Kitab kuning menjadi sumber rujukan belajar di pondok pesantren. Pengajaran kitab ini juga dikenal dengan kitab-kitab klasik.
Diterangkan dalam buku Sejarah Pendidikan Islam karya J. Suyuthi Pulungan, pengajaran kitab-kitab klasik dilakukan sebagai upaya meneruskan tujuan utama pondok pesantren, yakni mendidik calon ulama-ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karenanya, keberadaan kitab-kitab klasik tak bisa dipisahkan dari pondok pesantren.
Asal-usul Kitab Kuning
Penyebutan kitab-kitab klasik di pondok pesantren lebih populer dengan 'kitab kuning'. Belum diketahui secara pasti asal-usul istilah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih mengacu sumber yang sama, kemungkinan penyebutan ini guna membatasi tahun karangan. Kemungkinan lainnya disebabkan karena warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, namun argumentasi ini dinilai kurang tepat karena kitab-kitab Islam klasik banyak yang dicetak dengan kertas putih.
Jika ditelisik, kitab kuning ini berasal dari luar Indonesia yang saat itu masih Nusantara. Sebab, kitab-kitab klasik ini berbahasa Arab dan ditulis jauh sebelum Islam masuk Nusantara.
Kitab kuning ini kemudian erat kaitannya dengan pengajaran di dunia pesantren Nusantara. Menurut buku Pendidikan Islam Transformatif ala KH Abdurrahman Wahid karya Efendi, diperkirakan pengajaran kitab kuning secara massal dan permanen dilakukan pada pertengahan abad ke-19 ketika sejumlah ulama Nusantara, khususnya Jawa, pulang dari menuntut ilmu di Makkah.
Perkiraan tersebut bukan berarti kitab kuning belum ada sebelum masa itu. Sejarah mencatat sejumlah kitab kuning baik ditulis dalam bahasa Arab, Melayu, maupun Jawi sudah beredar dan menjadi bahan informasi serta kajian Islam di Nusantara sejak abad ke-16.
Macam-macam Kitab Kuning
- Nahwu dan Sharaf. Contohnya kitab Jurumiyah, Imrithy, Alfiyah, dan Ibnu Aqil.
- Fiqh. Contohnya kitab Fathul Qarib, Sulam Taufiq, Al Ummu, dan Bidayatul Mujtahid.
- Ushul Fiqh. Ini mempelajari tentang pertimbangan penetapan hukum Islam atau syariat. Contohnya kitab Mabadi'ul Awaliyah.
- Hadits. Contohnya Bulughul Maram, Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim.
- Akidah atau Tauhid atau Ushuludin. Contohnya Aqidatul Awam dan Ba'dul Amal.
- Tafsir Al-Qur'an. Contohnya Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi.
- Tasawuf dan etika. Contohnya kitab Ihya 'Ulumuddin.
- Cabang ilmu lain seperti tarikh (sejarah) dan balaghah. Contohnya kitab Khulashatun Nurul Yaqin.
Metode Pengajaran Kitab Kuning di Pesantren
Pengajaran kitab-kitab klasik atau kitab kuning di pesantren biasanya menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan, seperti dijelaskan dalam buku Sawab & 'Iqab untuk Peningkatan Kedisiplinan Siswa di Pesantren karya M. Syukri Azwar Lubis.
Sorogan adalah model pengajaran kitab kuning dengan santri membaca kitabnya di hadapan kiai. Kemudian, kiai akan memberikan koreksi dan bimbingan kepada santri.
Adapun, model wetonan dan bandongan adalah model pengajaran dengan sekelompok santri mendengarkan kiai membaca, menerjemahkan, dan menerangkan kitab kuning. Dalam metode ini, para santri akan membuat catatan dari penjelasan kiai.
(kri/rah)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI