Deretan Hewan Langka yang Hidup di Sanggabuana: Macan hingga Naga

Irvan Maulana - detikJabar
Kamis, 14 Sep 2023 06:00 WIB
Ular naga di Gunung Sanggabuana Karawang (Foto: dok. Sanggabuana Conservation Foundation).
Karawang -

Keanekaragaman hayati di Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang sangat kaya. Beberapa hewan langka yang terancam punah pun kerap ditemui di kawasan tersebut.

Direktur Eksekutif Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) Solihin Fuadi mengatakan, selama hampir empat tahun, pihaknya mengeksplorasi hutan Sanggabuana, beberapa hewan langka yang beresiko punah sudah terdata.

"Dalam eksplorasi yang sudah dilakukan selama ini, sudah banyak satwa langka dan endemik yang berhasil terekam secara visual, maupun kamera trap yang kami pasang. Terakhir kami berhasil mengidentifikasi katak pohon mutiara yang unik dan langka di hutan Pegunungan Sanggabuana," ujar Solihin, kepada detikJabar, Rabu (13/9/2023).

Eksplorasi yang dilakukan SCF ini, dilakukan dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi.

"Kami lakukan ini, dalam rangka menjaga atau mempertahankan kawasan hutan, dengan mengajukan perubahan status kawasan hutan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi," kata dia.

Berikut beberapa hewan langka dan endemik yang berhasil ditemukan SCF di Pegunungan Sanggabuana:

1. Elang Jawa

Masyarakat Sunda menyebut burung elang jawa dengan nama manuk dadali. Burung pemangsa ini banyak ditemukan di langit pegunungan Sanggabuana. Burung Elang Jawa yang menjadi top predator di angkasa ini pertama teridentifikasi oleh tim ekspedisi pada Juli 2020.

Elang jawa yang bernama latin Nisaetus bartelsi ini, merupakan burung yang dijadikan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Sebagai satwa endemik jawa, burung elang jawa hanya ditemukan di Pulau Jawa saja.

Dalam IUCN (Unternational Union for Conservation of Nature) Red List burung elang jawa masuk dalam kategori Endagered (EN). Sedangkan dalam CITES (the Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora) dikategorikan dalam Appendix 1, yaitu daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.

"Javan Hawk Eagle ini juga masuk dalam daftar satwa dilindungi dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi," ucap Solihin.

2. Macan Tutul Jawa

Karnivora besar yang masih tersisa di Pegunungan Sanggabuana adalah macan tutul jawa atau Panthera pardus melas. Selain macan tutul jawa dengan pola totol juga ditemukan macan kumbang yang juga merupakan macan tutul melanistik atau mengalami kelainan pigmen sehingga warna rambut atau badannya gelap hitam.

"Macan tutul jawa di Sanggabuana pertama kali teridentifikasi lewat video dan foto dari hasil kamera trap yang kami pasang pada bulan September 2021," ujarnya.

Solihin mengungkap, selain terekam kamera trap, beberapa kali macan tutul jawa di Pegunungan Sanggabuana juga terlibat konflik dengan manusia, seperti memangsa ternak masyarakat sekitar yang dikandangkan di pinggiran hutan Sanggabuana.

"Macan tutul jawa ini merupakan satwa endemik jawa dan merupakan satwa dilindungi dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi dalam Permen KLHK nomor 106 tahun 2018. Dalam IUCNRedList, macan tutul jawa masuk dalam kategori Critically Endagered (CR) dan Appendix 1 Cites atau terancam kritis," ungap Solihin.

3. Alap-alap Capung atau Alap-alap Terkecil di Dunia

Alap-alap Capung merupakan raptor atau burung pemangsa, dan merupakan jenis terkecil dari keluarga Falconidae. Burung yang mempunyai nama ilmiah Microhierax fringillarius ini juga pernah teridentifikasi oleh SCF di Pegunungan Sanggabuana pada April 2021 lalu.

"Burung alap-alap capung merupakan burung berdarah panas, berukuran sepanjang 15 centimeter dengan berat sekitar 35-40 gram. Dalam IUCN Red List, pemakan serangga ini masuk dalam status Least Concern (LC) yang artinya daftar spesies yang tidak terancam punah, tetapi karena sering diperdagangkan, mungkin bisa terancam punah bila perdagangannya terus berlanjut tanpa adanya pengaturan," kata Solihin.

Di pegunungan Sanggabuana, alap-alap capung ini terekam kamera video sedang menyuapi anaknya makan, dan berburu capung. Selain tongkeret dan serangga lain, burung ini menjadikan capung sebagai makanannya, hingga dinamakan alap-alap capung.

4. Owa Jawa

Selain raptor, ada lima jenis primata yang berhasil teridentifikasi oleh SCF di Pegunungan Sanggabuana. Salah satunya adalah Silvery Gibbon atau owa jawa.

"Primata endemik jawa ini ditemukan hampir di sebagian besar punggungan Pegunungan Sanggabuana. Tiap pagi dan sore hari, nyanyian atau teriakan primata yang bernama ilmiah Hylobates moloch ini bisa didengar di beberapa lereng gunung," ungkapnya.

Owa jawa sendiri merupakan salah satu keluarga primata besar yang tidak mempunyai ekor. Primata ini memakan dedaunan dan buah-buahan yang ada di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.

"Sampai sekarang belum ada data pasti berapa populasi owa jawa yang ada di Sanggabuana, selain owa jawa, juga ada primata lain seperti lutung jawa, surili, dan monyet ekor panjang di Pegunungan Sanggabuana," kata Solihin.

Owa Jawa sendiri merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup danKehutana Nomor 106 tahun 2018. Sedangkan DalamIUCNRedList,Owa Jawa masuk dalam kategoriEndagered (EN).




(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork