Saat Alarm Peringatan Tsunami Meraung di PLTU Jabar 2 Palabuhanratu

Saat Alarm Peringatan Tsunami Meraung di PLTU Jabar 2 Palabuhanratu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 09 Des 2022 20:45 WIB
Menilik Upaya Mitigasi Tsunami di Objek Vital, Nyawa dan Aset Jadi Perhatian
Menilik Upaya Mitigasi Tsunami di Objek Vital, Nyawa dan Aset Jadi Perhatian (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Alat peringatan dini atau Early Warning System (EWS) tsunami di area PLTU Jabar 2 Palabuhanratu meraung-raung, ratusan karyawan berlarian di titik kumpul yang telah ditentukan.

Raungan alat EWS itu merupakan peringatan kedua setelah sebelumnya sirine bahaya gempa bumi dibunyikan. Usai mendapatkan pengarahan singkat, para karyawan tersebut kemudian diarahkan ke titik kumpul untuk berlindung dari tsunami. Selain nyawa, ternyata aset juga jadi hal penting untuk diselamatkan.

"Begitu EWS tsunami kita nyalakan, termasuk mengomando tim operasi untuk bergerak mematikan darurat (peralatan), karena memang yang perlu kita selamatkan di PLTU ini sebagai objek vital nasional,itu ada dua yaitu aset paling berharga sumber daya manusia yaitu orangnya, yang kedua adalah aset operasionalnya," kata Asep Tresna Lukman Hakim Supervisior Senior Divisi K3 dan Lingkungan, PLTU Jabar 2 Palabuhanratu kepada detikJabar, Rabu (7/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan Asep, ketika dalam kondisi darurat, maka pengamanan aset juga sangat perlu. Karena menurutnya terdapat beberapa peralatan yang juga berbahaya jika dibiarkan tetap menyala.

"Alatnya ini kalau ada kondisi yang emergency salah satunya tsunami maka harus kita lakukan pengamanan dengan cara shutdown emergency, karena kalau tetap operasi kita potensi di dalam itu ada boiler dengan tekanan tinggi mencapai 200 MPA, kemudian juga ada tegangan listrik yang sangat tinggi sampai 120 KV, maka itu cukup membahayakan. Sehingga pada saat kondisi emergency itu harus dilakukan SOP berupa shoutdown emergency," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Untuk skenario simulasi dijelaskan Asep, ketika gempa terjadi maka seluruh karyawan di lantai atas diminta untuk berlindung. Setelah itu seluruh karyawan melakukan evakuasi mandiri ke luar ruangan.

"Ketika ada kondisi gempa yang cukup besar berlangsung sekitar 20 detik kemudian teman-teman itu melakukan evakuasi, ada yang memang memungkinkan keluar ruangan mereka langsung di arahkan langsung keluar, kalau mereka berada di lantai 2 atau lantai 3 mereka melakukan pengamanan di bawah meja yang kokoh atau di tempat segi tiga kehidupan," jelasnya.

"Jadi semua pegawai kalau ada kondisi darurat apapun di PLTU berkumpul di depan Safety Centre Kemudian setelah berkumpul bareng disini semua, kita skenariokan itu terjadi tsunami," sambungnya.

Di PLTU sendiri Asep menjelaskan, ada petugas khusus yang melakukan pemantauan ketika terjadi gempa bumi. Ada tiga titik lokasi yang jadi perhatian ketika bencana terjadi, salah satunya gempa bumi.

"Satu di pos pengamanan Pos itu berlokasi di pinggir pantai batu Bintang sisi utara, kemudian dari kami dari Safety Center ada CCTV dilantai dua langsung memonitor ke laut juga. Yang ke tiga dari operator boiler unit 1 lantai paling atas lantai 7, itu dari situ terlihat permukaan laut termasuk Pantai Loji," tutur dia.

Dengan adanya pemantauan itu, maka ketika terjadi gempa dan berpotensi tsunami maka petugas akan mengupdate informasi dan kondisi permukaan pantai.

"Sehingga ketika ada gempa yang cukup besar yang berpotensi tsunami salah satu indikasinya adalah surutnya air laut itu akan langsung terlihat dari tiga pos pengamatan tadi. Dari infomasi itu nanti kami kalau memang ada surut air laut cukup ekstrim kita sekenariokan seperti itu tadi, itu kita langsung berkoordinasi ke pak GM sebagai komandan tertinggi saat kedaruratan di PLTU ini, kemudian mengintruksikan ke kami safety Center untuk menyalakan srine tsunami, kita punya sirine tower untuk EWS," bebernya.

Dalam simulasi tersebut, tercatat waktu mulai dari evakuasi hingga penyelamatan diri ke titik kumpul aman tsunami memakan waktu 14 menit 32 detik. Menurut Asep itu melampaui waktu evakuasi 20 menit menurut BPBD dan BMKG.

"Tadi setelah kita melakukan perhitungan kita berhasil melakukan penyelamatan selama 14 menit 32 detik. Berdasarkan data empiris yang ada kita punya waktu evakuasi selama 20 menit itu dari BPBD dari BMKG," pungkasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Sukabumi Wawan Godawan mengatakan EWS yang difungsikan pihak PLTU sudah cukup bagus. Simulasi yang digelar sendiri merupakan bagian dari mitigasi ketika hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Memang dari sisi tahapan system kemudian ini sudah bagus, kita pun nanti tinggal penyempurnaan- penyempurnaan, karena waktu latihannya dalam situasi normal, kita tidak tidak tau dalam situasi sesungguhnya," kata Wawan.

"Artinya ini perlu dilakukan latihan berulang-ulang untuk mebiasakan dilingkup objek vital nasional sebagaimana tadi disampaikan oleh tim dari PLTU seperti itu, artinya kita harus melakukan upaya upaya bersama mereka. Bukan tidak mungkin nanti kita akan libatkan juga masyarakat secara luas sebagai bentuk mitigasi," pungkasnya.

(sya/yum)


Hide Ads