Di balik nikmatnya kerupuk sambal khas Cirebon yang menggugah selera, tersimpan kisah perjuangan seorang wanita yang tak kenal lelah. Berstatus sebagai orang tua tunggal sejak ditinggal sang suami, membuat wanita ini menjelma menjadi sosok yang tangguh demi menghidupi keluarga.
Sore itu, cuaca di Kota Cirebon terasa cerah saat Suriah menapaki jalan sembari menggendong bakul anyaman yang berisi jajanan tradisional. Ada berbagai macam makanan yang dibawa oleh wanita 50 tahun itu. Kerupuk, sambal asem hingga kacang rebus menjadi saksi bisu perjalanan Suriah mencari rezeki.
Saat melintas di bilangan Jalan Veteran, Kota Cirebon, Suriah sempat berhenti sembari menunggu pembeli. Tidak lama menunggu, sejumlah pembeli pun mulai berdatangan. Senyum ramah pun merekah dari wajah Suriah saat dia melayani pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi pedagang, dihampiri oleh para pembeli tentu menjadi kebahagiaan tersendiri. Begitu juga yang terlihat dari wajah Suriah. Tangannya nampak cekatan saat menyiapkan makanan yang dipesan oleh pembeli.
Namun, siapa sangka di balik senyum ramah Suriah, tersimpan kisah perjuangannya yang luar biasa. Selama bertahun-tahun Suriah menggantungkan hidup dengan berjualan jajanan tradisional.
Dari kediamannya di Desa Pilangsari, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Suriah melangkahkan kaki untuk menjajakan makanan ke sejumlah tempat di Kota Cirebon. Seperti di Jalan Siliwangi, Jalan Bahagia, Jalan Veteran hingga beberapa lokasi lainnya.
Pekerjaan itu telah menjadi rutinitas Suriah sejak sembilan tahun lalu. Berkilo-kilo meter jalan telah dia tempuh selama berjualan makanan tradisional.
Sebelumnya, Suriah hanyalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya sibuk mengurus rumah dan merawat tiga anak-anaknya. Namun, situasi berubah saat suaminya meninggal dunia pada tahun 2015 silam.
Saat itu, Suriah sendiri mengaku sangat terpukul atas meninggalnya sang suami. Di sisi lain, ia juga harus memikirkan kehidupan dan masa depan anak-anaknya.
"Dulu hampir frustasi. Mikirin anak. Mikirin makan dari mana, biaya sekolah dari mana. Tapi kalau dipikirin terus kita rusak, yang ada kita sakit," kata Suriah, baru-baru ini saat menceritakan kondisinya ketika ditinggal sang suami.
Saat itu, Suriah mengaku sempat berniat pergi ke luar negeri untuk bekerja. Namun, niat tersebut ia urungkan karena memikirkan anak-anaknya.
"Awalnya mau ke luar negeri. Tapi dipikir-pikir nanti anak siapa yang jaga," ucap Suriah.
Tak ingin berdiam diri setelah ditinggal sang suami, Suriah lalu bangkit untuk menghidupi keluarganya. Berjualan makanan tradisional dengan cara berkeliling menjadi usaha yang dipilih oleh Suriah.
Suriah meyakini pintu rezeki akan terbuka bagi siapa saja yang tidak lelah untuk berusaha. "Rezeki sih dari mana aja. Asal mau berusaha," kata dia.
Berusaha Selalu Bersyukur
Melalui usaha yang jalaninya, Suriah mampu menghidupi keluarganya sekaligus menyekolahkan anak-anaknya. Suriah memiliki tiga anak. Anak pertama Suriah perempuan, sementara anak ke dua dan ke tiganya laki-laki.
"Anak yang pertama sama yang ke dua sekarang udah berkeluarga. Anak yang ketiga sekarang udah kerja," kata Suriah.
Hingga kini, Suriah masih setia menekuni pekerjaan sebagai pedagang makanan keliling. Ada berbagai jenis makanan tradisional yang biasa dijual oleh Suriah. Mulai dari kerupuk sambal, sambal asem, soun dan beberapa macam jajanan tradisional lainnya.
Setiap hari, Suriah mulai menyibukkan diri sejak pukul 06.00 WIB. Memasak dan mengolah berbagai macam makanan yang akan dijual menjadi rutinitasnya sebelum pergi berkeliling.
"Masak-masak mulai dari jam 7. Kalau udah beres semua baru keliling. Biasanya kelilingnya mulai dari jam 11 siang," kata Suriah.
Sebagai seorang pedagang, pendapatan pun Suriah tidak menentu. Bahkan tidak jarang dia harus pulang malam ketika dagangannya belum habis.
"Pulangnya kalau dagangan udah habis aja. Kadang pulang sore, kadang kalau belum habis pulangnya bisa jam 7 malam. Pokoknya sehabisnya dagangan aja baru pulang," kata dia.
Dari usaha berjualan makanan keliling ini, Suriah mengaku biasa meraup omzet sekitar kurang lebih Rp400 ribu per hari. Suriah sendiri mengaku berusaha selalu bersyukur atas rezeki yang ia dapat.
"Sekarang sehari dapatnya sekitar Rp400 ribu. Kalau dulu sih jualan bisa dapat Rp600 ribu sehari. Tapi saya syukuri aja. Barangkali memang rezekinya segini. Yang penting kuncinya bersyukur dan sabar," ucap Suriah.
(sud/sud)