Dalang tak cuma berkesenian dengan memainkan wayang dari balik panggung. Saat ini, dalang juga diajak ikut serta terlibat dalam pesta demokrasi Pemilu 2024.
Hal itulah yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bandung. Mereka mengajak para dalang di Bandung untuk ikut berpartisipasi dalam Pemilu 2024 mendatang. Tujuannya, salah satunya untuk mengantisipasi pelanggaran pemilu.
Anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty mengatakan keterlibatan seniman menjadi pengawas telah menjadi kebutuhan Bawaslu dalam Pemilu 2024 mendatang. Sehingga Bawaslu bisa melakukan pencegahan segala potensi pelanggaran pemilu maupun pemilihan kepala daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memandang ini akan lebih mudah masuk ke masyarakat, dan penerimaannya juga lebih mudah," ujar Lolly, kepada awak media, Kamis (22/12/2022).
Lolly menyebutkan nantinya para dalang bisa melakukan edukasi pemilu kepada masyarakat. Peran dalang, kata dia, diharapkan bisa menyampaikan pesan yang lebih mudah sampai ke masyarakat.
"Mereka (dalang) bisa menceritakan dengan bahasa tutur yang mudah diterima oleh masyarakat, jadi kami berharap konten dan cerita pewayangan bisa saja berbicara soal pemilu tetapi pendekatannya melalui wayang," katanya.
Dia menjelaskan para wayang tersebut bisa sekaligus memberikan pengawasan pemilu. Caranya ialah ketika para dalang tampil, bisa memberikan pesan perdamaian pemilu.
"Ini penting kalau dulu kan nonton bareng masyarakat pasti suka dan mudah diterima dengan cara-cara kebudayaan," ucapnya.
Sementara itu, sesepuh Giriharja, Agus Muhram Sunarya mengungkapkan seorang seniman atau budayawan selalu memiliki nilai filosofis mengenai hubungannya dengan etika dan moral harapan semua orang. Menurutnya para seniman perlu dilibatkan dalam mengawasi pemilu 2024 mendatang.
"Dengan dilibatkannya, kami merasa bangga mendapatkan kehormatan dari Bawaslu. Cuma demokrasi itu milik rakyat, semua orang bisa bebas berpikiran dan berpendapat," kata Agus.
Agus menilai para seniman mempunyai perhatian khusus mengenai persoalan demokrasi. Baginya, demokrasi merupakan sesuatu yang sakral.
"Seniman punya perhatian khusus soal demokratisasi, tadi dikatakan pesta jadi banyak orang semena mena. Padahal demokrasi itu sakral setelah mufakat semua berunding untuk menampung semua aspirasi rakyat yang isinya demi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara," bebernya.
"Jadi kalau dikatakan pesta jadinya recok banyak kepentingan disana. Jadinya terjadi banjir darah, padahal kan demokrasi itu untuk menangkal terjadinya banjir darah. Pelaku seni budaya jumlahnya ratusan," pungkasnya.
(dir/dir)