Serangga seperti laba-laba memang banyak jenisnya, dari yang tidak beracun hingga mematikan. Tahukah kamu laba-laba yang memiliki racun mematikan Dikutip detikEdu dari Live Science, Kamis (18/5/2023), populasi spesies laba-laba berbisa mencapai 43.000 spesies. Tapi hanya ada 25 spesies yang dapat membunuh dan berbahaya bagi manusia.
Beberapa jenis bahaya berbahaya yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian manusia antara lain yaitu laba-laba corong (atrax), laba-laba punggung merah dan hitam (latrodectus), laba-laba pisang dan pengembara (phoneutria), dan laba-laba pertapa (loxosceles).
Baca juga: Ngeri! 10 Singa Dibunuh dalam Sepekan |
Laba-laba yang mematikan pun, seperti yang diungkapkan The American Association of Poison Control Centers (AAPCC), ternyata tidak terlalu bahaya untuk manusia. Data mereka mengungkapkan hanya ada satu kasus kematian yang disebabkan oleh gigitan laba-laba di AS pada tahun 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Laba-laba yang mematikan sangat jarang ditemukan," ujar Rick Vetter pensiunan peneliti dari Departemen Entomologi di University of California.
Berdasarkan racunnya, laba-laba jaring corong menempati urutan teratas laba-laba paling mematikan. Laba-laba yang berasal dari Australia ini memiliki racun yang sangat kuat dapat membunuh dalam hitungan menit.
"Laba-laba corong dapat membunuh balita dalam waktu 5 menit dan anak berusia 5 tahun dalam waktu 2 jam," kata Vetter.
Laba-laba yang berasal dari Brazil memiliki racun paling aktif daripada laba-laba lainnya. Namun karena racun yang bekerja lebih lambat membuat laba-laba ini tidak menempati posisi pertama.
Tak hahya itu terdapat laba-laba pertapa coklat (reclusa) yang menjadi penyebab umum cedera karena laba-laba. Gigitan laba-laba dari Amerika Serikat ini menyebabkan nyeri tubuh dan demam. Meski penyembuhannya butuh waktu sebulan, laba-laba ini tidak mematikan.
Laba-laba Paling Mematikan
Latrodectus atau dikenal juga dengan nama laba-laba redback atau laba-laba janda hitam merupakan laba-laba paling mematikan. Laba-laba itu memiliki racun yang sebanding dengan laba-laba jaring corong, namun laba-laba ini lebih sering menggigit manusia.
Saat ini AAPCC sedang mengumpulkan data tentang gigitan laba-laba, selain itu tidak mudah untuk menangani mortalitas atau morbiditas gigitan laba-laba.
Menurut Rod Crawford, kurator arakhnida di Museum Burke di Universitas Washington di Seattle mengungkapkan terdapat beberapa kematian yang dikaitkan dengan laba-laba.
"Beberapa kematian setiap tahunnya dikaitkan dengan laba-laba, namun tidak ada bukti," ujar Crawford.
Laba-laba Mematikan Dahsyatkah?
Sementara itu, Museum Australia mengklaim bahwa setiap tahunnya terdapat 2.000 orang digigit laba-laba redback dan untuk mengobatinya dengan penawar antivenom yang diberikan kepada sekitar 100 pasien sejak 1980.
Selain itu, AAPCC mendata sekitar 3.500 gigitan laba-laba di AS dan terdapat 40 kasus utama. 9 Dari 40 kasus itu dikaitkan dengan laba-laba janda hitam dan 29 hasil lainya serta satu kasus kematian dikaitkan dengan laba-laba pertapa.
Pada tahun 2020, AAPCC mengungkapkan bahwa tidak ada kematian yang disebabkan oleh gigitan laba-laba di atas.
Dari data diatas mengungkapkan bahwa tidak ada laba-laba mematikan yang sedahsyat itu.
"Selama menangani puluhan ribu laba-laba dalam hidup saya, saya hanya digigit tiga kali dan tidak ada efek signifikan," ujar Crawford.
Vetter juga setuju dengan pernyataan bahwa laba-laba mematikan pun tidak mematikan itu.
Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.