Menjadi buruh atau kuli bangunan merupakan salah satu pekerjaan yang banyak dilakoni oleh sebagian masyarakat Sindanglaut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bakat dan keterampilan mereka di bidang pertukangan bahkan sudah terkenal hingga ke Ibu Kota Jakarta.
Saking terkenalnya masyarakat dari daerah Sindanglaut yang berprofesi sebagai kuli bangunan, hingga akhirnya muncul istilah atau sebutan 'Kuli Sindang' bagi mereka yang melakoni pekerjaan tersebut.
Kendati demikian, menjadi kuli bangunan bukanlah satu-satunya pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Sindanglaut secara keseluruhan. Di antara mereka, ada juga yang berprofesi sebagai pedagang, petani, dokter, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun bagi warga desa Sindanglaut yang masih berprofesi sebagai kuli bangunan, saat ini pola kerja yang mereka terapkan sudah terbilang rapih dan terkoordinir. Mereka baru akan berangkat dari kampung halaman ketika ada panggilan untuk mengerjakan suatu proyek. Seperti membangun rumah, ruko, hingga taman.
Belum diketahui secara pasti ada berapa banyak warga desa Sindanglaut yang masih menekuni pekerjaan sebagai kuli bangunan. Namun, jumlah mereka yang menggeluti pekerjaan ini diperkirakan mencapai puluhan orang.
"Kalau orang Sindanglaut yang kerja jadi kuli bangunan di Jakarta itu sudah terkoordinir sama mandor atau pemborong. Jadi mereka baru berangkat ketika sudah jelas ada proyek yang akan dikerjakan," kata perangkat Desa Sindanglaut, Moch. Husaeni saat berbincang dengan detikJabar, baru-baru ini.
"Jadi mohon maaf, kalau yang biasa mangkal di pinggir-pinggir jalan itu bukan orang-orang dari Desa Sindanglaut. Karena memang kalau kuli bangunan dari Desa Sindanglaut, mereka baru akan berangkat ketika ada kerjaan. Kadang ketika ada kerjaan, yang berangkat bisa sampai 20 orang. Karena memang berkelompok dan dikoordinir oleh mandor atau pemborong," ucap Husaeni menambahkan.
Menurut Husaeni, proyek-proyek bangunan yang biasa dikerjakan oleh masyarakat dari desa Sindanglaut, bukan hanya di wilayah Jakarta. Sebab, tidak jarang para buruh bangunan ini juga mengerjakan proyek bangunan di beberapa daerah lainnya. Seperti Bali hingga Kalimantan.
Husaeni sendiri memperkirakan, julukan Kuli Sindang bagi para pekerja bangunan ini telah muncul sejak lama. Bahkan mungkin sebelum nama Sindanglaut dijadikan sebagai nama desa seperti yang dikenal sekarang.
Husaeni mengatakan, sebelum dikenal sebagai nama desa, Sindanglaut sendiri dahulunya merupakan wilayah administrasi pemerintahan berbentuk Kawedanan. Saat itu, wilayah Kawedanan Sindanglaut mencakup beberapa kecamatan. Seperti Kecamatan Mundu, Astanajapura, Lemahabang, dan beberapa kecamatan lainnya.
Sebagai informasi, Kawedanan sendiri merupakan wilayah administrasi kepemerintahan yang statusnya di bawah Kabupaten dan di atas kecamatan. Dikutip dari berbagai sumber, wilayah administrasi kepemerintahan berbentuk Kawedanan ini berlangsung sejak masa Hindia-Belanda hingga pasca kemerdekaan.
Namun status Kawedanan ini kemudian dihapus berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 22 tahun 1963 tentang penghapusan Keresidenan dan Kawedanan.
Baca juga: Kuli Sindang di Cirebon yang Melintasi Zaman |
Atas dasar itu, Husaeni mengatakan jika penyematan istilah Kuli Sindang untuk saat ini, tidak hanya berlaku bagi warga Desa Sindanglaut. Karena yang melakoni pekerjaan itu, ada juga yang berasal dari daerah lain. Seperti masyarakat yang berasal dari Kecamatan Mundu maupun dari kecamatan-kecamatan lainnya.
"Jadi Sindanglaut itu dulunya Kawedanan yang wilayahnya meliputi beberapa kecamatan. Mulai dari Kecamatan Mundu, Astanajapura, Lemahabang, dan lain-lain. Makanya sekarang walaupun kuli-kuli yang biasa mangkal di pinggir jalan itu bukan warga desa Sindanglaut, tapi mereka sudah terkenalnya Kuli Sindang. Karena memang dulu Sindanglaut itu wilayahnya luas waktu masih jadi Kawedanan," kata Husaeni.
(yum/yum)