Laba-laba terdiri dari banyak jenis, mulai dari yang tidak beracun hingga memiliki racun mematikan. Lalu laba-laba jenis apa yang memiliki racun paling mematikan, ya?
Dilansir laman Live Science, populasi spesies laba-laba berbisa mencapai 43.000 spesies. Tapi hanya ada 25 spesies yang dapat membunuh dan berbahaya bagi manusia. Lalu, laba-laba mana yang paling mematikan?
Beberapa jenis bahaya berbahaya yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian manusia antara lain yaitu laba-laba corong (atrax), laba-laba punggung merah dan hitam (latrodectus), laba-laba pisang dan pengembara (phoneutria), dan laba-laba pertapa (loxosceles).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun The American Association of Poison Control Centers (AAPCC), laba-laba yang mematikan pun ternyata tidak terlalu bahaya untuk manusia. Data mereka mengungkapkan hanya ada satu kasus kematian yang disebabkan oleh gigitan laba-laba di AS pada tahun 2021.
"Laba-laba yang mematikan sangat jarang ditemukan," ujar pensiunan peneliti dari Departemen Entomologi di University of California bernama Rick Vetter.
Laba-Laba Beracun dan Tingkat Kematiannya
Berdasarkan racunnya, laba-laba jaring corong menempati urutan teratas laba-laba paling mematikan. Laba-laba yang berasal dari Australia ini memiliki racun yang sangat kuat dapat membunuh dalam hitungan menit.
"Laba-laba corong dapat membunuh balita dalam waktu 5 menit dan anak berusia 5 tahun dalam waktu 2 jam," kata Vetter.
Laba-laba dari Brazil memiliki racun paling aktif daripada laba-laba lainnya. Namun karena racun yang bekerja lebih lambat membuat laba-laba ini tidak menempati posisi pertama.
Selain itu terdapat laba-laba pertapa coklat (reclusa) yang menjadi penyebab umum cedera karena laba-laba. Gigitan laba-laba dari Amerika Serikat ini menyebabkan nyeri tubuh dan demam. Meski penyembuhannya butuh waktu sebulan, laba-laba ini tidak mematikan.
Laba-Laba Paling Mematikan
Laba-laba paling mematikan adalah Latrodectus atau dikenal juga dengan nama laba-laba redback atau laba-laba janda hitam. Laba-laba ini memiliki racun yang sebanding dengan laba-laba jaring corong, namun laba-laba ini lebih sering menggigit manusia.
AAPCC sedang mengumpulkan data tentang gigitan laba-laba, selain itu tidak mudah untuk menangani mortalitas atau morbiditas gigitan laba-laba.
Menurut Rod Crawford, kurator arakhnida di Museum Burke di Universitas Washington di Seattle mengungkapkan terdapat beberapa kematian yang dikaitkan dengan laba-laba.
"Beberapa kematian setiap tahunnya dikaitkan dengan laba-laba, namun tidak ada bukti," ujar Crawford.
Laba-laba Mematikan Dahsyatkah?
Sementara itu, Museum Australia mengklaim bahwa setiap tahunnya terdapat 2.000 orang digigit laba-laba redback dan untuk mengobatinya dengan penawar antivenom yang diberikan kepada sekitar 100 pasien sejak 1980.
Selain itu, AAPCC mendata sekitar 3.500 gigitan laba-laba di AS dan terdapat 40 kasus utama. 9 Dari 40 kasus itu dikaitkan dengan laba-laba janda hitam dan 29 hasil lainya serta satu kasus kematian dikaitkan dengan laba-laba pertapa.
Pada tahun 2020, AAPCC mengungkapkan bahwa tidak ada kematian yang disebabkan oleh gigitan laba-laba di atas.
Dari data diatas mengungkapkan bahwa tidak ada laba-laba mematikan yang sedahsyat itu.
"Selama menangani puluhan ribu laba-laba dalam hidup saya, saya hanya digigit tiga kali dan tidak ada efek signifikan," ujar Crawford.
Selain itu, Vetter juga setuju dengan pernyataan bahwa laba-laba mematikan pun tidak mematikan itu.
Baca juga: Mengapa Kucing Suka Ngulet? Ini Jawabannya |
(nwy/nwy)