Kisah Utbah bin Ghazwan, Pejuang Islam dan Pendiri Basrah

Kisah Utbah bin Ghazwan, Pejuang Islam dan Pendiri Basrah

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 24 Des 2025 05:00 WIB
Kisah Utbah bin Ghazwan, Pejuang Islam dan Pendiri Basrah
Ilustrasi Utbah bin Ghazwan (Foto: freepik/Freepik)
Jakarta -

Kisah Utbah bin Ghazwan menjadi salah satu cerita inspiratif dalam sejarah Islam yang sarat dengan keteladanan, perjuangan, dan keimanan. Beliau lahir 40 tahun sebelum hijrah (584 M) - wafat di Bashrah, 17 H (638 M) sebagai kata pengantar untuk memahami perannya sebagai sahabat Nabi Muhammad.

Utbah bin Ghazwan dikenal sebagai orang ketujuh yang masuk Islam pada masa awal dakwah Rasulullah di Mekkah. Ia turut mengikuti hijrah ke Abyssinia, kemudian kembali bersama Muhammad ke Mekkah, dan selanjutnya berhijrah ke Madinah sebagai bagian dari perjuangan menegakkan Islam.

Dalam perjalanan dakwah dan jihad, Utbah bin Ghazwan terlibat langsung dalam berbagai peristiwa penting sejarah Islam. Ia ikut bertempur dalam Perang Badar (624), Perang Uhud (625), Perang Khandaq (627), serta peperangan lainnya termasuk Perang Yamamah, yang menunjukkan keteguhan iman dan pengorbanannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Utbah bin Ghazwan Menaklukan Ubullah

Dijelaskan dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi oleh Muhammad Khalid, Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengutus Utbah bin Ghazwan dalam sebuah misi strategis untuk memperluas wilayah Islam setelah kemenangan besar kaum Muslimin.

Tugas utamanya adalah membersihkan wilayah Ubullah (Basrah) dari pasukan Persia yang masih menjadi ancaman bagi pergerakan pasukan Islam.

ADVERTISEMENT

Misi ini diberikan setelah Pertempuran Qadisiyah pada tahun 14 H, yang melemahkan kekuatan utama Persia namun belum sepenuhnya menghentikan serangan mereka. Ubullah saat itu menjadi pusat penting bagi Persia untuk mengganggu wilayah-wilayah Islam yang baru dibebaskan.

Sebelum keberangkatan, Umar bin Khattab memberikan pesan yang tegas dan sarat nilai keimanan kepada Utbah bin Ghazwan. Ia memerintahkan agar Utbah berdakwah terlebih dahulu, menawarkan jizyah jika dakwah ditolak, dan berperang dengan keteguhan hati jika semua jalan damai tertutup.

Utbah bin Ghazwan berangkat dengan pasukan yang jumlahnya relatif kecil dibandingkan kekuatan Persia. Meski demikian, ia membawa keyakinan penuh kepada pertolongan Allah dan menjalankan amanah tersebut dengan penuh keberanian.

Setibanya di Ubullah, Utbah menghadapi pasukan Persia yang telah disiapkan secara maksimal dan tergolong pasukan elite. Ia segera mengatur barisan, berdiri di garis depan, dan memimpin langsung pasukannya dalam pertempuran.

Dengan tombak yang dikenal selalu tepat sasaran, Utbah mengobarkan semangat jihad pasukannya. Ia menyerukan takbir dengan keyakinan penuh, "Allahu Akbar! Allah pasti menepati janji-Nya!", yang semakin menguatkan mental kaum Muslimin.

Dalam waktu yang tidak lama, pasukan Islam berhasil menaklukkan Ubullah dan mengusir tentara Persia dari wilayah tersebut. Kemenangan ini membebaskan penduduk dari tirani dan menjadi bukti nyata pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang bertakwa.

Utbah bin Ghazwan Memimpin Basrah

Setelah menaklukkan Ubullah, Utbah bin Ghazwan mengganti nama wilayah tersebut menjadi Basrah dan mulai membangunnya sebagai kota Islam. Ia mendirikan masjid besar yang berfungsi sebagai pusat ibadah, dakwah, dan pembinaan umat, sekaligus fondasi kehidupan keislaman masyarakat Basrah.

Meski berniat kembali ke Madinah untuk menghindari jabatan, Utbah diperintahkan Amirul Mukminin untuk tetap tinggal dan memimpin Basrah. Ia pun menjalankan amanah sebagai imam salat, guru agama, dan hakim yang memutuskan perkara dengan adil serta berlandaskan syariat.

Dalam kepemimpinannya, Utbah bin Ghazwan dikenal dengan kezuhudan, kewaraan, dan kesederhanaan hidup yang luar biasa. Ia menentang keras gaya hidup mewah dan berlebihan, meskipun sikap tersebut membuat sebagian masyarakat yang masih terikat dengan kecintaan dunia merasa tidak nyaman.

Melalui khutbah dan nasihatnya, Utbah selalu mengingatkan umat tentang kerasnya kehidupan di masa awal Islam dan pentingnya qana'ah. Ia menolak segala bujukan kemewahan dengan keteguhan iman, seraya menegaskan bahwa kemuliaan sejati bukan di mata manusia, melainkan di sisi Allah.

Pada akhirnya, Utbah bin Ghazwan wafat di tengah perjalanan saat hendak kembali ke Basrah setelah menaati perintah Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Ia meninggal dunia setelah memanjatkan doa agar tidak lagi diangkat sebagai gubernur, dan Allah mengabulkan doanya dengan memanggilnya dalam keadaan tenang dan diridai.

Akhir hayatnya menjadi penutup yang mulia bagi seorang sahabat yang zuhud, amanah, dan sepenuhnya mengabdikan hidupnya di jalan Allah SWT. Wallahu a'lam.




(hnh/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads