Tradisi Papajar Ala Santri di Sukabumi Sambut Ramadan, Zikir-Mayoran

Tradisi Papajar Ala Santri di Sukabumi Sambut Ramadan, Zikir-Mayoran

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 10 Mar 2024 16:54 WIB
Papajar ala santri di Sukabumi.
Papajar ala santri di Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar
Sukabumi - Ratusan santri di Sukabumi melaksanakan kegiatan doa dan zikir bersama untuk menyambut bulan suci Ramadan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di kawasan Pondok Halimun, Kabupaten Sukabumi, Minggu (10/3/2024).

Tradisi mapag pajar (papajar) memang dikenal erat di kalangan masyarakat Sukabumi. Selain diisi dengan kegiatan positif, para santri juga nampak makan bersama atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan Botram dan Mayoran.

Pantauan detikJabar, pelaksanaan zikir itu dipimpin oleh Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath KH Fajar Laksana. Setelahnya, pengurus santri membantu membagikan makanan dengan menggunakan nasi bungkus, sedangkan para santri duduk berjajar.

KH Fajar Laksana mengatakan, sebagai umat Muslim sudah sewajarnya bergembira menyambut bulan suci Ramadan. Oleh sebab itu, setiap tahun mereka menggelar tradisi Papajar sebagai tarhib atau perayaan menyambut Ramadan.

"Menyambut tahrib Ramadan dalam rangka memeriahkan, mengingatkan bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadan karena Nabi Muhammad SAW menyampaikan barangsiapa bergembira menyambut bulan suci Ramadan maka diharamkan jasadnya disiksa di api neraka," kata Fajar.

Dia mengatakan, bentuk ungkapan rasa gembira menyambut Ramadan utamanya dilakukan dengan cara mempersiapkan diri dengan berdoa, zikir dan memahami ilmu untuk beribadah di bulan suci yang dirindukan umat Muslim tersebut.

"Tentunya tahrib Ramadan itu diisi kegembiraannya tentunya bukan dengan pesta pora tapi diisi kegembiraannya dengan ilmu keutamaan bulan suci Ramadan, fadilah tentang kajian fikih bulan suci Ramadan supaya santri ini bisa mendalami dan bisa khusyuk dalam beribadah, itu tujuannya," ujarnya.

"Acaranya tausiah dan berdoa karena amal ibadah itu diterima kalau ada niat dan ilmu. Kalau ibadah di bulan suci Ramadan tanpa ada ilmunya maka sia-sia dan kalau ibadah tidak ada niatnya, akan percuma," sambungnya.

Usai mendengarkan tausiah, berdoa, dan berzikir barulah para santri makan bersama di alam terbuka. "Kita itu melaksanakannya (di luar) supaya ada perbedaan, maka tiap tahun kita santri melaksanakan di luar," ucapnya.

Salah satu satri, Sihab (20) mengaku, rutinitas tahunan ini merupakan kegiatan yang selalu dinantikan. Selain suasana baru, dia juga bisa menikmati nuansa mengaji di alam terbuka.

"Tiap kali mau masuk Ramadan saya selalu ikut kegiatan ini. Soalnya selain makan-makan, bisa ngaji sambil lihat pemandangan alam," kata Sihab. (sud/sud)



Hide Ads