Edi Suwanto (30), seorang penyandang tunanetra, terus berusaha meraih kemerdekaan meski dalam keterbatasan. Bahkan dalam perjalanannya pernah menjadi juara dalam kompetisi pengembangan teknologi informasi.
Saat ini Edi menjadi salah seorang pengajar bidang Teknologi Informasi di Pondok Pesantren Tunanetra Sam'an Darushudur di Jalan Pasir Honje No. 130, Kampung Sekegawir, Cimenyan, Kabupaten Bandung. Ia fokus membagikan ilmu kepada santri di pesantren tersebut.
Pria tersebut menjelaskan sebelumnya merupakan seorang yang memiliki penglihatan yang normal. Bahkan dia sempat aktif dalam dalam olahraga judo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu orang awas ya, seperti orang pada umumnya bisa melihat. Awal mata saya seperti ini itu karena beberapa hal. Saya latar belakangnya mahasiswa analisis kimia dan sempat aktif juga di bela diri Judo," ujar Edi saat ditemui detikJabar beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan pandangan matanya semakin berkurang akibat terkena cairan kimia saat menempuh studi Analisis Kimia di salah satu universitas pada 2020 lalu. Saat itu ia langsung melakukan terapi.
"Namun semakin parah (setelah terapi). Ketika saya ikut Kejuaraan Daerah (Kejurda) Cabang Olahraga (Cabor) Judo pada tahun 2019. Saya kena bantingan dan mungkin saraf mata saya ada yang ketarik gitulah ya, jadi ya sudah keadaannya jadi gini," jelasnya.
Edi mengaku awalnya tidak menerima dengan kondisi yang dialaminya tersebut. Apalagi, menurutnya hal tersebut sempat membuat harapan hidupnya terkubur.
"Awalnya saya tidak bisa terima keadaan seperti ini. Dengar tunanetra saja rasanya bagaimana gitu yah, memang masih sakit hati," kata Edi.
Namun setelah itu, Edi mencoba bangkit meski akhirnya memiliki keterbatasan penglihatan. Ia terus menggali potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
"Dalam perjalanannya, saya ditunjukkan jalan, salah satunya ketemulah saya dengan Pak Ridwan di Sam'an ini. Saya mulai berpikir ternyata dengan keadaan seperti ini saja, ternyata bisa beraktivitas seperti biasa ya, bisa kerja, bisa kuliah dan lainnya," tuturnya.
Juarai kompetisi pengembangan teknologi informasi. Simak di halaman selanjutnya.
Ia dengan dua temannya lalu mengembangkan website edubilitas.com. Selain itu, Edi melakukan inovasi penglihatan melalui audio dan perabaan dengan ilmu pengetahuannya.
"Nah di sana saya mulai belajar tentang bahasa pemrograman dan coding, jadi di sana saya itu selama satu setengah bulan. Jadi kita sama-sama membuat satu website hitung-hitung untuk protofolio lah. Itu website platform untuk bisa belajar komputer. Nah itu sebenarnya bermodalkan nol, kita cuman mikir yang penting bisa bantu orang banyak untuk belajar ya, kita share ilmu aja," ucapnya.
![]() |
Dalam pengembangannya, Edi menuturkan sempat mendapatkan juara pertama kompetisi pengembangan teknologi informasi pada 2020 silam.
"Alhamdulillahnya juara satu. Padahal kompetitor lainnya menawarkan produk-produk dengan teknologi yang canggih ya, tapi mungkin kita dari segi diferensiasi dan presentasinya, kita menyasar untuk teman-teman tunanetra agar bisa belajar komputer," ucapnya.
Perjalanan dan pengalaman itulah yang membuat Edi kembali mengabdi di pesantren milik Ridwan. Ia dipercaya sebagai salah satu tenaga pengajar di bidang Teknologi Informasi.
"Peluang kerja untuk teman-teman tunanetra itu terbuka lebar ya di bidang IT karena memang kemajuan teknologi itu memang memudahkan kita," pungkasnya.