Cara Yosa Melawan Bank Emok

Cara Yosa Melawan Bank Emok

Tim detikJabar - detikJabar
Kamis, 11 Agu 2022 16:35 WIB
Kepala Desa Kawunghilir, Yosa Novita
Kepala Desa Kawunghilir Yosa Novita. Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar
Jakarta -

Sekretaris Daerah Majalengka Eman Suherman kerap mendengar keluhan dari warga Majalengka perihal maraknya rentenir. Keberadaan bank emok -sebutan lintah darat di sebagian daerah Jawa Barat, termasuk Majalengka- sangat merugikan masyarakat karena menerapkan bunga pinjaman sebesar 30 persen per bulan.

"Masyarakat itu resah dengan kehadiran bank emok ini," tutur Eman kepada detikJabar di kantornya, Rabu (10/8/2022).

Kata emok sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang artinya cara duduk perempuan lesehan dengan bersimpuh menyilangkan kaki ke belakang. Disebut bank emok lantaran pinjaman uang diberikan sambil duduk lesehan dan target utang tersebut adalah emak-emak. Lintah darat kemudian menggunakan cara serupa untuk menjerat korbannya.

Eman mengapresiasi program Kepala Desa Kawunghilir Yosa Novita yang memberikan pinjaman uang bagi warga Kawunghilir tanpa bunga. Program tersebut dinilai bisa mencegah masyarakat meminjam uang dari bank emok. "Ibu Yosa berani memberikan pinjaman dari kantong pribadinya hanya untuk mengusir bank emok secara perlahan," ujarnya.

Program pinjaman tanpa bunga yang diluncurkan oleh Yosa berawal dari cita-cita suaminya yang ingin bermanfaat bagi masyarakat. Pada 2021, perempuan kelahiran 27 April 1965 ini mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Kawunghilir.

"Dia (suami Yosa) bilang kalau seandainya jadi kepala desa, kami akan pinjamkan uang pada masyarakat yang membutuhkan," tutur Yosa mengenang pesan almarhum suaminya.

Yosa memenangkan kontestasi kepala desa dan dilantik pada 23 Juli 2021. Beberapa hari kemudian, ia menggulirkan program pinjaman tanpa bunga agar warga Kawunghilir tidak terjerat dari bank emok.

Pinjaman tanpa bunga itu hanya ditujukan untuk warga Desa Kawunghilir. Calon debitur cukup memperlihatkan KTP untuk menunjukkan bahwa mereka merupakan warga Desa Kawunghilir.

Yosa juga hapal muka warganya, sehingga calon peminjam dari luar Kawunghilir bisa dihindari. "Saya hapal wajah warga sini karena penduduk Kawunghilir kurang dari seribu orang," katanya.

Yosa menganggarkan Rp 200 juta dari kantong pribadinya untuk program pinjaman sonder bunga. Agar merata, ibu dua anak ini membatasi jumlah pinjaman paling besar Rp 15 juta per bulan dengan tenor satu tahun. Tak ada denda bagi debitur yang belum bisa melunasi utang melewati batas waktu pinjaman.

Menurut Yosa, ada saja warga Kawunghilir yang macet membayar cicilan. Namun, ia hanya mengimbau agar mereka segera melunasi utang tersebut. "Segera dibayar (utangnya) biar bisa dipakai secara giliran dengan warga lainnya," tuturnya.

Yosa mengklaim pinjaman tanpa bunga itu tak dibalut kepentingan, apalagi kepentingan politik. Ia hanya ingin apa yang dilakukan menjadi ladang amal.
Salah satu warga Kawunghilir yang merasakan manfaat dari pinjaman tanpa bunga ialah Ikin. Pria berusia 55 tahun ini meminjam uang Rp 500 ribu untuk biaya sekolah anaknya.

Ikin sebetulnya masih punya utang pada Yosa yang belum dilunasi. Namun, karena tak punya uang untuk biaya sekolah anaknya, ia pinjam uang lagi pada Yosa. "Malah sekarang mah masih punya utang, tapi (karena) keperluan mendesak jadi pinjem lagi," ujar Ikin.

Berikut ini, sejumlah artikel terkait program pinjaman tanpa bunga dan denda yang digulirkan oleh Kepala Desa Yosa.

1.

2.

3.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

4.

5.

ADVERTISEMENT

6.

7.

8.




(gsp/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads