Kisah Calon Pahlawan Devisa, Berangkat ke Korea demi Keluarga

Kisah Calon Pahlawan Devisa, Berangkat ke Korea demi Keluarga

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 20 Jan 2023 23:50 WIB
Calon pekerja migran ke Kores Selatan mengurus dokumen di kantor BP2MI Bandung, Jumat (20/1/2023).
Calon pekerja migran ke Kores Selatan mengurus dokumen di kantor BP2MI Bandung, Jumat (20/1/2023). (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Ratusan calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) berkumpul di Kantor BP3MI Jawa Barat di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jumat (20/1/2023). Mereka adalah calon PMI yang bakal bekerja di Korea Selatan.

Dengan penuh keyakinan, para calon PMI ini terlihat sibuk mengurus segala dokumen hingga mengisi formulir sebagai persyaratan untuk bekerja di Korea Selatan secara resmi.

Kebanyakan calon PMI ini berasal bukan dari Kota Bandung. Mereka jauh-jauh datang dari berbagai daerah di pulau Jawa seperti Indramayu, Cirebon, Brebes dan kota-kota lainnya untuk mewujudkan mimpi bekerja di luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haris Saepul Amri (21) salah satunya. Pemuda asal Brebes, Jawa Tengah ini rela menempuh jarak yang cukup jauh dari tempat kelahirannya untuk bisa bekerja sebagai PMI di Korea Selatan.

Menurut Haris, dirinya memang berkeinginan bekerja di luar negeri karena berbagai hal, salah satunya adalah karena sulitnya mencari pekerjaan di negeri sendiri. Jikapun ada kata dia, gaji yang didapat tidak sesuai.

ADVERTISEMENT

"Disini cari kerjaan susah, disini gaji pas-pasan, makanya mau jadi PMI," ujar Haris saat berbincang dengan detikJabar.

Haris yang sempat bekerja di sebuah pabrik di Brebes ini mengungkapkan, menjadi pekerja migran di luar negeri sudah jadi 'tradisi' di wilayah tempat tinggalnya.

Menurutnya, para pemuda disana kebanyakan bercita-cita untuk bekerja di luar negeri satu tujuan, yakni membahagiakan keluarga. Bahkan Haris mengakui, tiga kakak kandungnya juga bekerja sebagai PMI.

"Di kampung emang banyak yang mau jadi pmi banyak yang berangkat. Kakak 3 di Korea, Taiwan dan Hongkong. Jadi emang kemauan sendiri, juga diajak sama kakak," ungkap Haris.

Haris sendiri mengaku bangga dengan bekerja sebagai PMI. Apalagi, PMI kini disebut sebagai pahlawan negara dengan menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di Indonesia. "Bangga disebut pahlawan devisa," ucapnya.

Senada dengan Haris, Yogi Santoso (24) asal Cirebon juga menyampaikan hal yang sama. Menurut Yogi, menjadi PMI adalah pilihan bagi sebagian orang saat ini. Sebab dengan berkerja sebagai PMI, ia bisa mendapat penghasilan yang lebih ketimbang bekerja di Indonesia.

"Iya lebih besar karena (gajinya), makanya saya disuruh keluar dari kerjaan sama orang tua buat kerja di Korea," ujar Yogi.

Untuk menyiapkan diri bekerja di Korea, Yogi sudah tiga bulan terakhir mempelajari bahasa Negeri Gingseng tersebut. Ia mengaku kini mulai bisa menggunakan bahasa Korea dan siap mengikuti tes sebagai salah satu persyaratan.

"Sekarang mau ikut tes, sudah belajar kosa kata gitu setiap hari hafalan lumayan dikit-dikit. Belajar sudah 3 bulanan," singkatnya.

Upaya Hilangkan Diskriminatif Calon PMI

Ditempat yang sama, Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengungkapkan, untuk pertama kalinya proses verifikasi dokumen calon PMI dilakukan di masing-masing provinsi di Indonesia.

Sebab menurut Benny, sebelumnya proses verifikasi ini hanya dilakukan di kota-kota tertentu di Indonesia seperti Semarang, Bandung dan Jakarta. Belum lagi, calon PMI juga harus melakukan medical check di waktu yang berbeda dengan verifikasi dokumen.

"Bagaimana orang Papua, Maluku itu hanya untuk verifikasi dokumen, membawa 10 lembar dokumen yang prosesnya hanya 10 menit dia menghabiskan biaya tiket dari Papua Rp 10 juta. Itu yang disebut diskriminatif," ucap Benny.

"Setelah verifikasi dokumen dia balik lagi, medical check up dia datang lagi. Padahal medical check up itu biayanya hanya Rp 800 ribu. Sehingga sekarang verifikasi dokumen dilakukan di masing-masing provinsi, tidak perlu datang ke Jawa. Medical check up dilakukan di rumah sakit daerah," lanjutnya menjelaskan.

Minat PMI ke Korea Selatan Meningkat

Benny juga memaparkan, minat calon PMI yang ingin bekerja di Korea Selatan mengalami peningkatan tahun 2023 ini. Untuk di Jawa Barat saja kata dia, 35.508 orang mendaftar sebagai calon PMI.

"Ini pecah rekor 2023 pendaftar menembus angka 35.508. Dulu tertinggi hanya 24 ribu. Animo ke Korea ini semakin tinggi," ujarnya.

Ia menjelaskan, salah satu alasan banyak PMI yang ingin bekerja di Korea Selatan lantaran gaji besar yang diberikan. Menurutnya, untuk sektor G to G, seorang PMI bisa memperoleh penghasilan antara Rp 23-30 juta per bulan.

Menurutnya, di tahun 2023 ini ditargetkan sebanyak 18 ribu PMI bisa berangkat bekerja di Korea Selatan. Sedangkan untuk keseluruhan, BP2MI menargetkan 300 ribu PMI bisa bekerja di luar negeri secara legal.

"Tahun ini mencapai 18 ribu (PMI) ke Korea targetnya yang diberangkatkan. Untuk negara lain targetnya 300 ribu untuk penempatan semua sektor dan skema ke Malaysia, Timur Tengah, Jerman, Polandia, Hongkong, Singapura, Jepang dan Korea," ungkapnya.

Benny juga menyebut jika negara saat ini sangat menghargai para pekerja migran. Ia pun menginginkan mereka yang bekerja sebagai PMI harus merasa bangga. Sebab PMI adalah pahlawan negara dengan penyumbang devisa terbesar kedua bagi Indonesia.

"Negara memberikan jaminan bagi anak bangsa yang bekerja ke luar negeri sepanjang dia resmi, maka negara akan memfasilitasi, itu perlakuan khusus kita untuk mereka pahlawan devisa, orang penting yang menyumbang ekonomi dan APBN melalui devisa besar," tutup Benny.




(bba/dir)


Hide Ads