Pekerja Migran Indonesia menjadi pekerjaan yang tak asing bagi masyarakat Indramayu, Jawa Barat. Bahkan, terdapat kampung yang mayoritas penduduknya pernah menjadi pekerja di luar negeri.
Adalah Desa Kenanga yang terletak di Kecamatan Kenanga, Kabupaten Indramayu itu tercatat sebagai salah satu desa dengan penduduk yang bekerja sebagai pekerja migran terbanyak. Delapan puluh persen masyarakatnya pernah bekerja di luar negeri. Baik sebagai asisten rumah tangga maupun kerja formal di pabrik hingga sebagai nelayan.
"Sekitar 80 persen, baik purna migran maupun yang masih aktif bekerja di luar negeri. Ada juga yang merantau," kata Perangkat Desa Kenanga, Tarsinah (41), belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarsinah bercerita, faktor ekonomi masyarakat pun menjadi satu alasan untuk bekerja di luar negeri. Sebagian diantaranya mereka melihat banyak kesuksesan sebagai pekerja migran.
"Kebanyakan berhasil setelah pulang dari sana. Makanya marak banyak yang ikutan bekerja di luar negeri," jelasnya.
Bahkan, sampai saat ini masih banyak warga yang bekerja di luar negeri. Seperti Taiwan, Hongkong dan sekitarnya.
Namun, pemerintah desa menekankan agar calon PMI dari harus mendapat surat persetujuan dari petugas desmigratif. Hal itu untuk memproteksi masyarakat agar terhindar dari penipuan penyaluran PMI.
"Untuk memastikan legal atau ilegal negara tujuan. Demi keselamatan masyarakat jika bekerja di luar," kata Tarsinah yang juga sebagi purna PMI.
Uniknya, hampir semua purna migran di desa ini membuka lapangan pekerjaan. Mereka mengolah bahan baku sebagai makanan kemasan atau siap saji. Seperti olahan buah mangga, kerupuk ikan, kacang dan makanan olahan lainnya.
Sejauh saat ini, pemerintah desa Kenanga mencatat ada sekitar 900 purna migran yang memiliki UMKM. Tingkat produktivitas itu pun menjadikan desa ini dinobatkan sebagai Desa Migran Produktif atau Desmigratif pada tahun 2016 lalu oleh menteri tenaga kerja.
"Kalau dihitung ada sekitar 900 UMKM. Karena hampir setiap rumah punya usaha," jelasnya.
Tarsinah juga mengaku sebagai salah satu mantan PMI. Selama lima tahun ia bekerja di pabrik tekstil Korea Selatan.
"Saya juga purna migran mas, tahun 2005 pulang dari Korea. Dan sekarang punya usaha olahan kacang goreng krispi," cerita Tarsinah.
Baca juga: Ragam Bahasa di Kampung TKW Majalengka |
Selain sebagai Desa Migran Produktif, Desa Kenanga pun sebagai salah satu desa mandiri. Sebab, banyaknya UMKM di Desa sangat membantu perekonomian masyarakat.
Kreativitas masyarakat setempat pun tidak terlepas dari pengalaman salah seorang mantan PMI yaitu Darwinah (41). Sebagai pembina UMKM, Darwinah banyak memberikan edukasi, pelatihan bagi masyarakat terutama mantan pekerja migran.
"Sekarang sudah ada sekitar 2000-an anggota binaan kami. Produk nya pun sudah sangat beragam," kata pembina UMKM Indramayu Darwinah.
(yum/yum)