UNHCR Bantu 1,5 Juta Pengungsi Dunia Lewat Filantropi Islam

UNHCR Bantu 1,5 Juta Pengungsi Dunia Lewat Filantropi Islam

Rahma Harbani - detikHikmah
Selasa, 07 Mar 2023 13:48 WIB
Annual Reports UNHCR 2023
Laporan tahunan filantropi Islam UNHCR pada Selasa (7/3/2023) di Jakarta. (Foto: Screenshoot ZOOM Meeting)
Jakarta - Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) merilis laporan tahunan yang menyebut ada sebanyak 1.595.778 pengungsi di dunia yang terbantu dengan model filantropi Islam di sepanjang tahun 2022. Keterangan ini disampaikan dalam Peluncuran Pelaporan Filantropi Islam UNHCR 2023, Selasa (7/3/2023).

Dalam forum tahunan UNHCR yang digelar pertama kali di Asia tersebut, UNHCR merinci total penerima bantuan berdasarkan jenis filantropi Islam yang dikelompokkan dalam program bernama Refugee Zakat Fund. Dari zakat, ada 756.157 pengungsi dari seluruh dunia, sementara ada 839.621 pengungsi terbantu dengan dana sedekah.

"1,5 juta orang terbantu program dari mitra-mitra kami. Sama dengan jumlah populasi Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi membantu banyak orang," kata Anggota Kemitraan Sektor Swasta Asia Pasifik Regional - Filantropi Islam UNHCR Billy Joe Stelljes di Pullman Hotel, Jakarta.

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam forum tahunan tersebut, negara penerima bantuan terbesar pada tahun 2022 berasal dari Bangladesh, Yaman, Lebanon, dan Yordania. Menurut Billy, Yaman dan Yordania masuk dalam daftar karena kedua negara tersebut berada dalam situasi darurat.

Sementara itu, semenjak 2017, UNHCR sudah membantu sebanyak 6.071.263 pengungsi dengan filantropi Islam. Dengan rincian, 4.133.582 pengungsi terbantu dengan zakat dan 1.937.681 pengungsi dibantu dengan dana sedekah.

Billy juga menambahkan, program Refugee Zakat Fund sudah mengacu pada hukum syariah dengan mengikuti lebih dari 16 fatwa dari berbagai negara. Dana bantuan, kata Billy, didistribusikan oleh UNHCR langsung dan diselenggarakan dengan infrastruktur terpercaya.

Turut hadir, Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann menyebutkan, pihaknya sudah bermitra dengan dua puluh lembaga filantropi Islam di Asia Pasifik sejak 2021. Beberapa di antaranya berasal dari Indonesia seperti Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Human Initiative, hingga ZIS Indosat.

"Dalam kurang dari 2 tahun, sudah banyak kerja sama. Dan landscape filantropi Indonesia sangat banyak sekali. Tentu kita bahagia bisa bekerja sama," tutur dia.

"Dukungan ini membantu kita memberikan dampak yang besar. Hal ini juga mendorong kita untuk terus mempertahankan mitra kami tingkat lokal," lanjut dia lagi.

Ann Maymann juga menambahkan, salah satu keunggulan filantropi Islam yang menggunakan sistem bantuan secara cash atau bantuan langsung tunai. Menurutnya, hal itu memberikan keleluasaan bagi pengungsi untuk menggunakan dana bantuan yang didapatnya.

"Filantropi Islam sistemnya cash, memberikan keleluasaan bagi pengungsi, untuk membeli pakaian kah, makanan kah. Bantuan cash memberikan bantuan kepada pengungsi untuk melanjutkan hidup," jelas dia lagi.

Lebih lanjut, Ann Maymann menegaskan bahwa pengungsi bukanlah sebuah beban bagi negara. Perkataannya dilandasi dari studi yang dilakukan dari Lebanon dan Uganda yang menyebut, satu dolar untuk pengungsi akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (GDP) dua kali lipat bagi suatu negara.

"Ada perputaran ekonomi karena uangnya bisa dihabiskan di pasar lokal, lalu meningkatkan GDP. Itu suatu kenyataan yang tersembunyi. Pengungsi tidak boleh dianggap sebagai beban," tandas dia.


(rah/erd)

Hide Ads