Respons DKPP Kota Bandung Tanggapi Warga yang Beli Cabai Busuk

Respons DKPP Kota Bandung Tanggapi Warga yang Beli Cabai Busuk

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 08 Nov 2023 01:30 WIB
Kondisi cabai merah keriting rusak dan hampir busuk yang dijual murah di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (25/10/2023).
Ilustrasi cabai busuk (Foto: Anang Firmansyah/detikJateng)
Bandung - Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mencatat adanya kelonjakan harga cabai rawit. Tak main-main, harga cabai rawit merah lokal tengah meroket sampai tembus Rp100 ribu. Padahal, harga normalnya Rp40-50 ribu

Tapi miris, pedasnya harga cabai segar membuat masyarakat mencampur pemakaian cabai segar dengan cabai busuk. Salah seorang penjual cabai di Pasar Cikutra, Kota Bandung, mengaku cabai busuk pun kini banyak diburu pembeli.t

Biasanya, cabai busuk ini digunakan untuk membuat sambal. Sebab meski kondisinya tidak segar, cabai busuk tetap memiliki rasa yang pedas.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Gin Gin Ginanjar secara tersirat menyampaikan tak ada pantauan dan larangan soal pembelian cabai yang kualitasnya rendah itu. Soal layak atau tidak untuk dikonsumsi, kata dia itu jadi penilaian masyarakat.

"Sidak pangan sebetulnya kita lakukan setiap hari, Senin-Kamis kita survey. Bahkan kita sudah punya kerja sama dengan namanya surveyor di setiap pasar sebagai pelapor. Kita lakukan pemeriksaan produk yang layak dan sehat. Selama itu masih layak, kita bisa perkenankan lah. Ya masyarakat bisa memilah sendiri ya. Tidak hanya cabai, telur juga ada yang pecah juga kan, selama memang masih bisa dikonsumsi dan layak ya tidak apa-apa," kata Gin Gin, Selasa (7/11/2023).

Ditemui saat memantau gerakan pangan murah, ia mencoba memahami jika warga lebih suka beli cabai busuk. Sebab tak bisa dipungkiri harganya lebih murah dan bisa dibeli seadanya. Menurutnya, hal tersebut jadi alternatif bagi masyarakat.

"Mungkin masyarakat mencari alternatif lain dan salah satunya ada cabai yang secara konsumsi masih bisa dipakai. Ini memang kondisi dari kelangkaan atau mahalnya harga cabai. Kekeringan yang panjang mengakibatkan produksi menurun dan kualitas juga menurun," ucapnya.

Jadi, DKPP Kota Bandung pun mencoba membantu warga dengan memberi edukasi cara mengolah cabai segar agar bisa lebih lama dipakai. Salah satunya dengan cara pengasinan.

DKPP mencoba memberi edukasi teknologi bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi untuk pengembangannya. Seperti cara pengasinan dan pengeringan, yang diharapkan mempertahankan kualitas dan rasa yang cabai segar.

"Selain itu kita mengembangkan bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan atau lingkungan di sekitar pemukiman untuk berbudidaya berbagai jenis pangan yang kita beri nama kelompok Buruan Sae. Mereka bisa melakukan penanaman secara mandiri. Kita hari ini akan memberikan bantuan bibit cabai dan bawang merah yang akan kita bagikan serentak ke 375 kelompok Buruan Sae," ujar Gin Gin.

Upaya ini katanya akan lakukan mulai pertengahan November, sebagai langkah untuk membantu masyarakat agar bisa bertahan dan menyediakan pangan mandiri.

Nantinya, masyarakat setelah menanam akan bisa memperoleh hasil panen setelah tiga bulan. Sehingga, DKPP ingin membiasakan masyarakat dengan memanfaatkan pekarangan, bercocok tanaman yang sekarang ini sedang naik harganya.

"Instruksi dari Pj Walkot, kami akan membantu menyediakan bibit lebih banyak lagi supaya bisa dilakukan secara masif. Karena perkiraan kenaikan harga ini mungkin akan bertahan sampai ke menjelang Nataru. Jadi masih ada waktu kita untuk bisa menyiapkan diri dari sekarang," ujar Gin Gin. (aau/yum)



Hide Ads