Kisah Keimanan Khalid bin Said, Sahabat Nabi yang Setia pada Islam

Kisah Keimanan Khalid bin Said, Sahabat Nabi yang Setia pada Islam

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 07 Okt 2025 05:00 WIB
Ilustrasi kisah Nabi
Ilustrasi Khalid bin Said (Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30)
Jakarta -

Khalid bin Sa'id adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad dari kalangan Bani Umayyah, suku Quraisy yang terpandang di Makkah. Namanya tercatat dalam sejarah Islam sebagai salah satu generasi awal yang menerima dakwah Islam meski penuh risiko.

Kisah Khalid bin Sa'id menarik untuk ditelusuri karena menunjukkan keteguhan iman di tengah tekanan keluarga bangsawan Quraisy. Ia termasuk sahabat yang masuk Islam berkat dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq, jauh sebelum Islam mendapatkan banyak pengikut.

Selain itu, Khalid bin Sa'id juga dikenal sebagai sahabat yang turut serta dalam peristiwa hijrah ke Habasyah (Abisinia). Keberaniannya meninggalkan tanah kelahiran demi menjaga akidah menjadi teladan bagi generasi setelahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khalid memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah umat Islam, termasuk menjadi wali dalam pernikahan Ummu Habibah dengan Nabi Muhammad. Hal ini menegaskan kedekatannya dengan Rasulullah dan pengakuan terhadap keimanannya.

Melalui kisah hidupnya, kita dapat memahami bagaimana seorang sahabat nabi dari keluarga besar Quraisy tetap teguh mempertahankan keyakinannya.

ADVERTISEMENT

Masuk Islam Meski Ditentang Keluarganya

Dikisahkan dalam buku Kisah-kisah Teladan Anak Muslim oleh Ali Muakhir, dkk, Khalid bin Sa'id adalah seorang pemuda Quraisy dari keluarga bangsawan Bani Umayyah. Ia merupakan putra Said bin al-Ash bin Umayyah, seorang tokoh berpengaruh di Mekah.

Sejak kecil, Khalid hidup dalam kemewahan dan kehormatan. Namun jauh di lubuk hatinya, ia merasa gelisah dengan keyakinan kaumnya yang menyembah berhala.

Pada suatu malam, Khalid bermimpi berada di tepi jurang yang menyala dengan api besar. Ia hampir terjatuh, namun Muhammad datang dan menariknya keluar hingga selamat.

Mimpi itu membuatnya resah sekaligus yakin ada pesan besar di baliknya. Keesokan harinya, ia mendatangi Muhammad untuk menceritakan apa yang ia alami.

Muhammad menafsirkan mimpi itu sebagai petunjuk dari Allah. Khalid pun langsung menyatakan keimanannya tanpa ragu.

Dengan begitu, Khalid masuk dalam barisan awal sahabat yang menerima Islam. Ia bahkan masuk Islam berkat ajakan Abu Bakar ash-Shiddiq.

Namun, keputusan itu bukan tanpa risiko. Pada masa awal dakwah, siapa pun yang memeluk Islam akan menghadapi tekanan dan siksaan dari kaum Quraisy.

Khalid memilih untuk menyembunyikan imannya dari keluarganya. Ia tahu betul bahwa ayahnya akan marah besar jika mengetahui kebenaran itu.

Kecurigaan muncul ketika Khalid tidak pulang dalam waktu lama. Said bin al-Ash pun memerintahkan orang-orang untuk mencarinya.

Tidak lama kemudian, Khalid berhasil ditemukan dan dibawa pulang. Di hadapan ayahnya, ia langsung diinterogasi dengan penuh kemarahan.

"Apa benar kau telah mengikuti agama Muhammad?" tanya sang ayah dengan nada keras. Khalid menatapnya dan berkata, "Ya, aku telah beriman."

Jawaban itu membuat Said meledak dalam amarah. Ia langsung mengambil tongkat kayu dan memukulkan ke kepala putranya.

Darah bercucuran, namun Khalid tetap tegar. Ia menolak untuk meninggalkan keyakinannya meski tubuhnya disiksa.

"Ayah boleh memukulku, tapi aku tidak akan kembali pada agama nenek moyang kita," ucap Khalid. "Allah akan memberiku rezeki meskipun ayah mengusirku."

Amarah Said semakin menjadi-jadi mendengar kalimat itu. Ia terus memukuli Khalid hingga tongkatnya patah.

Meski tubuhnya penuh luka, Khalid tetap kukuh pada imannya. Ia tidak gentar menghadapi ancaman dari ayahnya sendiri.

Akhirnya, Said mengusir Khalid dari rumah dengan penuh kebencian. Ia tidak lagi mengakui putranya yang dianggap durhaka.

Khalid pun pergi meninggalkan rumah dengan hati yang perih. Namun di dalam jiwanya, iman semakin kuat dan kokoh.

Ia lalu menemui Muhammad untuk menceritakan penderitaannya. Muhammad menyambutnya dengan penuh kasih sayang dan memintanya tinggal bersama.

Sejak saat itu, Khalid hidup di bawah naungan Rasul. Ia pun membuktikan bahwa janji Allah benar, bahwa orang yang beriman tidak akan pernah dibiarkan tanpa rezeki.




(hnh/lus)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads