Soroti KSO RSUD dr Soekardjo, DPRD Tasik: Hilang Ratusan Juta per Bulan

Kota Tasikmalaya

Soroti KSO RSUD dr Soekardjo, DPRD Tasik: Hilang Ratusan Juta per Bulan

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 22 Apr 2022 16:02 WIB
Petugas menjemur obat dan peralatan yang basah akibat banjir RSUD dr Soekardjo semalam
Petugas menjemur obat dan peralatan yang basah akibat banjir RSUD dr Soekardjo beberapa waktu lalu (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kerjasama operasional sejumlah layanan medis di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya mendapat sorotan. Beberapa layanan kerjasama operasional RSUD dengan pihak swasta dikabarkan sudah berakhir sejak beberapa tahun lalu.

Artinya di atas kertas kerjasama telah berakhir, namun kenyataannya kerjasama masih berjalan tanpa ada payung hukum berupa MoU atau perjanjian kerjasama. Selain itu beberapa kerjasama juga dianggap merugikan RSUD karena bagi hasil yang didapat RSUD relatif minim.

Hal itu mencuat saat DPRD Kota Tasikmalaya menggelar audiensi dengan pihak RSUD dr Soekardjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemarin kami audiensi dengan RSUD, salah satu yang kami soroti adalah beberapa KSO (kerjasama operasional) dengan swasta," kata Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Murjani, Jumat (22/4/2022).

Menurut Murjani selama ini RSUD dinilai banyak kehilangan potensi pendapatan akibat KSO tersebut. "KSO harus ditinjau ulang semua, rumah sakit kecil sekali bagiannya. Losing (kehilangan potensi pendapatan) sampai ratusan juta rupiah per bulan. Rumah sakit rata-rata hanya dapat 15 atau 20 persen dari KSO-KSO itu," kata Murjani.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan setidaknya ada 5 layanan di rumah sakit yang operasionalnya dikerjasamakan dengan pihak swasta. "Ada beberapa KSO seperti hemodialisa, transfusi darah, laboratorium klinik, oksigen dan lainnya," kata Murjani.

Dia mengatakan sudah meminta rumah sakit melakukan evaluasi terhadap kesepakatan-kesepakatan KSO yang dianggap merugikan. Entah itu diputuskan lalu cari mitra baru atau dilakukan negosiasi ulang.

"Bahkan ada yang masa kerjasamanya sudah berakhir tapi operasionalnya masih jalan. Nah kalau masalah-masalah KSO ini dibenahi maka akan ada potensi kenaikan pendapatan sampai ratusan juta rupiah per bulan," kata Murjani.

Dia menambahkan dalam waktu dekat hendak memanggil kembali manajemen RSUD dan Dinas Kesehatan untuk membahas lebih lanjut masalah ini. "Untuk yang KSO sudah berakhir tapi masih jalan, nanti kita dalami lagi lebih jelasnya," kata Murjani.

Informasi yang dihimpun detikJabar, salah satu kerjasama operasional yang diatas kertas sudah berakhir namun masih berjalan adalah kerjasama layanan laboratorium klinik.

Pada tahun 2011 lalu RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya bekerjasama dengan sebuah perusahaan swasta untuk operasional layanan laboratorium klinik.

Kerjasama disepakati selama 5 tahun atau sampai tahun 2016. Pihak RSUD mendapatkan porsi pendapatan sebanyak 30 persen sementara swasta mendapat 70 persen. Itu karena pihak RSUD hanya menyediakan tempat, sementara peralatan disediakan swasta. Tapi dalam kesepakatan tercantum setelah kerjasama 5 tahun maka alat milik swasta itu akan dihibahkan kepada RSUD.

Namun selepas tahun 2017 sampai sekarang, pihak RSUD diketahui tidak membuka seleksi kembali atau membuat kesepakatan baru terkait operasional laboratorium klinik tersebut. Padahal masa kerjasama sebelumnya sudah berakhir.

Di sisi lain operasional layanan laboratorium klinik itu terus berlanjut. Nilai transaksi dari layanan laboratorium klinik ini berada di kisaran Rp 6 miliar per tahun. Pihak RSUD hanya mendapat 30 persen, padahal kini semua fasilitas sarana prasarana laboratorium sudah milik RSUD.

Sementara itu dihubungi DetikJabar via sambungan telepon, Direktur RSUD dr Soekardjo Budi Tirmadi belum memberikan jawaban terkait isu ini.




(yum/bbn)


Hide Ads