Pemerintah Kota Cimahi harap-harap cemas dengan penuhnya zona 1 TPA Sarimukti, di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namun, Cimahi menyiapkan strategi agar tak ketergantungan.
Kendati demikian, Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi mengatakan jika Kota Cimahi masih memiliki jatah kuota pembuangan sampah ke TPA Sarimukti.
"Untuk kuota (pembuangan sampah), Cimahi masih punya. Jadi masih ada pengiriman sampai sekarang," kata Dicky saat ditemui, Jumat (2/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah agar Cimahi tak ketergantungan pada keberadaan TPA Sarimukti terus digalakkan. Salah satunya dengan program pemilahan sampah organik di setiap wilayah. Sementara sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti merupakan sampah residu.
"Sejak dilarang sampah organik maka kita olah di kewilayahan. Sudah beberapa kali distrategikan, termasuk Grak Ompimpah bergandengan dengan bank sampah unit," ujar Dicky.
Upaya lainnya yakni pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu yang disebut Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai langkah mengurangi timbulan sampah. Pembangunan TPST RDF tu juga sebagai upaya agar Kota Cimahi tak terlalu bergantung pada TPA Sarimukti.
"Tahun 2025 kita tidak bergantung lagi ke TPA Sarimukti. Kita sedang membangun TPST RDF, di lahan luasnya sekitar 0,5 hektare dengan kapasitas pengolahan sampai 50 ton per hari," ujar Dicky.
Beberapa hari sebelumnya, pengangkutan sampah dari rumah tangga sempat terganggu. Seperti dirasakan warga RW 13 Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Baca juga: Asa Jawa Barat Wujudkan Wilayah Toleran |
"Ya sempat numpuk, biasanya seminggu 2 kali tapi minggu ini telat ngangkutnya. Ada info mau diangkut Sabtu, biasanya kan Selasa sama Jumat," kata Lilis (60), warga setempat
Ia tak mengetahui penyebab berubahnya jadwal pengangkutan sampah tersebut. Namun menurutnya, hal itu berujung pada menumpuknya sampah di rumah yang semestinya bisa segera diangkut.
"Ya bingung juga, paling ditumpuk dulu. Harusnya kan bisa segera diangkut, tapi sekarang kan nggak. Belum lagi nanti kan nggak bisa sekaligus, digilir karena jadi banyak sampahnya," kata Lilis.
(dir/dir)