Kisah Khadijah RA, Pebisnis Tangguh di Balik Kesuksesan Dakwah Rasulullah SAW

Kisah Khadijah RA, Pebisnis Tangguh di Balik Kesuksesan Dakwah Rasulullah SAW

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Jumat, 10 Okt 2025 05:00 WIB
Young arabian woman in hijab with sexy blue eyes. Yashmak.
Ilustrasi muslimah. Foto: Getty Images/iStockphoto/IgorVoloshin
Jakarta -

Dalam sejarah Islam, nama Khadijah binti Khuwailid RA tidak hanya dikenal sebagai istri pertama Rasulullah SAW, tetapi juga sebagai pengusaha perempuan paling sukses di Jazirah Arab pada masanya.

Di tengah budaya Arab pra-Islam yang masih membatasi peran perempuan, Khadijah RA tampil sebagai sosok luar biasa: cerdas, mandiri, dan berani mengambil risiko dalam dunia perdagangan.

Dikutip dalam buku Fiqh Islam bagi Muslimah Karie tulisan Rizem Aizid, Khadijah RA berasal dari keluarga terpandang dan dikenal memiliki jaringan bisnis yang luas. Ia menjalankan usaha besar yang melibatkan ekspor barang dagangan ke berbagai wilayah, termasuk Syam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, Khadijah RA tidak terjun langsung ke medan dagang, melainkan menggunakan sistem mudharabah. Mengutip buku Akad Mudharabah karya Zaenal Arifin, dalam fikih muamalah, mudharabah adalah suatu perumpamaan (ibarat) seseorang yang memberikan (menyerahkan) harta benda (modal) kepada orang lain agar digunakan perdagangan yang menghasilkan keuntungan bersama dengan syarat-syarat tertentu dan jika rugi, maka kerugian ditanggung pemilik modal.

Dengan kata lain kerja sama bagi hasil antara pemilik modal dan pekerja.

ADVERTISEMENT

Khadijah RA mempercayakan modal kepada orang-orang yang amanah untuk melakukan perjalanan dagang. Cara ini menunjukkan bahwa Khadijah RA bukan hanya kaya, tapi juga visioner dan strategis dalam mengelola bisnis--model manajemen modern yang sangat maju untuk ukuran zamannya.

Khadijah RA juga dikenal sebagai pengusaha yang sangat memperhatikan kejujuran dan profesionalitas. Ia memilih mitra bisnis bukan berdasarkan status sosial, tetapi karena integritas dan etika kerja.

Salah satu orang yang pernah dipercaya untuk membawa perniagaannya adalah Nabi Muhammad SAW ketika muda, yang saat itu dikenal dengan julukan Al-Amin (orang yang terpercaya).

Dalam buku Khadijah: Cinta Sejati Rasulullah karya Abdul Mun'im Muhammad Umar disebutkan bahwa Muhammad adalah orang yang jujur. Khadijah RA beranggapan bahwa kejujuran sangat penting dalam perdagangan. Namun, Khadijah RA tidak pernah mendengar Muhammad memiliki pengalaman berdagang.

Keputusan bisnis itulah yang kemudian menjadi awal kisah cinta mereka. Dari hubungan kerja yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran, tumbuhlah cinta yang tulus hingga berujung pada pernikahan penuh berkah.

Khadijah RA dan Bukti Islam Tidak Melarang Wanita Berkarier

Melalui kiprahnya, Khadijah RA menjadi bukti nyata bahwa Islam tidak membatasi perempuan untuk berkarier atau berwirausaha, selama dijalankan dengan niat baik dan aturan yang benar.

Ia menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin ekonomi, penggerak bisnis, sekaligus pendukung utama perjuangan dakwah. Bahkan, harta Khadijah RA banyak digunakan untuk mendukung misi dakwah Rasulullah SAW di masa-masa awal Islam.

Khadijah RA mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang banyaknya harta, tetapi bagaimana harta itu dimanfaatkan untuk kebaikan dan perjuangan di jalan Allah SWT. Ia adalah contoh nyata entrepreneur muslimah yang sukses secara finansial, berakhlak tinggi, dan tetap menjaga kehormatan diri.

Dalam dunia modern saat ini, nilai-nilai bisnis Khadijah RA seperti kejujuran, tanggung jawab, etika, dan keberanian mengambil peluang tetap relevan untuk dijadikan pedoman oleh siapa pun yang ingin sukses tanpa kehilangan nilai spiritualnya.




(lus/kri)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads