Mengenal InaTEWS, Alarm Peringatan Dini Tsunami Milik Indonesia

ADVERTISEMENT

Mengenal InaTEWS, Alarm Peringatan Dini Tsunami Milik Indonesia

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 26 Sep 2024 14:00 WIB
Poster
Ilustrasi. Begini cara kerja InaTEWS, alat peringatan dini tsunami milik Indonesia. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Berada di Pacific Ring of Fire, Indonesia menjadi negara yang sering dilanda bencana. Termasuk gempa bumi bawah laut yang akhirnya menyebabkan tsunami.

Salah satu bencana besar tsunami yang masih melekat di benak masyarakat Indonesia terjadi di Aceh 26 Desember 2004 silam. Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana terdapat korban jiwa yakni 173.741 orang dan 116.369 orang dinyatakan hilang.

Berangkat dari hal tersebut, pemerintah Indonesia akhirnya berbenah untuk meminimalisir dampak bila ke depan terjadi bencana serupa. Caranya dengan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyek Nasional

Mengutip booklet InaTEWS yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sistem ini adalah proyek nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) yang kini terdapat di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta melibatkan berbagai institusi dalam negeri, seperti:

  • Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra)
  • Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
  • Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
  • Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kini dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) kini Badan Informasi Geospasial (BIG)
  • Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
  • Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas)
  • Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
  • Tentara Nasional Indonesia (TNI)
  • Polisi Republik Indonesia (Polri)
  • Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
  • Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP)
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
  • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kini dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Tenaga-tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tak hanya itu, pemerintah RI juga mendapatkan bantuan yang cukup signifikan dari negara dan organisasi donor, seperti: Pemerintah Jerman, Cina, Jepang, Amerika Serikat, Prancis, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), United Nations Development Programme (UNDP), United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA), International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), dan lainnya.

ADVERTISEMENT

Komponen InaTEWS

Konsep dasar pembangunan InaTEWS selaras dengan apa yang diterapkan oleh International Tsunami Information Center (ITIC). Di mana ada 3 poin penting yang tergabung dalam pola segitiga yakni:

1. Komponen operasional

Menangani kegiatan pemantauan, pengolahan, analisa, penyiapan, dan diseminasi peringatan tsunami. Berbagai alat yang digunakan dalam sistem pemantauan yakni:

- Sistem Pemantauan Darat

Jaringan seismik milik BMKG: ketika gempa terjadi gelombang seismik akan dipancarkan ke segala arah. Gelombang tersebut akan terekam oleh jaringan seismometer yang kemudian dikirim ke pusat.

Setelah diterima pusat, data akan diproses serta dianalisa untuk menghasilkan informasi sumber gempa bumi. Informasi ini juga memuat apakah gempa memenuhi kriteria terjadinya tsunami atau tidak.

Jaringan GPS: jaringan GPS menjadi bagian dari sistem pemantauan darat yang dipasang di beberapa lokasi bersamaan dengan seismometer. Alat ini diolah oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) kini Badan Informasi Geospasial (BIG).

- Sistem Pemantauan Laut

Tide Gauge: Tide gauge adalah pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan untuk mendeteksi adanya gelombang. Alat ini juga diolah oleh BIG.

Buoys: Berbentuk apung-apung yang diletakan di banyak titik laut Indonesia untuk mendeteksi tsunami. Buoys dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

2. Komponen mitigasi dan tanggap darurat

Melaksanakan tanggap darurat terhadap kejadian bencana dan mitigasi melalui pendidikan dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, penyiapan tempat perlindungan jalur penyelamatan, logistik, pelatihan lapangan, dan lainnya.

3. Komponen pembangunan kapasitas

Memberikan dukungan melalui kajian, penelitian, uji coba terhadap komponen 1 dan 2 serta peningkatan kapasitas SDM.

Cara Kerja InaTEWS

Cara kerja InaTEWS berkaitan dengan sumber gempa bumi. Sumber gempa besar umumnya terletak di daerah subduksi atau pertemuan antara lempeng tektonik Samudra Hindia dan lempeng daratan eurasia.

Untuk mendeteksi gempa bumi, diperlukan jaringan pengamatan darat yakni seismik dan jaringan GPS. Sedangkan untuk mendeteksi tsunami diperlukan jaringan pengamatan laut melalui buoys dan tide gauges.

Data rekamanan pengamatan darat dan laut akan dikirimkan ke pusat monitoring nasional melalui komunikasi satelit. Secara singkat cara kerja InaTEWS yakni:

1. Ketika gempa bumi terjadi, gelombang akan menjalar melalui lapisan dalam bumi dan direkam jaringan seismograph.

2. Rekaman gempa bumi digunakan untuk menentukan lokasi dan kekuatan sumber gempa.

3. Apabila hasil analisa menunjukan parameter gempa bumi memenuhi kriteria berpotensi tsunami (lebih dari 7,0 SR dan kedalaman kurang dari 70 km) maka peringatan tsunami dikeluarkan.

4. Peringatan ini harus ditindaklanjuti dengan penyebaran informasi melalui berbagai media termasuk aktivasi sirine.

5. Peringatan ini selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan konfirmasi terjadinya tsunami berdasarkan data hasil deteksi tsunami oleh sensor Buoys atau Tide Gauge.

Pusat Peringatan Dini Tsunami Nasional

Tsunami Warning Center Indonesia (InaTWC) dibangun oleh BMKG. Informasi terbarunya pada Januari 2024 lalu, gedung ini dibangun di lingkungan Pusat BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Di InaTWC ada berbagai fasilitas pengolahan data, seperti sistem seisik dari Jerman, China, Jepang, dan Prancis. Selain itu juga ada sistem yang akan mengintegrasikan semua informasi monitorik yang datang dari seismik, GPS, buoys, dan tide gauges bernama Decision Support System (DSS).

Kini, publik juga bisa mengakses informasi tentang InaTEWS melalui laman https://inatews.bmkg.go.id/. Bila mengunjunginya detikers bisa mendapatkan data terkait info terkini gempa bumi, gempa bumi dengan magnitudo lebih dari 5, hingga informasi tsunami.

Demikianlah penjelasan tentang InaTEWS. Semoga bermanfaat detikers!




(det/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads