Suka Duka di Balik Tembok Rusunawa Cingised Bandung

Suka Duka di Balik Tembok Rusunawa Cingised Bandung

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 14 Jan 2023 08:00 WIB
Rusunawa Cingised Bandung.
Rusunawa Cingised Bandung (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Terik panas matahari di siang hari tak menyurutkan anak-anak di rumah susun sewa sederhana (rusunawa) Cingised Kota Bandung untuk bermain bola. Tiga anak rusunawa asyik bermain bola di taman.

Salah seorang anak mengenakan jersey Persib. Hanya tiga anak yang bermain bola. Satu lawan dua. Kala itu, suasana rusun terbilang sepi. Rusun tampak ramai karena suara anak-anak yang bermain, ada yang bermain lato-lato, kejar-kejaran dan lainnya.

Saat siang hari, di rusun tak banyak laki-laki. Mayoritas perempuan. Sebab, para lelaki yang tinggal di rusun tengah bekerja. Sementara itu, para ibu-ibu sibuk menjemur, mengasuh anaknya, dan beberapa di antaranya menemani anaknya belajar di rusun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa kamar rusun juga dijadikan tempat tinggal dan warung. Kehidupan di rusun memang tak jauh berbeda dengan masyarakat di permukiman. Mereka saling berbaur.

Deretan kamar rusun dipenuhi dengan jemuran. Banyak pintu rusun yang tertutup saat siang hari. Di Rusunawa Cingised, setiap kamar terisi. Ada dua tipe kamar di rusunawa ini, pertama adalah tipe 21 atau 21 meter persegi. Dan, kedua adalah tip 24 atau 24 meter persegi. Sempit memang, seperti indekos. Bedanya, harganya lebih murah.

ADVERTISEMENT

Menurut data yang ada di UPT Pengelolaan Rusunawa Dinas Perumahan Kawasan Permukiman Prasarana Sarana Utilitas Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) menyebutkan di Kota Bandung ada tiga rusunawa, yakni di Rancacili, Cingised, dan Sadangserang. Total hunian di tiga rusunawa itu mencapai 941 unit. Sementara itu, total hunian Rusunawa Cingised sebanyak 483 unit, semua unit terisi.

Harga sewa di Rusunawa Cingised bervariasi. Makin ke atas, makin murah. Untuk tipe 21, lantai satu harga sewa per bulannya Rp 155 ribu. Naik satu lantai, harga berkurang Rp 10 ribu. Jadi, untuk lantai dua tipe 21 harga sewanya Rp 145 ribu per bulan. Dan, lantai empat Rp 125 ribu per bulan. Belum termasuk air dan kebersihan.

Sementara itu, untuk tipe 24 harga sewanya Rp 180 ribu per bulan di lantai satu. Polanya sama, makin tinggi lantainya, makin murah. Harga sewa berkurang Rp 10 ribu. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Wali (Perwal) Kota Bandung Nomor 6/2022 tentang Tarif Pelayanan Rumah Susun Sederhana Sewa.

Sementara itu, dalam Perwal Nomor 1337/2017 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa pasal 10 menyebutkan jangka waktu penghunian Rusunawa adalah satu tahun, dan dapat diperpanjang setiap tahun selama maksimum 10 tahun jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Perjanjian sewa Rusunawa dilakukan satu tahun sekali.

Balik lagi ke suasana Rusunawa Cingised, Mulyadi, ayah dua anak penghuni rusunawa itu tengah bersantai di ruang tengah. Mulyadi sudah tinggal selama lima tahun di rusunawa. Ia terus memperpanjang masa tinggalnya lantaran belum memiliki rumah. Penghasilannya pun terbilang rendah, kerja serabutan.

Ayah dua anak yang berusia 54 tahun itu mengaku terpaksa tinggal di rusunawa. Kerjaannya sedang tidak lancar, Mulyadi saban hari menunggu panggilan untuk jualan material bangunan.

Ia tinggal di rusunawa tipe 21. Ada ruang utama, kamar mandi dan dapur. Ruang utamanya ia sekat menjadi dua ruangan. Satu ruangan untuk kamarnya, dan satu laginya untuk tempat tidur anak.

"Ya dibikin nyaman-nyaman saja. Kita mau tinggal di mana lagi. Bersyukur saja bisa punya kesempatan tinggal di rusun yang murah," kata Mulyadi saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Mulyadi belum memiliki rumah. Setiap bulannya ia harus bayar sewa Rp 155 ribu. Kemudian membayar kewajiban lainnya seperti air dan kebersihan. Ia sadar tak selamanya tinggal di rusun yang sempit.

"Ya sementara mah di sini dulu. Ekonomi juga belum baik. Istri juga sudah memikirkan untuk punya rumah bagaimana, tanah mah sudah ada di Nagreg," tutur Mulyadi yang tinggal di blok empat rusunawa itu.

Asa Punya Rumah

Istri Mulyadi ikut bekerja. Sedikit demi sedikit menabung demi memiliki hunian.

Senada disampaikan Juliana Silmi, ibu satu anak ini telah menetap di rusunawa sudah lima tahunan. Suaminya kerja sebagai honorer. Silmi mengaku nyaman tinggal di rusunawa. Meski, masyarakat menganggap rusun adalah tempat kumuh dan sempit.

"Kalau masih belum punya rumah, saya mah nyaman-nyaman saja. Ya dinyaman-nyamankan, mau gimana lagi," kata Silmi.

Silmi berjualan untuk membantu ekonomi suaminya. Ia juga tengah menabung untuk menyiapkan hunian di masa depannya. Saat ini, Silmi harus membayar sewa Rp 155 ribu per bulannya. Kondisi kamar Silmi tak jauh berbeda dengan Mulyadi.

"Di sini berbaur. Saling gotong royong. Ya beda lah sama tinggal di permukiman. Di sini juga bagi saya mah murah," ujar Silmi.

Silmi dan suaminya mengikuti program menabung yang dilakukan UPT Rusunawa. Saban bulan, Silmi setor uang tabungan semampunya. Rencananya, tabungan itu bakal digunakan untuk uang muka rumah subsidi yang terjangkau.

"Iya ada program. Tabungan, nanti kalau uangnya cukup beli rumah murah. Sementara di sini sambil nabung," ucap Silmi.

Halaman 2 dari 2
(sud/mso)


Hide Ads