
Pantauan detikJabar di lokasi, Selasa (25/2/2025), selain bagian cangkang yang hancur, beberapa bagian tubuh ornamen penyu, seperti sirip dan kaki, juga tampak mengalami kerusakan. Beberapa bagian terlihat sobek dan terkoyak, memperlihatkan struktur dalam yang tampaknya rapuh karena kosong melompong dan hanya terdapat rangkaian bambu dan lapisan bahan kertas mirip kardus.