Ratusan orang yang menggantungkan hidupnya dari memulung barang bekas dan sampah di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menuntut diizinkan bekerja lagi.
Sejak peristiwa kebakaran melanda TPA Sarimukti pada 19 Agustus lalu, sampai saat ini mereka dilarang beraktivitas di area TPA Sarimukti dengan alasan keamanan dan keselamatan.
Namun karena kebakaran itu juga, mereka kehilangan pendapatan. Setiap hari hanya menggantungkan hidup dari belas kasih orang lain yang memberi makan sehari sekali, tak jarang mereka berutang demi menyambung hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oom Komalasari (52), merupakan salah satu pemulung yang juga mengkoordinir pemulung lainnya di Kampung Ciherang, sebuah kawasan permukiman yang didirikan para pemulung.
"Saya mewakili warga Kampung Ciherang, menuntut biar TPA Sarimukti secepatnya dibuka lagi. Itu lahan bekerja kami, kami ingin bekerja lagi biar tidak menggantungkan hidup ke pemerintah," kata Oom saat ditemui di Kampung Ciherang, Selasa (12/9/2023).
Kampung Ciherang atau biasa disebut kampung pemulung itu dihuni oleh 65 KK dengan total 273 jiwa. Oom mengatakan, 95 persen penghuninya berprofesi sebagai pemulung di TPA Sarimukti.
"95 persennya kerja jadi pemulung. Kami cuma bisa menuntut biar segera dibolehkan lagi memulung. Nggak bisa juga kalai demo, mungkin kalau sama warga asli Sarimukti bisa," kata Oom.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtias mengatakan, kalau pemulung belum diizinkan beraktivitas lagi di area TPA Sarimukti.
"Kita stop dulu tidak boleh ada yang masuk ke area (TPA Sarimukti). Jadi itu tolong untuk dipahami karena kondisinya darurat," kata Prima.
Pertimbangan utamanya yakni kebakaran di area TPA Sarimukti belum padam. Asap yang ditimbulkan bisa mengancam kesehatan pemulung jika memaksa beraktivitas. Serta keberadaan mereka bisa mengganggu proses pemadaman.
"Soal nasib pemulung yang belum boleh masuk, pemulung ini kan mata pencahariannya memang di sini (TPA Sarimukti). Kalau sampai amit-amit terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kita sangat menjaga keamanan dan keselamatan jiwa manusia," kata Prima.
(mso/mso)