Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa atau lebih dikenal dengan nama Vihara Dewi Kwan Im terbilang sepi. Tidak ada perayaan Imlek di vihara yang berdiri sejak 23 tahun silam tersebut. Kendaraan yang terparkir bisa dihitung dengan jari.
Vihara tersebut mengusung keberagaman dan kearifan lokal, lebih kepada wisata religi dan hanya sekali-kali dijadikan tempat ibadah penganut Budha dan Konghucu. Tidak aneh, ketika di lokasi ini ada sejumlah pendopo yang dijadikan tempat untuk sejenak menyepi dari keramaian.
Baca juga: Sunyi di Vihara Dewi Kwan Im Sukabumi |
Berikut deretan tempat yang kerap didatangi pengunjung yang datang ke area ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Vihara Dewi Kwan Im
Usia Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa atau lebih dikenal dengan nama Vihara Dewi Kwan Im di Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi masih terbilang muda. Berdiri tahun 2000 silam, ada kisah unik yang mengiringi pendirian vihara tersebut.
Berdiri megah di atas lahan 2,5 hektare, Vihara Dewi Kwan Im menghadap tepat ke pesisir Teluk Palabuhanratu. Vihara itu berada di sebuah bukit setinggi kurang lebih 100 meter pinggir jalan Loji-Palangpang, arah menuju Geopark Ciletuh. Ada sekitar 500 anak tangga yang menuju lokasi utama vihara tersebut.
"Vihara dibangun sekitar tahun 2000, saya sendiri bekerja sudah 6 tahun namun sebelumnya pernah bekerja di sini dari tahun 2006 sampai 2010 lalu masuk lagi begitu. Jadi memang ada kisah yang dituturkan Mama Airin (Pendiri Vihara) dan sumber lainnya, dukunya Mama memang diharuskan mendirikan suatu vihara yang lokasinya berada di pesisir pantai selatan," kata Sofyan Hadi, pengurus sekaligus pegawai vihara kepada detikJabar, Minggu (22/1/2023).
2. Altar Dewi Kwan Im
Altar Dewi Kwan Im disebut sebagai sentral dari lokasi ini, di tempat itu terdapat Dewi Kwan Im, Budha dan sederet dewa-dewi yang menjadi lambang kepercayaan sejumlah agama. Uniknya juga terdapat Altar Bunda Maria di tempat ini.
"Kenapa di sini ada patung bermacam atau beragam, lebih khusus Mama Airin bukan bermaksud untuk menggabungkan dengan konotasi negatif. Tujuan beliau memposisikan satu pendopo itu tidak kurang dan tidak lebih yakni sekedar untuk menghormati leluhur di Indonesia," ujar Sofyan.
"Di luar daripada leluhur iIndonesia, selebihnya simbol keagamaan seperti Julai Hud, Dewa Se Mien Fo (Dewa 4 wajah, Sidharta Gaotama, Dewa-Dewi Bumi kalau itu kan lebih tepatnya ke simbol agama," sambungnya.
3. Pendopo Kanjeng Ibu Ratu Roro Kidul
Disebutkan tadi, sejumlah pendopo yang mengedepankan kearifan lokal juga berada di tempat ini. Lokasi Pendopo Kanjeng Ibu Ratu Roro Kidul berbeda dengan pendopo lainnya yang terkesan lebih terbuka. Sebuah pintu dengan kelir keemasan megah menutup area utama bangunan.
DetikJabar diberi kesempatan masuk ke area dalam pendopo tersebut. Wewangian dan dupa bercampur aduk ditambah suara musik gamelan menambah kesan mistis di area tersebut. Di area dalam, terdapat lukisan khas yang menggambarkan penguasa pantai selatan itu. Di bagian bawah terpampang sebuah foto besar Mama Airin, pendiri Vihara.
"Itu Mama Airin, yang mendirikan vihara ini. Beliau seorang pengusaha asal Thailand yang kemudian memiliki kemampuan spiritual. Beliau penganut Budha yang taat, tapi semasa hidup kepada pekerjanya yang muslim beliau paling keras agar menjalankan ibadah salat dan mengaji," jelas Sofyan.
4. Titik Pandang Karang Sleeping Budha
Lokasi ini berada di dekat Altar Dewi Kwan Im, sebuah altar dinamai Altar Tuhan Yang Maha Kuasa menghadap ke arah Teluk Palabuhanratu. Tepat di pesisir Pantai Loji sebuah karang yang jika dari kejauhan mirip seseorang yang tertidur.
Baca juga: Harapan Imlek dari Kota Bandung |
Semasa hidup, Mama Airin pendiri Vihara meyakini karang alami itu adalah sosok Sleeping Budha atau Budha yang tertidur. Karang itu juga yang menjadi cikal bakal berdirinya vihara hingga saat ini.
"Setelah mendapat gambaran yang lebih jelas melalui akses laut, diantar pemandu secara tidak langsung dapatlah titik di sini simbolnya ada di karang sana, karang alami yang berbentuk seperti Sleeping Budha atau Budha tidur itu yang kemudian menjadi dasar pembangunan di sini," kata Sofyan.
(sya/orb)