Mengenal MEOK, Tradisi Botram Saat Munggahan Warga Bandung Zaman Baheula

Mengenal MEOK, Tradisi Botram Saat Munggahan Warga Bandung Zaman Baheula

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Rabu, 22 Mar 2023 11:30 WIB
Sebelum memasuki bulan puasa, sebagian orang melakukan
Sebelum memasuki bulan puasa, sebagian orang melakukan
Bandung -

Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat untuk menggelar kegiatan makan-makan bersama atau botram untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Kegiatan ini adalah bagian dari munggahan.

Mengutip dari jurnal 'Perkembangan Tradisi Keagamaan Munggahan Kota Bandung Jawa Barat tahun 1990-2020' yang disusun Tata Twin Prehatinia dan Widiati Isana dari Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, munggahan berasal dari kata 'munggah'. Asal kata munggah ini dari kata 'unggah' yang berarti naik atau meningkat.

Jadi, munggah berarti perihal perubahan ke arah yang lebih baik, dari bulan Syakban menuju Ramadan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas iman kita saat sedang berpuasa dalam bulan Ramadhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Munggahan ini ternyata sudah dilakukan oleh masyarakat Bandung sejak dahulu. Seperti disampaikan Sang "Kuncen Bandung" Haryoto Kunto dalam bukunya Ramadhan Di Priangan yang terbit tahun 1996.

Dalam bukunya, Haryoto Kunto menggambarkan bahwa warga Bandung memang memiliki kebiasaan senang makan-makan.

ADVERTISEMENT

"Mengingat bahwa Ramadhan, merupakan saat bertapa sebulan lamanya, mencegah makan-minum dan berbuat maksiat serta laku bicara yang tercela, maka sebagian warga Kota Bandung yang doyan makan, mengawali munggah dengan acara makan-makan bersama," begitu ditulis Haryoto Kunto.

Acara makan minum bersama yang dikenal dengan istilah "botram" ini sering diselenggarakan di tempat wisata, alam terbuka (sawah, ladang daerah indah pegunungan) atau di kebun milik pribadi.

Haryoto Kunto pun menyebut istilah yang unik untuk kegiatan botram munggahan ini dengan singkatan "MEOK". MEOK ini merupakan singkatan dari makan enak omong kosong.

"Tentu saja kegiatan "MEOK" ("makan enak omong kosong") tadi berlangsung meriah, di seling sempal guyon penuh kegembiraan," katanya.

Haryoto Kunto kemudian mengatakan jika tradisi "botram" ini sekarang jarang dilakukan lagi oleh warga Kota Bandung, kecuali masyarakat daerah pinggiran, atau penduduk kota kecil di pedalaman.

Namun jika melihat kondisinya dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan botram saat munggahan kembali dihidupkan oleh warga. Dalam kelompok pertemanan, lingkungan rumah maupun di tempat kerja, sebelum memasuki Ramadhan banyak digelar botram.

Kegiatannya pun tak jauh dengan yang disebut Haryoto Kunto sebagai "Makan Enak Omong Kosong". Berkumpul bersama orang-orang terdekat sambil makan bersama sepertinya memang sudah menjadi tradisi melekat bagi orang Bandung.

Dari sisi budaya, botram memang telah menjadi salah satu budaya Sunda yang melekat. Hal ini dikatakan budayawan sunda Yayat Hendayana.

"Botram untuk munggahan itu kan terkait dengan silaturahmi menjelang bulan Ramadan. Entah itu dengan keluarga, saudara, tetangga atau teman," tutur Yayat saat dihubungi detikJabar, Rabu (22/3/2023).

Terkait obrolannya yang disebut Haryoto Kunto sebagai "omong kosong", Yayat menilai bahwa inti dari botram adalah makan-makan bersamanya.

"Utamanya kan di makan-makan bersamanya, perkara isi obrolannya sih itu bisa macam-macam," katanya.

Yayat menyebut jika budaya botram ini masih terjaga hingga saat ini. Banyak kalangan masyarakat melakukan botram untuk berbagai momen, termasuk untuk munggahan memasuki bulan Ramadan.




(tya/tey)


Hide Ads