Jalan Coretan Tangan Anak-anak 'Istimewa' di Bandung

Jalan Coretan Tangan Anak-anak 'Istimewa' di Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 02 Apr 2023 22:30 WIB
Peresmian House of Hope untuk training center anak-anak disabilitas di Bandung
Peresmian House of Hope untuk training center anak-anak disabilitas di Bandung (Foto:Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Keberadaan anak-anak disabilitas tak jarang hanya dipandang sebelah mata. Kehadiran mereka yang sebetulnya 'istimewa' itu kerap tidak mendapat dukungan, terutama dari sisi lingkungannya untuk berkembang.

Namun kini, mimpi para anak-anak disabilitas, terutama di Kota Bandung untuk bisa bersaing dengan orang-orang normal pada umumnya mulai terbuka lebar. Salah satunya dipelopori oleh Zoleka, sebuah brand urban sports apparel dan sociopreneur yang membukan training center untuk kaum disabilitas bernama House of Hope.

CEO sekaligus Founder Zoleka Irene Ridjab mengatakan, House of Hope bakal menjadi pusat pelatihan anak-anak disabilitas dalam mengembangkan karyanya. Program yang lahir dari Yayasan Blessindo Harapan Mandiri (YBHM) ini digagas Irene setelah 2 tahun fokus mendampingi anak-anak disabilitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"House of Hope ini kerinduan saya menjembatani kebutuhan anak-anak khusus ini bisa terjun di masyarakat secara mandiri. Sehingga kita bisa memberikan solusi kepada keluarganya, maupun kepada masyarakat," kata Irene, Minggu (2/4/2023).

Irene menjelaskan, untuk saat ini House of Hope masih fokus mengembangkan motorik anak-anak disabilitas melalui buah tangan lukisan. Zoleka kemudian menggarap lukisan-lukisan tersebut sehingga menjadi produk yang bisa ditawarkan ke beberapa instansi pemerintahan maupun swasta. Hingga Februari 2023, lukisan anak-anak disabilitas ini sudah dipesan oleh Bank Indonesia (BI) maupun beberapa bank negara.

ADVERTISEMENT

"Kami masih fokusnya ke menggambar, art terapi. Hasil gambarnya kita coba terapkan kepada produk dan kita tawarkan kepada corporate atau instansi dan kepada marketplace yang mau membeli. Dari hasil dari penjualan itu, anak yang menggambar dapat kontribusi kembali. Fokus kami memang ingin kepada pemberdayaan anak-anak disabilitas," tuturnya.

Di House of Hope, Irene pun selanjutnya punya mimpi menyalurkan bakat anak-anak disabilitas ke bidang kuliner. Hal ini kata Irene, karena sebagian anak-anak disabilitas yang sudah 2 tahun ia dampingi mulai menunjukkan ketertarikannya di bidang food and beverage tersebut.

"Kerinduan saya setelah ini terus mengembang. Tahun ini pengen membukan food and baperish di baking (kue) atau barista, ada keahlian anak-anak ke sana. Itu sedang kita persiapkan, karena yang penting sistemnya dulu yang harus saya rapikan," tuturnya.

Zoleka diketahui telah berkiprah dalam pendampingan terhadap anak-anak disabilitas. Salah satu anak yang berhasil diorbitkan yaitu Matthew Martheen Kurnia (15), yang hasil lukisannya digunakan sebagai desain official jersey para peserta Tour de Borobudur 2022 di Magelang, Jawa Tengah.

Di tempat yang sama, Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Dante Rigmalia mengatakan, konsep House of Hope menjadi mandat dari Undang-undang untuk menjembatani difabel supaya memiliki pekerjaan. Karena menurutnya, kesempatan bekerja untuk para disabilitas di Indonesia masih belum terbuka luas.

"Berbicara pekerjaan, masih banyak disabilitas yang tidak memiliki ijazah formal. Ketika dia tidak memiliki ijazah, sangat sulit untuk bekerja, terutama di sektor formal karena ijazah menjadi persyaratan dalam bekerja. House of hope ini bisa menjadi jembatan, memberi pelatihan, diarahkan dan disalurkan bakatnya. Sehingga nanti harapannya, penyandang disabilitas yang ada di sini bisa mandiri," katanya.

Dante pun menginginkan House of Hope bisa menjadi model untuk pemberdayaan penyandang disabilitas. Konsep ini pun kata dia, bisa digunakan di kabupaten/kota di Indonesia sehingga mereka nantinya bisa bersaing dan memberikan kontribusi di lingkungan masyarakatnya.

"Karena kesempatan, peluang pelatihan, itu perlu diberikan kepada penyandang disabilitas. Siapapun menjadi bisa karena dilatih, nah sering kali pelatihan tidak ada, kesempatan tidak dibuka sehingga para penyandang disabilitas tidak punya peluang untuk berkembang. Di sini memberikan ruang, dan ini bisa menjadi model untuk daerah lain untuk diterapkan," pungkasnya.

(ral/mso)


Hide Ads