Pertemuan Kang Dedi Mulyadi dengan Rizky tak disengaja. Dedi yang sedang berkeliling Purwakarta melihat seorang bapak tukang servis AC mengendarai motor dan membonceng anaknya.
Motor bebek milik bapak tersebut dilengkapi berbagai aksesoris perlengkapan servis AC mulai dari ember, selang, perkakas hingga tangga lipat. Tepat di belakangnya ada seorang anak duduk membonceng menggunakan helm.
"Bagus, yang gini-gini berjuang bersama anak dan bapak cari rezeki. Anaknya dibonceng pakai helm lagi, bagus rapi dan tertib," ucap Dedi saat menghampiri bapak dan anak tersebut berdasarkan keterangan yang diterima detikJabar, Minggu (10/04/2022).
Rupanya bocah tersebut bernama Muhammad Rizky. Ia kini masih duduk dibangku kelas 2 SDN 1 Tegalmunjul Purwakarta. "Kalau libur sekolah suka ikut keliling," kata bapak dari anak tersebut.
Dedi langsung mengajak bapak dan anak itu ke kantornya. Ia sengaja membawa keduanya untuk mengetes langsung keterampilan mereka servis AC.
Sesampainya di lokasi Rizky langsung membantu orang tuanya menurunkan sejumlah peralatan yang dibutuhkan untuk servis dan membersihkan AC.
"Memang bisa?" tanya Kang Dedi.
"Bisa, nanti dibuka dulu AC-nya terus dibersihkan. Nanti dicek kalau kurang diisi freon lagi. Freon itu untuk mendinginkan," ujar Rizky.
Selanjutnya Rizky membawa sejumlah partisi AC untuk dicuci di kamar mandi. Ia pun tampak terampil membersihkan satu per satu partisi yang terlihat kotor tersebut.
"Ini Rizky contoh anak teladan, kelas 2 SD sudah bisa servis dan bersihkan AC. Anak seperti ini suka membawa rezeki untuk orang tuanya, bukan membawa masalah. Apalagi Rizky juga sekarang lagi puasa," ucap Dedi.
Bagi Dedi, kehidupan Rizky dan ayahnya harus menjadi teladan. Sebab sang ayah sudah memberikan pendidikan yang baik kepada Rizky sejak kecil.
"Ini contoh bagaimana seorang anak sejak kecil memahami pekerjaan bapaknya dan memahami kesulitan bapaknya," katanya.
Kang Dedi pun teringat saat ia menjabat sebagai Bupati Purwakarta pernah memiliki program satu hari dalam satu bulan anak-anak ikut mendampingi orang tuanya bekerja. Tidak hanya berlaku pada sektor formal, orang tua yang bekerja di sektor non formal seperti sopir dan petani juga mengajak anaknya bekerja.
Program tersebut, kata Dedi, bertujuan untuk menanamkan nilai kemandirian sejak dini pada anak. Selain itu anak diajak untuk memahami bagaimana sulitnya mencari uang sekaligus transfer ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh orang tuanya.
"Di saat anak-anak lain menghabiskan uang orang tua untuk beli HP dan pulsa, anak bapak malah ikut mendampingi membantu pekerjaan. Hebat," ucap Dedi pada orang tua Rizky.
Dedi pun meminta Rizky dan orang tuanya membersihkan seluruh AC yang ada di kantornya. Dedi lantas memberikan sejumlah uang kepada orang tua Rizky sebagai upah.
Tak hanya itu Dedi pun memberikan sejumlah uang pada Rizky sebagai bentuk apresiasi kegigihannya dalam membantu orang tua mencari nafkah. Seketika tangis haru pun keluar dari mata Dedi dan orang tua Rizky.
"Ini contoh untuk kita semua. Walaupun sekolah libur anak ini tetap sekolah mengenyam pendidikan kemandirian dari bapaknya. Naik motornya juga tertib pakai helm," ucap Dedi.
"Bisa jadi kekurangan yang ada pada diri kita menjadi jalan anak-anak tumbuh dengan hebat. Anak-anak Indonesia jangan pernah kecil hati dengan kemiskinan yang dialami karena masih ada harapan untuk jadi besar," ujar Kang Dedi Mulyadi. (mso/mso)