622 Hewan Ternak di Jabar Positif Penyakit Mulut dan Kuku

622 Hewan Ternak di Jabar Positif Penyakit Mulut dan Kuku

Sudirman Wamad - detikJabar
Rabu, 18 Mei 2022 20:15 WIB
Pemeriksaan kesehatan hewan ternak gencar dilakukan di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Pemeriksaan itu guna cegah penyebaran penyakit mulut dan kuku pada hewan.
Ilustrasi sapi PMK (Foto: Antara Foto)
Bandung -

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat (Jabar) menemukan sedikitnya 622 hewan ternak positif penyakit mulut dan kuku (PMK). Ratusan hewan positif PMK itu tersebar di enam daerah.

"Di Jabar ada enam kabupaten atau kota yang sudah tertular. Jumlahnya sekitar 622 ekor, tapi sudah ada 200 ekor yang sembuh," kata Kepala DKPP Jabar Moh Arifin Soedjayana di Gedung Sate, Rabu (18/5/2022).

Arifin menambahkan 622 hewan ternak yang tertular itu tersebar di Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Kuningan, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Hewan ternak yang rentan positif PMK antara lain, sapi, domba, kambing dan babi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arifin mengatakan tak sedikit hewan ternak yang positif PMK dipotong paksa. Ia juga tak menampik adanya hewan ternak yang mati karena positif PMK. Namun, Arifin tak menyebut secara rinci jumlah hewan ternak yang mati karena PMK.

"Tingkat kesembuhan saat ini sudah di angka 30 persen lebih. Treatment sama seperti COVID-19. Bagaimana kota mengupayakan kesembuhan, karena vaksin belum ada," ucap Arifin.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Arifin mengatakan saat ini pihaknya hanya melakukan perawatan melalui obat dan vitamin. Ia menjelaskan hewan ternak yang positif PMK tak memiliki nafsu makan. Sehingga perlu adanya vitamin.

Pemprov Jabar pun memberlakukan lockdown di tingkat mikro untuk mencegah penularan PMK. Arifin menyebutkan kondisi demikian sudah diterapkan di Garut.

Lebih lanjut, Arifin menegaskan hewan ternak yang terkena PMK sejatinya layak dikonsumsi. Namun dengan perlakukan khusus.

"Boleh, syaratnya hewan belum mati. Dan bisa dipotong paksa. Daging bisa dimakan melalui direbus, digoreng dan dibakar. Atau dilayukan 24 jam. Jadi si virusnya mati," kata Arifin.




(sud/tya)


Hide Ads