Bupati Bandung M Dadang Supriatna mengungkapkan sekilas kisah masa lalunya sebelum menjadi orang nomor satu di Kabupaten Bandung. Sebelum menjadi Bupati Bandung, Dadang menjabat sebagai Kepala Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Bandung.
Saat ia menjadi kades, ia mempunyai mimpi besar, yaitu apabila menjadi Bupati Bandung, ia ingin memuliakan para Ulama di Kabupaten Bandung. Dadang memang terbiasa melaksanakan kebiasaan rutin pengajian keliling, Jumat Keliling dan salat sunnah keliling di tiap-tiap RW.
Ketika diberikan amanah menjadi Bupati Bandung, mimpi besar Dadang direalisasikan secara nyata melalui pemberian insentif kepada guru ngaji, sekaligus BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain ingin memuliakan ulama, juga ingin melaksanakan program saba desa, yang saat ini disebut Bunga Desa (Bupati Ngamumule Desa)," kata Dadang dalam keterangan tertulis, Minggu (6/3/2022).
Dadang menjelaskan alasannya ingin melaksanakan program Bunga Desa. Menurut Dadang, hal tersebut dilakukan agar dirinya bisa merasakan langsung kondisi masyarakat dan melihat langsung kondisi keseharian masyarakat.
"Apa yang kurang dalam pembangunan, pelayanan atau pun yang lainnya. Di samping itu, kita pun lebih familiar dan lebih dekat dengan masyarakat, sehingga tidak ada sekat antara pimpinan dengan masyarakat," ungkap Dadang.
Menurut Dadang, pada hakikatnya menjadi seorang bupati bukanlah menjadi raja, melainkan menjadi seorang pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat.
"Saya mulai melangkah melaksanakan program Bunga Desa itu mulai Januari 2022. Selain itu melaksanakan Jumat Keliling, pasca Pilkada Bandung sudah 41 kali melaksanakan Jumat Keliling," imbuh Dadang.
Adapun tujuan dari program tersebut yaitu menyampaikan berbagai informasi atau mensosialisasikan program kerja Pemerintah Kabupaten Bandung kepada masyarakat. Sebab menurut Dadang, tidak semua masyarakat paham, tugas dan fungsi masing-masing Kepala Dinas.
"Dengan adanya Bunga Desa, sedikit demi sedikit kita sampaikan tugas dan fungsi Kepala Dinas kepada masyarakat. Salah satunya melalui informal, misalnya penyampaian atau sosialisasinya melalui kuis, karena dengan cara formal ada titik kejenuhan," tuturnya.
Dadang berharap dengan adanya sosialisasi masyarakat bisa melek informasi terkait dengan tugas dan fungsi pokok masing-masing kepala dinas.
"Jadi tidak semua program itu minta ke Pak Bupati. Tapi bisa melalui Musrembang yang dilaksanakan di tingkat RT, RW, Desa, Kecamatan hingga Kabupaten," jelas Dadang.
Dadang melanjutkan ketika masyarakat sudah paham maka hal ini bagian dari edukasi dirinya dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan visi Bandung Bedas.
"Edukasi ini penting. Contohnya di pendidikan, yaitu melalui program kopasional, para siswa sudah dibentuk untuk dijadikan entrepreneur, termasuk di lingkungan pesantren juga bisa dilakukan. Tiap sekolah juga bisa dilakukan, bergantung kondisi dan situasi sumber daya alam," ucap Dadang.
Ia pun memberikan contoh di Kecamatan Rancabali yang idealnya para siswa itu sudah diberikan pemahaman, apabila para siswa itu sudah selesai sekolah.
"Apa yang harus dilakukan, disesuaikan dengan kondisi alam. Misalnya di Kecamatan Rancabali, ada lahan pertanian. Kalau pertanian disesuaikan dengan latar pendidikan yang lebih tinggi, pola penanaman juga beda, maaf jika dibandingkan dengan petani lulusan SR atau SD," urai Dadang.
"Kalau petani sudah milenial, dan memiliki pendidikan minimal SLTA, pola pertanian juga berbeda karena cenderung pada sumber daya manusia, bukan tenaga. Bagaimana hal ini bisa dikolaborasikan," tambahnya.
Melalui Bunga Desa ini, lanjutnya, ia secara jujur belum kenal dengan semua kepala desa di Kabupaten Bandung. Tetapi melalui Bunga Desa bisa saling kenal, selain dengan RT, RW, dan termasuk PKK.
"Pada akhirnya, bisa saling interaksi untuk mengarah pada tujuan pelaksanaan Bunga Desa. Tugas kita bagaimana untuk lebih mensejahterakan masyarakat Kabupaten Bandung," tukas Dadang.
(ncm/ega)