Sejarah Perang Khandaq dan Ide Brilian Parit Salman Al Farisi

Sejarah Perang Khandaq dan Ide Brilian Parit Salman Al Farisi

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Sabtu, 21 Jun 2025 06:00 WIB
Ilustrasi Perang Uhud
Ilustrasi peperangan (Foto: freepik/Freepik)
Jakarta -

Perang Khandaq adalah salah satu pertempuran yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Strategi dalam perang ini tak luput dari ide brilian Saman Al Farisi, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW.

Menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah yang ditulis Abu Achmadi dan Sungarso, latar belakang dari Perang Khandaq adalah dendamnya kaum Yahudi dari suku bani Nadhir yang terusir oleh pasukan muslim di Madinah. Perang ini berlangsung pada bulan Syawal tahun 5 Hijriyah atau sekitar 627 Masehi.

Kala itu, jumlah pasukan kaum muslimin berbanding terbalik dengan para Yahudi. Tentara muslim berkisar 3.000 sementara Yahudi berjumlah 10.000 dengan gabungan bala tentara dari kafir Quraisy Makkah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para Yahudi yang dendam itu menghasut kafir Quraisy Makkah untuk bersekutu dengan mereka demi memerangi umat Islam di Madinah. Karenanya, perbandingan jumlah tentara antara umat Islam dan Yahudi sangat jauh.

Lantas, seperti apa ide brilian Salman Al Farisi yang membuat pasukan muslim meraih kemenangan di Perang Khandaq?

ADVERTISEMENT

Ide Brilian Salman Al Farisi Gunakan Strategi Parit

Salman Al Farisi merupakan sahabat Nabi SAW yang berasal dari Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia. Dijelaskan dalam buku Salman Al Farisi, Petualang Pencari Kebenaran oleh Zaidin Sidik, Salman dahulu merupakan penyembah api. Di tempat kelahirannya, Salman memiliki tugas untuk menjaga api. Tugas ini hanya diberikan kepada orang yang berstatus sosial tinggi.

Mengutip buku Sejarah Terlengkap Peradaban Islam oleh Abul Syukur al-Azizi, Salman menggunakan strategi parit untuk meraih kemenangan di Perang Khandaq. Sebab, mereka sudah kalah jumlah.

Kata Khandaq sendiri diartikan sebagai parit karena muslim menggali parit di sekeliling Kota Madinah agar dapat bertahan dari serangan musuh. Dengan begitu, parit-parit yang digali itu digunakan sebagai mekanisme pertahanan mencegah kafir Quraisy agar tidak dapat menerobos kota Madinah.

Strategi parit ini didasarkan oleh kebiasaan orang-orang di kampung halaman Salman Al Farisi, yaitu Persia. Masyarakat mereka menggunakan parit sebagai pertahanan dalam situasi takut diserang terutama oleh pasukan berkuda.

Kondisi masyarakat Persia itu persis dengan yang dialami pasukan muslim kala itu. Padahal, pada masa itu pembangunan parit tidak ada dalam strategi perang di Arab. Umumnya, mereka menggunakan teknik maju, mundur, gempur, gerilya atau berlari.

Strategi parit dari Salman Al Farisi disetujui oleh Rasulullah SAW. Beliau bahkan membuat peta penggalian yang memanjang dari ujung utara hingga selatan.

Setiap sepuluh orang pasukan persiapan kaum muslim diwajibkan menggali parit sepanjang 40 meter (lebar 4,62 meter dan dalam 3,234 meter). Setelah enam hari (dalam riwayat lain, 10 hari), panjang parit yang berhasil digali adalah mencapai 5.544 meter.

Keberanian Ali bin Abi Thalib dalam Perang Khandaq

Pada Perang Khandaq, Ali bin Abi Thalib bersikeras untuk menghadapi Amr bin Abdi Wudd yang merupakan salah satu pimpinan musuh dengan kemampuan pedang yang luar biasa. Mulanya, Rasulullah SAW tidak menyetujui karena ia ingin memilih sahabat yang usianya lebih tua dan dianggap sepadan.

Namun, Ali bin Abi Thalib bersikeras untuk menghadapi Amr. Nabi SAW mempertimbangkan hal itu karena khawatir akan keselamatan Ali, terlebih beliau sempat kehilangan pamannya yaitu Hamzah pada Perang Uhud.

Akhirnya, Ali melakukan duel dengan Amr. Di luar dugaan, Allah SWT memberi pertolongan kepada umat Islam dan Ali bin Abi Thalib memenangkan duel itu ketika perang berlangsung.

Amr bin Abdi Wudd tewas di tangan Ali bin Abi Thalib. Peristiwa tersebut menjadi titik puncak yang menyebabkan pasukan musuh mundur dari lokasi perang walau jumlah mereka lebih banyak ketimbang umat Islam.




(aeb/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads