Surah Al-Lahab turun menanggapi sikap Abu Lahab yang menolak dakwah Nabi Muhammad SAW dengan kasar. Dalam buku Asbabun Nuzul: Sejarah, Peristiwa dan Latar Belakang Turunnya Ayat karya Suhaimi Harahap disebutkan, Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW berdiri di Bukit Shafa dan mengingatkan Quraisy akan azab Allah, Abu Lahab langsung murka. Ia berkata,
"Celakalah kau Muhammad! Apakah engkau mengumpulkan kami hanya untuk ini?" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari peristiwa inilah ayat 1-5 Surah Al-Lahab diturunkan, menegaskan kebinasaan Abu Lahab dan istrinya yang digambarkan sebagai "pembawa kayu bakar".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bacaan Surah Al-Lahab
Berikut bacaan surah Al-Lahab:
ØĒŲØ¨ŲŲØĒŲ ŲŲØ¯ŲØ§Ų ØŖŲØ¨ŲŲ ŲŲŲŲØ¨Ų ŲŲØĒŲØ¨ŲŲ
Arab latin: Tabbat yadÄ abÄĢ lahabiw wa tabb(a).
Artinya: 1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Ų ŲØ§Ų ØŖŲØēŲŲŲŲŲ° ØšŲŲŲŲŲ Ų ŲØ§ŲŲŲŲÛĨ ŲŲŲ ŲØ§ ŲŲØŗŲبŲ
Arab latin: MÄ agnÄ 'anhu mÄluhÅĢ wa mÄ kasab(a).
Artinya: 2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
ØŗŲŲŲØĩŲŲŲŲŲ° ŲŲØ§ØąŲا Ø°ŲØ§ØĒŲ ŲŲŲŲØ¨Ų
Arab latin: SayaášŖlÄ nÄran ÅŧÄta lahab(in).
Artinya: 3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
ŲŲŲąŲ ŲØąŲØŖŲØĒŲŲŲÛĨ ØŲŲ ŲŲØ§ŲŲØŠŲ ŲąŲŲØŲØˇŲبŲ
Arab latin: Wamra'atuh(ÅĢ), á¸ĨammÄlatal-á¸Ĩaášab(i).
Artinya: 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
ŲŲŲ ØŦŲŲØ¯ŲŲŲØ§ ØŲبŲŲŲ Ų ŲŲŲ Ų ŲŲØŗŲدŲÛ
Arab latin: FÄĢ jÄĢdihÄ á¸Ĩablum mim masad(in).
Artinya: 5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Kisah Istri Abu Lahab yang Gemar Menebar Fitnah
Dalam 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-makhluk Allah terbitan Lentera Hati Group disebutkan bahwa istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb, yang juga saudari Abu Sufyan, adalah salah satu perempuan Quraisy yang paling keras memusuhi Rasulullah SAW.
Kebenciannya begitu mendalam hingga ia rela menggali lubang dan menebar duri di jalan yang dilalui Nabi. Ia dikenal angkuh, gemar bergosip, dan suka menghasut, sehingga Al-Qur'an menggambarkannya sebagai perempuan yang membawa kayu bakar, yakni penyulut fitnah dan permusuhan.
Dalam buku Menapak Jalan Surga Para Muslimah Terdahulu karya Ririn Astutiningrum diceritakan bahwa penolakannya tampak jelas saat Nabi mengundang 45 kerabatnya untuk beriman kepada Allah. Abu Lahab dan Ummu Jamil justru menolak mentah-mentah, menuduh Nabi menentang ajaran nenek moyang, dan semakin memperlihatkan sikap bermusuhan.
Kemarahan Ummu Jamil semakin meledak setelah turunnya Surah Al-Lahab yang secara terang menyebut dirinya. Ia mendatangi Ka'bah sambil membawa segenggam batu, ingin melukai Nabi yang saat itu duduk bersama Abu Bakar ash-Shiddiq. Tetapi Allah menutup penglihatannya, sehingga ia tidak melihat Rasulullah SAW. Dengan penuh emosi ia hanya berkata kepada Abu Bakar,
"Wahai Abu Bakar, di mana temanmu? Kudengar dia mencaci diriku. Demi Allah, kalau aku menemuinya, akan kutimpukkan batu ini ke mulutnya."
Riwayat tentang akhir hidup Ummu Jamil pun menggambarkan betapa hina nasibnya. Dalam Al-Qur'an Terjemah dan Tafsir karya Maulana Muhammad Ali disebutkan bahwa ia mati dengan cara mengenaskan, yaitu lehernya tercekik oleh tali yang biasa dipakainya untuk mengikat semak-semak berduri. Tali itu selama hidup menjadi simbol perannya sebagai penyebar fitnah, karena ia sering membawa duri dan ranting berduri untuk menghalangi jalan Nabi.
Ironisnya, benda yang dulu dipakainya untuk menyakiti justru menjadi sebab kematiannya sendiri. Ia wafat dengan jerat di leher, sejalan dengan gambaran dalam ayat, "di lehernya ada tali dari sabut."
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Kelaparan di Gaza Kian Memburuk, Korban Anak Meningkat
Bisakah Tes DNA untuk Menentukan Nasab? Ini Kata Buya Yahya
Separuh dari Total Kematian Haji 2025 adalah Jemaah RI, Saudi Beri Teguran