Pemantauan hilal oleh tim peneliti Observatorium Bosscha akan menggunakan sebuah teleskop refraktor berdiameter 106 mm yang dilengkapi detektor kamera berbasis Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS).
Sayang, pengamatan bulan baru yang biasa disebut rukyatul hilal tak bisa teramati dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, salah satunya kondisi cuaca yang cukup berawan.
"Belum bisa terlihat, yang pertama karena cuacanya mendung sehingga hilal sangat sulit diamati," kata Staf Peneliti Observatorium Bosscha, Muhammad Yusuf, saat ditemui.
Yusuf mengatakan faktor lain yang menyebabkan sulitnya hilal teramati yakni kondisi bulan dan matahari itu sendiri. Yakni elongasi atau jarak antara matahari dan bulan terlalu kecil.
"Elongasi atau jarak antara matahari dan bulan kalau kita lihat di langit terlalu kecil. Kemudian kalau nanti matahari terbenam pun ketinggiannya kurang dari 1 derajat dari ufuk," kata Yusuf.
Kemudian tipisnya jeda waktu antara terbenamnya matahari dan bulan di sore hari ini terlalu tipis. Beberapa faktor itu menjadi kendala dari pengamatan hilal du Observatorium Bosscha Lembang.
"Keputusan pergantian bulan baru selalu kita serahkan ke Kementerian Agama. Kami hanya mengumpulkan data dan melampirkan hasil penelitian kami di sini," kata Yusuf.
(dir/dir)