Kisah Abu Thalhah Al-Anshari Mewakafkan Kebun Kesayangannya

Kisah Abu Thalhah Al-Anshari Mewakafkan Kebun Kesayangannya

Hanif Hawari - detikHikmah
Senin, 22 Des 2025 05:00 WIB
Kisah Abu Thalhah Al-Anshari Mewakafkan Kebun Kesayangannya
Ilustrasi Abu Thalhah Al-Anshari (Foto: Getty Images/GN STUDIO)
Jakarta -

Abu Thalhah al-Anshari lahir di Madinah pada 585 dan wafat di Madinah pada 654. Dia adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan keteguhan iman dan ketulusannya. Ia merupakan salah satu tokoh Anshar yang sangat berperan dalam perkembangan Islam di Madinah.

Rasulullah SAW menjadikannya sebagai sahabat dekat sekaligus pengawal karena sifat-sifat terpuji yang ia miliki. Keberanian, ketegasan, dan kesetiaannya membuat Abu Thalhah dihormati oleh para sahabat lain, serta menjadi teladan bagi generasi setelahnya.

Salah satu kisah paling masyhur dari diri Abu Thalhah adalah kedermawanannya yang luar biasa. Meskipun bergelimang harta dan memiliki kebun terbaik di Madinah, ia dengan lapang hati mewakafkan kebun kesayangannya, Bairuha', setelah turun ayat tentang sedekah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tindakan itu menunjukkan besarnya kesungguhan Abu Thalhah dalam mempraktikkan ajaran Islam, bukan sekadar ucapan tetapi tindakan nyata. Selain menjadi veteran Perang Badar, ia juga dikenal sebagai sosok yang tekun berpuasa dan selalu menomorsatukan akhirat daripada dunia.

Kisah Abu Thalhah Mewakafkan Kebun Kesayangannya

Dikisahkan dalam buku 365 Kisah Pengantar Tidur Islami oleh Erna Fitrini, Abu Thalhah al-Anshari dikenal sebagai salah satu sahabat Rasulullah yang paling dermawan dan berhati lembut. Ia adalah orang kaya di Madinah yang memiliki banyak kebun kurma sebagai sumber kekayaannya.

ADVERTISEMENT

Di antara seluruh hartanya, kebun Bairuha' adalah yang paling ia cintai dan banggakan. Kebun itu terletak tepat menghadap Masjid Nabawi, sehingga memiliki nilai emosional dan spiritual tersendiri baginya.

Rasulullah SAW bahkan kerap memasuki kebun tersebut untuk berteduh dan meminum airnya. Hal itu menjadikan kebun Bairuha' semakin istimewa di mata Abu Thalhah.

Suatu hari, setelah turunnya surah Ali Imran ayat 92 tentang menafkahkan harta yang dicintai, Abu Thalhah tersentuh hatinya.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

Artinya: Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.

Ayat itu seolah berbicara langsung kepadanya tentang wujud kebaikan sejati.

Tanpa menunda waktu, Abu Thalhah segera menemui Rasulullah SAW untuk mengamalkan ayat tersebut. Ia menyampaikan keinginannya untuk menyedekahkan kebun Bairuha' sepenuhnya karena Allah SWT.

Dengan penuh ketulusan, ia berkata bahwa harta terbaiknya ingin ia serahkan agar mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Ia meminta Rasulullah SAW menentukan kepada siapa kebun itu harus diberikan.

Rasulullah SAW memuji tindakan mulia tersebut dan menyebut kebun itu sebagai harta yang sangat menguntungkan. Namun beliau menyarankan agar kebun tersebut diberikan terlebih dahulu kepada kerabat terdekat Abu Thalhah.

Abu Thalhah menerima saran Rasulullah SAW itu dengan lapang dada. Baginya, mengikuti petunjuk Nabi SAW jauh lebih utama daripada mengikuti keinginannya sendiri.

Ia kemudian membagi-bagikan kebun tersebut kepada keluarga, anak-anak pamannya, dan kerabat yang membutuhkan. Tindakan itu menunjukkan kerendahan hati dan kecintaannya kepada sesama.

Beberapa sahabat juga menerima bagian dari kebun tersebut, seperti Hassan bin Tsabit, Zaid bin Tsabit, dan Ubay bin Ka'b. Rasulullah SAW sendiri menerima sebagian lalu memberikannya kembali kepada mereka yang layak mendapatkannya.

Kisah ini menjadi salah satu contoh kedermawanan paling agung yang tercatat dalam sejarah sahabat Nabi. Abu Thalhah menunjukkan bahwa iman sejati bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan melalui pengorbanan yang tulus.

Sikapnya mengajarkan bahwa kebaikan tertinggi adalah memberi dari apa yang paling kita cintai. Karena itu, hingga kini Abu Thalhah dikenal sebagai teladan kedermawanan yang patut diikuti oleh setiap muslim.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads