Sebanyak 400 jiwa di Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi terdampak gempa Kabupaten Cianjur, Senin (21/11) lalu. Mereka mengungsi dan menempati sejumlah tenda di dekat rumah yang dibangun seadanya.
Setelah empat hari berlalu, mereka masih bertahan di tenda pengungsian itu. Alasannya karena warga masih merasa takut akan ancaman gempa susulan yang kerap dirasakan seperti halnya gempa susulan dini hari tadi Jumat (25/11/2022).
Salah satu warga, Nora Novianti (36) mengatakan, gempa susulan itu dirasakan sebanyak tiga kali. Ia dan pengungsi lain bergegas bangun dari tidur dan memastikan anggota keluarganya dalam kondisi aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang saya rasakan tiga kali. Semua langsung dibangunkan, takut ada korban, alhamdulillah semua selamat," kata Nora saat ditemui detikJabar di Kampung Gedurahayu, Titisan, Kabupaten Sukabumi.
Dia mengatakan, di tenda itu ditempati oleh 15 kepala keluarga. Mereka dibekali dengan kebutuhan seadanya. Terlebih cuaca di Desa Titisan cenderung dingin karena dekat dengan kaki Gunung Gede Pangrango.
"Ya kondisinya seadanya gini. Sebetulnya kita kekurangan sembako, selimut, makanan, obat-obatan, utamanya kebutuhan bayi, pampers," ujarnya.
Nora menceritakan saat gempa terjadi ia sedang mengantar anaknya ke sekolah. Kemudian, ia mendengar suara saat tiba di sekolah anaknya. Hingga saat ini, ia tak berani tidur di dalam rumah.
"Ibu kan lagi di jalan nganter anak sekolah, nggak tahu pas dengar dari tempat sekolah gebruk kirain apa, kirain bukan gempa. Terus ditelepon sama anak, 'mamah itu rumah hancur' tapi semua aman alhamdulillah nggak ada korban," sambungnya.
Warga lain Apay (32) juga mengatakan hal serupa. Bahkan, untuk buang air besar (BAB) saja ia tak berani masuk ke rumah karena khawatir gempa susulan dan material bangunan rumah jatuh menimpa dirinya.
"Nggak berani BAB ke rumah takut. Gempa susulan semalam saja kaget, yang di rumah lebih kaget, di pinggir anak, langsung bawa anak keluar rumah, namanya bangun tidur pasti linglung. Kalau siang nggak apa-apa, kalau malam kan lebih bahaya mah pas lagi tidur," ujar Apay.
Dia berharap, kampung yang ditempatinya juga mendapatkan perhatian karena turut terdampak gempa Cianjur. Sama seperti Nora, kebutuhan balita dan makanan menurutnya harus lebih diutamakan.
"Selimut kita masih kekurangan, kalau malam kan di sini dingin sekali. Kebutuhan balita juga kaya makanan, baju, pampers," tutupnya.
(dir/dir)