Ketika Labid bin Al-Asham Menyihir Rasulullah SAW

Ketika Labid bin Al-Asham Menyihir Rasulullah SAW

Tia Kamilla - detikHikmah
Rabu, 31 Des 2025 05:00 WIB
Ketika Labid bin Al-Asham Menyihir Rasulullah SAW
Ilustrasi kisah Labid bin Al-Asham menyihir Rasulullah SAW. Foto: Fadly Fauzi Rachman/detikTravel
Jakarta -

Labid bin Al-Asham dikenal dalam sejarah Islam sebagai salah satu orang yang pernah menyihir Rasulullah SAW. Tindakan ini terjadi pada masa awal dakwah Nabi, ketika Islam masih banyak mendapat tantangan dan perlawanan.

Ilmu sihir sendiri telah ada sejak lama dan bersifat gaib, banyak disalahgunakan untuk mencelakai orang lain. Pelaku sihir biasanya meminta bantuan setan atau jin agar tujuannya tercapai. Perihal sihir telah disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 102,

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wattaba'ū mā tatlusy-syayāṭīnu 'alā mulki sulaimān(a), wa mā kafara sulaimānu wa lākinnnasy-syayāṭīna kafarū yu'allimūnan-nāsas siḥr(a), wa mā unzila 'alal-malakaini bibābila hārūta wa mārūt(a), wa mā yu'allimāni min aḥadin ḥattā yaqūlā innamā naḥnu fitnatun falā takfur, fayata'allamūna minhumā mā yufarriqūna bihī bainal-mar'i wa zaujih(ī), wa mā hum biḍarrīna bihī min aḥadin illā bi'iżnillāh(i), wa yata'allamūna mā yaḍurruhum wa lā yanfa'uhum, wa laqad 'alimū lamanisytarāhu mā lahū fil-ākhirati min khalāq(in), wa labi'sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānū ya'lamūn(a).

Artina: "Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!" Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya)."

ADVERTISEMENT

Lalu, bagaimana kisah Labid bin Al-Asham menyihir Rasulullah SAW? Berikut kisah selengkapnya.

Kisah Labid bin Al-Asham Menyihir Rasulullah SAW

Menurut buku Tafsir al-Azhar Jilid 9 karya Hamka, Nabi Muhammad SAW pernah disihir oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq bernama Labid bin Al-Asham. Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merasa seakan-akan melakukan sesuatu padahal sebenarnya tidak.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW merasa cepat lelah dan kehilangan nafsu makan. Beliau kemudian berdoa kepada Allah SWT agar disembuhkan dari gangguan yang menimpanya.

Beberapa lama Rasulullah SAW merasakan hal itu sampai suatu saat Beliau menceritakan kepada Aisyah RA,

"Hai Aisyah! Aku diberi perasaan bahwa Allah memberi fatwa kepadaku pada perkara yang aku minta fatwa pada-Nya, maka datanglah kepadaku dua malaikat, yang seorang duduk ke sisi kepalaku dan yang seorang lagi di sisi kakiku. Lalu berkata yang duduk dekat kepalaku itu kepada yang duduk di ujung kakiku, 'Orang ini disihir orang!' (Disihir? Kawannya bertanya, 'Siapa yang menyihirnya?'). Yang di kepala menjawab, 'Labid bin Al-A'sham.' Kawannya bertanya, 'Dengan apa?' Yang di kepala menjawab, 'Pada kudungan rambut dan patahan sisir dan penutup kepala laki-laki, dihimpit dengan batu dalam sumur Dzi Auran.'"

Nabi SAW kemudian memerintahkan Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, dan Amar bin Yasir untuk memeriksa sumur itu. Mereka menemukan bungkusan ramuan sihir, yang berisi rambut Nabi SAW, patahan sisir, dan potongan kayu yang diikat dengan sebelas ikatan dan jarum di tiap ikatan. Allah SWT kemudian menurunkan surah Al-Falaq dan An-Naas. Tiap ayat dibaca sambil dicabut jarum dan dibuka buhulnya, sehingga Nabi SAW merasakan ringan dan sembuh sepenuhnya.

Ketika ditanya apakah penyihir itu tidak pantas dibunuh, Nabi Muhammad SAW menjawab, "Allah telah menyembuhkan aku, dan aku tidak suka berbuat jahat kepada orang."

Riwayat lain dari al-Qusyairi menyebutkan bahwa seorang pemuda Yahudi yang bekerja sebagai khadam Nabi dibisiki orang-orang Yahudi untuk mengambil rambut Nabi dan menyerahkannya kepada Labid bin Al-Asham agar dijadikan sihir. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW tetap selamat.

Selain itu, menurut buku Sembuh Tanpa Balas Menyakiti: Tenang dalam Luka, Kuat Tanpa Dendam karya Fitri Handayani, sejak saat itu Nabi Muhammad SAW selalu membaca surah Al-Falaq dan An-Nas sebelum tidur sebagai perlindungan dari hal-hal buruk, termasuk sihir. Jika Beliau sakit parah, Aisyah RA membacakan surah-surah tersebut dan mengusapkan tangannya ke tubuh Nabi SAW.

Said Ramadhan Al-Buthy dalam The Great Episodes of Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa sihir yang menimpa Nabi SAW hanya memengaruhi tubuh luarnya, tidak sampai menyerang hati, akal, atau keimanan Beliau. Walaupun Nabi SAW maksum, kemaksuman itu tidak membuat Beliau kebal terhadap penyakit atau hal-hal manusiawi lainnya.

Dari kisah ini, umat Islam dapat belajar bahwa sihir memang nyata. Banyak perbuatan jahat dilakukan karena sakit hati, dendam, atau iri dengki, sehingga seseorang bisa menyakiti orang lain melalui sihir atau santet.

Baca Ayat Kursi agar Terhindar dari Gangguan Sihir

Selain membaca surah Al-Falaq dan An-Nas, umat Islam juga dianjurkan membaca ayat kursi agar terhindar dari gangguang sihir yang merupakan surah Al-Baqarah ayat 255,

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Allāhu lā ilāha illā huw(a), al-ḥayyul-qayyūm(u), lā ta'khużuhū sinatuw wa lā naum(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), man żal-lażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih(ī), ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭūna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā'(a), wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ(a), wa lā ya'ūduhū ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm(u).

Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

Dalam buku Bimbingan Ibadah Dan Shalat Sunah: Dilengkapi Dengan Doa-Doa Mustajab tulisan Shoufry Byland, ayat kursi dapat dijadikan pelindung batin agar terhindar dari sihir, santet, guna-guna, dan gangguan jin. Cara membacanya adalah setiap menjelang pagi, menjelang malam, dan tiga kali sebelum tidur. Dengan izin Allah SWT, membaca ayat ini dapat menjaga diri dari segala gangguan gaib.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads